71. TULISAN

45.8K 2.2K 95
                                    

Samudra berjalan dengan tangan yang di masukkan ke dalam saku celananya ala ala cool boy di novel. Seorang siswi tak sengaja menabraknya, dan siswi itu adalah Sakura Vanesiya. Sakura dengan cepat sekaligus gugup langsung membereskan bukunya yang berserakan." Ma-af saya nggak sengaja." Ucap Sakura.

Samudra mengerutkan dahinya. Sepertinya ia tidak pernah melihat Sakura sebelumnya. Tunggu! Sepertinya ia pernah melihat gelang itu. Samudra sedang cepat menggelengkan kepalanya, kenapa semua barang selalu saja mengingatnya kepada Pelangi? Samudra bisa gila lama-lama kalau begini.

Sakura membenarkan kacamatanya, lalu dengan cepat ia berjalan mendahului Samudra. Samudra menatap punggung Sakura yang mulai mengecil." Kenapa saat gue deket sama cewek tadi, rasanya kayak deket sama pelangi?" Batin Samudra

Samudra menampar pipinya sendiri." Sadar samudra! Pelangi udah tenang di sana! Bisa gila Lo kalo kayak gini." Batin Samudra.

🌻🌻🌻

Samudra memandangi wajah Pelangi di ponselnya. Samudra menggeser foto-foto dan itu semua penuh dengan foto Pelangi. Samudra mengambilnya diam-diam saat Pelangi sedang cemberut, ngelamun, ataupun saat tertawa." Apa kabar? Baik-baik di sana, La. Gue kangen." Lirih Samudra.

Maura berjalan lalu bergelayut manja di lengan Samudra. Samudra tidak menghiraukannya dia masih fokus memandangi foto Pelangi. Maura melihat di layar ponsel samudra. Dia langsung merampas ponsel samudra." Lo apa-apaan sih?!" Ujar Samudra.

"Kamu yang apa-apaan?! Aku dateng bukannya di sambut, kamu malah lihatin foto Pelangi!" Jawab Maura dengan tangan yang masih memegangi ponsel samudra.

Samudra memutarkan bola matanya malas, dia tidak suka dengan sikap Maura yang seperti ini." Balikin ponsel gue!" Ucap Samudra dengan nada ketus. Maura menggelengkan kepalanya." Nggak! Aku nggak bakal balikin hp kamu sebelum kamu berhenti lihatin foto Pelangi." Ucap Maura.

"Gue nggak bisa." Jawab Samudra.

"Kamu tuh kenapa sih?! Pelangi juga udah nggak ada! Buat apa kamu lihatin foto dia! Di sini yang pacar kamu tuh aku bukan Pelangi!" Bentak Maura.

Samudra merebut paksa ponselnya lalu menghempaskan tangan Maura. Maura meringis memegangi pergelangan tangannya. Samudra berdiri." Lo emang pacar gue, tapi di hati gue cuma satu yaitu Pelangi." Ucap Samudra lalu pergi meninggalkan Maura.

Maura mengepalkan tangannya." Lihat aja gue bakal buat Lo tunduk sama gue, samudra Arkana." Batin Maura.

🌻🌻🌻

"Lo kenapa Ra?" Tanya Vina yang melihat Maura tiba-tiba menggebrak meja. Maura menatap tajam ke arah Vina." Kesel gue sama samudra, masak dia lebih milih Pelangi daripada gue!" Ucap Maura.

"Mungkin samudra cintanya sama Pelangi bukan sama Lo." Ujar Mita yang mendapat tatapan tajam dari Maura sedangkan Vina menepuk jidatnya.

"Au ah sebel gue sama kalian! Bukannya nenangin gue malah bikin gue tambah emosi." Ujar Maura lalu berjalan pergi meninggalkan Vina dan Mita.

"Emang gue salah ngomong ya Vin?" Tanya Mita dengan wajah polosnya." Au ah dasar lemot!" Cibir Vina lalu kembali membaca bukunya.

Sedangkan Maura berjalan dengan menghentakkan kakinya kesal. Lalu ia masuk ke dalam toilet, dan membasuh mukanya." Kenapa sih harus si Pelangi terus yang di bahas? Bosen gue dengernya, samudra juga kenapa malah ngomong kalo yang di hatinya cuma ada Pelangi. Orang mati kok di cintai." Maura mendongakkan kepalanya menatap cermin. Matanya membulat sempurna. Maura memundurkan langkahnya mentok tembok lalu secara perlahan tubuhnya merosot. Di cermin terdapat tulisan.

RAGAKU MEMANG TIADA
TAPI JIWAKU MASIH ADA!!!

tulisan itu di tulis dengan darah asli manusia, karena baunya amis. Maura menutup wajahnya ketakutan."PERGI! JANGAN GANGGU GUE!!! GUE NGGAK ADA URUSAN SAMA LO!" Teriak Maura. Maura secara perlahan membuka matanya dan melihat ke arah cermin ternyata tulisan tadi sudah tidak ada. Maura langsung lari ketakutan.







TBC

Harusnya hari ini tuh gk up tapi entah kenapa tangan gatel amat pengen up
Jangan lupa vote and coment nya ya
See you next part

Pelangi [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang