Adara mengusap air matanya kasar sembari mendorong Brankar dengan penuh rasa takut dibenaknya. Adara takut jika semuanya menjadi buruk, ia tak bisa melihat Alingga terbaring seperti ini. Darah tampak keluar dari hidung cowok itu dan Adara dapat melihat luka yang ada di kaki dan lengan Alingga lumayan parah.
"Ra.. " ucap Brian sembari memegang pundak Adara agar gadis itu tidak masuk kedalam ruangan. Brian bisa melihat rasa kekawatiran tampak di wajah gadis itu.
"Lo harusnya dengerin dia, Ra! " ucap Arvian ketus membuat Adara langsung menyenderkan badanya kedinding.
"Lo munafik tau gak! Lo lari seolah lo gak mau liat muka dia tapi sebenarnya hati lo gak bisa jauh dari dia kan? Lo suka kan sama dia! " pekik Ferdy yang membuat Adara tak mampu mengatakan apapun.
"Udah! Jangan salahin Adara! Gue tau kalian khawatir sama Alingga, gue juga dan dia juga sama khawatirnya sama kita!" ucap Brian sembari menoleh sekilas kearah Adara yang masih menagis.
"Gue gak nyalahin dia! Gue cuma mau bilang, belajar jujur sama perasaan! " ucap Ferdy dengan penuh penekanan. Matanya melirik Adara dengan sinis.
Brian menghembuskan nafasnya lalu menghampiri Adara yang kini terduduk lemas. "Maaf, semua karena gue," gumam Adara yang masih menundukan tanganya.
"Gak usah dipikirin, Ra. Lo istirahat aja, biar kita yang disini."
Adara menggeleng lalu menodongak menatap Brian yang ada disebelahnya. Gadis itu mengusap air matanya dengab cepat lalu tersenyum tipis. "Gue disini aja gua gapapa kok," ucap Adara lalu pandangab mereka terduju pada seorang perawat yang baru saja keluar menghampiri mereka.
"Selamat sore, keadaan teman kalian baik-baik saja, ia masih pingsan jadi jika ingin kedalam mohon jangan terlalu banyak dan jangan terlalu berisik," ucap perawat tersebut lalu berjalan meninggalakan mereka.
"Ra, lo aja, gue tunggu disini," ucap Brian dan Adarapun langsung menganggukan kepalanya.
Adara memasuki ruangan tersebut lalu duduk disebelah Alingga. Adara terdiam saat memandang wajah Alingga yang terlihat kacau. Gadis itu tak mengucapkan kata-kata apapun, ia malah menenggelamkan wajahnya diatas hospital bad dengan air mata yang mulai mengalir. Kini Adara tengah menangis tanpa suara. Hatinya terasa baru saja disayat saat melihat Alingga terbaring lemah seperti ini. Sungguh Adara adalah gadis bodoh yang tidak bisa mengakui perasaanya sendiri hingga membuat orang terluka.
Adara menggenggam tangan Alingga erat menatap cowok itu dengan beberapa luka di tubuhya. Adara lalu menenggelemkan wajahnya dengan bahu yang bergetar juga air mata yang tak kunjung berhenti. Otaknya tidak mampu berfikir jernih karena saat ini ia hanya bisa menyalahkan dirinya sendiri.
Harusnya Adara mau memaafkan Alingga saat itu dan ia tak harus berlari hingga Alingga menyusulnya. Adara menyesal akan semua itu. Kini rasa khawatir derus menerus muncul dalam benaknya. Adara mendongakkan kepalanya, dengan mata yang sembab ia menatap wajah Alingga yang belum juga sadar.
Sungguh Ia adalah gadis bodoh yang membiarkan cowok seperti Alingga menderita dan merusak dirinya sendiri.
Adara kembali menenggelamkan wajahnya dan terus menggenggam tangan Alingga erat. "Maafin gue, Ga," gumam Adara dengan tangis yang kembali pecah.
"Emm.. " Adara langsung memberhentikan tangisnya saat mendengar gumaman itu. Ia mendongak, menatap Alingga yang tersenyum tipis kearahnya. Air mata Adara kembali tertetes melihat Alingga seperti ini.
"Cengeng.." Alingga mengelus Puncak kepala Adara tetapi cewek itu masih tetap menangis dan menundukan kepalanya. Alingga terkekeh pelan lalu mengangkat dagu Adara agar menatap kearahnya. "Kata maaf gak penting bagi gue," ucap Alingga yang membuat Adara langsung menatapnya dengan mata sembabnya. "yang penting buat gue, sekarang lo udah disini," lanjut Alingga.
