Happy Reading🌼
•••
Di sela enaknya tidur, tiba-tiba saja Bima kebelet pipis. Dengan mata berat menahan kantuk, cowok itu keluar tenda guna menuntaskan hajatnya."Busetttt... Ngapa nih dua orang tidur disini." Bima Terkejut ketika melihat Zillo, dan Resya tertidur di luar dengan Posisi Zillo yang duduk dan Resta tidur ber bantalkan paha Zillo.
Jam di tangan Bima masih menunjukan pukul tiga pagi. Padahal Bima keluar hanya untuk pipis, namun ketika melihat sepasang kekasih ini, Bima memilih menghampiri Zillo terlebih dahulu dan membangunkan nya.
Jika bertahan sampai pagi, Bima yakin tubuh Zillo, dan Resya pasti akan pegal-pegal, dan lagipula udara nya sangat dingin di luar sementara selimut hanya di gunakan oleh Resya.
"Zill, bangun!!" Bima berbisik seraya menepuk lengan Zillo beberapa kali.
Sudah dikatakan bahwa membangunkan Zillo sangat Sulit, jadi perlu ekstra sabar, dan banyak cara agar mata Zillo terbuka.
"Bangun njir!!!" Tangan bima di gunakan untuk membuka lebar-lebar kelopak mata Zillo.
"Eunghh... Ck! Apasih." Zillo terbangun menatap Bima kesal.
"Pindah Gih! Resya bangunin tuh suruh pindah ke tenda. Dingin banget disini."
"Lagian ngapain sih? Kok bisa kalian tidur disini?" Tanya Bima heran.
"Ketiduran." Jawab Zillo seraya merenggangkan otot tubuhnya yang terasa pegal.
"Dasar bucin!"
"Sirik."
"Yang Bangun, pindah ke tenda sana." Zillo membangunkan Resya.
"Hei! bangun dulu." Zillo mengusap pipi Resya sehingga gadis itu menggeliat.
"Udah pagi?" Resya duduk merenggangkan otot.
"Jangan gitu, nanti Sakit matanya." Zillo menurunkan tangan Resya yang di gunakan untuk mengucek mata nya.
"Masih jam tiga pagi, Sya." Kata Bima sewaktu melewati mereka.
"Pindah sana!" Suruh Zillo.
Gadis itupun menurut lalu berdiri memeluk selimut milik Zillo.
"Aku bawa ya selimut nya." Zillo mengangguk memperbolehkan.
Setelah Resya masuk ke tenda nya, Zillo pun beranjak memasuki tenda nya juga.
"Besok Pulang, jangan ngegame. Ngantuk siapa yang nyupir?" Tegur Zillo pada Bima.
"Lo lah gantian." Jawab Bima tanpa mengalihkan pandangannya.
"Males."
"Yaudah, gausah pulang."
"Baku hantam, ayo!"
"Ogah."
Zillo menggeleng lalu merebahkan tubuhnya.
"Yaudah, besok gue yang bawa Mobil." Ucap Zillo akhir nya.
"Ya, bagus sadar diri. Kita kan udah waktu pergi."
"Bangsat." Zillo melemparkan jaket disamping Niko kearah Bima.
"Apa sih sih Anoa?!" Bima menatap Zillo kesal karena game nya mati.
Zillo yang malas emosi berlebihan pun memutar tubuhnya kearah kanan memunggi Bima. Bima tuh belum tahu rasanya punya pacar, gimana rasanya gak bisa jauh sedikitpun dari Pacar, intihnya Bima masih jomblo jadi gak bakal ngerti perasaan Zillo.
Di pagi hari tepatnya pukul enam, Resya, dan Nabila sudah keluar tenda terlebih dahulu. Mereka sedang membuat sarapan bersama.
"Udang kemarin masih sisa kan, Sya? "
KAMU SEDANG MEMBACA
Zillo [✓]
Ficção AdolescenteTiada warna selain hitam dan abu-abu di dalam hidup seorang Zillo Putra Wijaya. Gelap dan tak teraba. Zillo memiliki mata yang normal, namun ia tidak bisa melihat bagaimana indahnya dunia seperti kata Orang. Zillo tidak pernah tahu warna me-ji-ku-h...