“Jangan buat Gue bergantung, Kalo akhirnya Lo bakal ninggalin Gue.”
~Kata Zillo
•••
Resya memasuki lift dan memencet angka dua belas. Di dalam hati Ia berkali-kali merutuki kebodohan Zillo. Pasalnya, tadi pagi Bima menghubunginya dan menceritakan Zillo yang kembali demam tinggi.Resya tak habis pikir Bisa-bisanya Zillo pergi bermain basket kemarin malam disaat dirinya baru pulang dari Rumah sakit tiga hari yang lalu.
Sesampainya di depan pintu sebuah Apartemen, Resya langsung menekan kombinasi angka yang diberi tahu Bima agar bisa memasuki apartemen Zillo.
"Zillo!"
Resya terus memanggil nama Zillo, untuk mengetahui keberadaan Lelaki itu. Ini udah siang hari tapi Apartemen Zillo sangat gelap. Gorden jendela pun tidak dibuka sehingga cahaya matahari tak dapat muncul.
Resya menghentikan panggilannya disaat melihat Seseorang yang diatas sofa sedang bergelung didalam selimut.
Hati Resya terenyuh. Tak habis pikir melihat botol minuman, mangkuk sup, dan air yang sudah dingin didalam baskom berserakan di meja dengan tv yang menyala.
Valid. Zillo mengurus dirinya sendiri yang sedang sakit.
Jangan lupa mengingatkan Resya untuk memarahi Niko dan Bima yang tak memperhatikan sahabatnya ini.
Dengan telaten Resya membersihkan meja itu, dan mencuci piring kotor. Kemudian mengambil lagi air hangat di dalam baskom bermaksud untuk mengompres Zillo kembali.
Hatinya semakin mencolos saat melihat handuk yang sudah ingin terjatuh di atas dahi Zillo.
Di ambilnya handuk itu lalu dicelupkan kedalam air hangat yang Ia ambil tadi. Dengan sangat lembut Ia menaruhnya diatas kening Zillo.
Ia mendudukkan dirinya diatas lantai yang beralaskan karpet bulu, menghadap kepada Zillo yang terbaring di atas sofa.
wajah dingin tanpa ekspresi itu seolah hilang diganti dengan raut kepolosan.
"Mama.... Jangan tinggalin Putra..."
"Putra ga mau sendirian, Putra ga mau tinggal dengan Mereka, Ma..." Racau Zillo ditengah tidurnya.
"Putra ga punya siapa-siapa lagi. Putra pengen sama Mama, Putra kangen dipeluk Mama...."
Resya panik dan sedih secara bersamaan. Zillo meracau tak jelas sembari menitikkan air mata dalam keadaan matanya masih terpejam. Racauan nya sangat menyakitkan untuk didengar.
"Zillo, bangun! Disini ada Aku." Resya mencoba menenangkan Zillo dengan mengelus pucuk kepala Cowok itu.
"Kamu masih punya Temen. Masih punya Aku, Bima, dan Niko."
Resya berpikir mimpi apa yang membuat Zillo sebegitu gelisah nya.
Perlahan mata Zillo mengerjap merasakan sebuah sentuhan lembut di kepalanya.
"Resyaa..." Lirihnya.
Resya merentangkan tangan memeluk Zillo, mengusap lembut punggung Lelaki rapuh ini.
"Sutsss.... Tenang. Ada aku disini. " Kata-kata Resya yang menenangkan lantas membuat hati Zillo menghangat.
Zillo memeluk erat leher Resya, dan meletakan wajahnya di ceruk leher gadis itu. Nyaman. Itulah yang Zillo rasakan.
Rasa Pelukan Resya mengingatkannya dengan pelukan Mamanya.
"Udah jangan nangis lagi, ada Aku disini."
KAMU SEDANG MEMBACA
Zillo [✓]
Teen FictionTiada warna selain hitam dan abu-abu di dalam hidup seorang Zillo Putra Wijaya. Gelap dan tak teraba. Zillo memiliki mata yang normal, namun ia tidak bisa melihat bagaimana indahnya dunia seperti kata Orang. Zillo tidak pernah tahu warna me-ji-ku-h...