"Gue salah, Ra. Gue tau itu," ucap Alingga yang membuat Adara langsung menggelengkan kepalanya kearah cowok itu.
"Jangan dibahas please.. "
Alingga tersenyum lalu menggeleng. "Ini harus gue bahas. Gue tau lo mau penjelasan, Ra."
"Gue salah karena gue tau lo bingung dengan hubungan ini. Gue nembak lo gitu aja dan gak peduli dengan apa yang kedepanya akan terjadi. Bahkan gue gak penah sadar kalau lo sama sekali enggak ngasih gue jawaban. Ya, karena gue terlalu fokus buat kesenengan gue sendiri, gue terlalu fokus ngerayu lo, gue bawa lo ke ortu gue itu cuma biar orang tua gue gak jodohin gue." Adara mengerutkan keningnya tetapi cewek itu tak berkata apa-apa.
"Jujur, Ra. Awal gue liat lo, gue sempet buat mikir jadiin lo maian gue. Tapi makin kesini, gue malah ngerasain hal yang beda, gue nyaman sama lo, gue seneng liat lo senyum, gue khawathir dan gue gak suka kalau lo deket sama cowok lain karena gue cemburu dan gue takut buat kehilangan lo, Ra. Dan yang perlu lo tau, gue beneran suka sama lo."
Adara terdiam, gadis itu tersenyum tetapi bahu gadis itu tetap bergetar dan air matanya masih mengalir melewati pipinya.
"Soal Ana, dia mantan gue dan gue ras alo udah tau itu." Adarapun menanggapinya dengan satu anggugkan kecil.
"Soal gelang dan kalung yang lo liat.. Itu dari dia. Gue pakai barang yang dia kasih itu karena gue nganggepnya dia temen gue dan saat di caffe itu, gue juga gak nyangka. Gue gak maksa lo buat percaya semua kata gue, Ra. Yang gue mau, cukup buat lo percaya kalau gue bener-bener sayang sama lo, lo bukan mainan gue, tapi satu-satunya cewek yang bikin gue jatuh Cinta." Alingga mengacak rambut Adara lembut lalu tersenyum kearah cewek itu. Adara menghapus air matanya lalu memeluk tubuh Alingga yang masih terbaring.
"Maafin gue, Ga. Gue bodoh karena bohongin perasaan gue sendiri dengan cara ngehindar dari lo," gumam Adara lalu menatap Alingga tampa berkata lagi.
"Gue tau lo bingung karna gak ada kepastian, Ra. Sekarang, gue kasih tau sama lo, gue sayang sama lo, Ra. Gue mau lo jadi pacar gue," ucap Alingga. Adarapun tersenyum lalu mengangguk sekilas.
Alingga memeluk tubuh Adara erat. Lalu mendekatkan bibirnya ketelingan Adara. "Jangan hilang lagi dari gue, Ra. I was destroyed if there wasn't you next to me," ucap Alingga lalu mengecup pipi Adara sekilas. Wajah Adara langsung memerah, jantungnya kini berdetak kencang tak karuan. Adara bisa merasakan hal yang berbeda dalam hatinya ketika bersama Alingga seperti ini dan kini Adara akui ia juga benar-benar menyukai Alingga.
Adara membalas kecupan Alingga membuat mata cowok itu sedikit terbelalak. Alingga terkekeh lalu mengacak rambut Adara kembali.
"Ra.. " gumam Alingga. Adarapun langsung mengangkat alisnya dan menatap Alingga dengan tatapan tanya.
"Makasih udah kembali buat gue," ucapnya. Adarapun tersenyum lebar lalu mengangguk kecil. Alingga menoel bibir Adara membuat gadis itu langsung mendelik.
"Gue kangen liat senyum ini."
_____________________________________
Segitu dulu aja ya..
See you 💚
Vote + comment!
Follow jga baktilaksmi
Cek IG : baktilaksmii19
KAMU SEDANG MEMBACA
ALINGGA [ SUDAH TERBIT]
Teen Fiction[PLEASE DON'T BE SILENT READERS] #2 in Baper #1 in emosi #2 in badboy #2 in modus #3 in sekolahan #4 in ceritabaru "Yakin? " tanya Brian sambil menatap Alingga tidak yakin. Alingga mengangguk. "Gue selalu yakin sama ucapan gue." "Jadi Adara yang ba...