00.18. Aku Bukan Papa Mu

10.7K 745 6
                                    

“Luka yang berasal dari hati lebih menyakitkan daripada Luka fisik yang menganga.”

~Zillo

•••
Tidur Zillo terganggu saat mendengar Ponselnya berdering. Dengan kesadaran yang masih setengah tangannya meraba nakas untuk meraih ponsel nya dan mengangkat telepon tanpa melihat nama kontak nya.

"Hallo."

"Apa sih, Nik?! Tengah malam gini nelpon." Marah Zillo saat mendengar suara Niko.

"Sorry. Ada Orang mencurigakan di depan pintu rawat Kakek Lo, Zill."

Zillo sontak terduduk mendengar ucapan Niko.

"Bangsat. Apa lagi yang mau di buat Papa." Emosi Zillo.

Emang siapa lagi yang akan mengacau kehidupan keluarga Mama nya, kecuali Seorang Lelaki tua yang Ia sebut Papa.

"Ini Andra yang ngasih tau, Gue sama Bima lagi Otw ke rumah Lo. Siap-siap gih." Suruh Niko setelahnya.

Setelah mematikan sambungan telepon sepihak. Zillo langsung bergegas mencuci muka nya, menyambar jaket dan memakainya. Serta tak lupa membawa Dompet, hp, dan segala macam barang yang perlu di bawanya.

Andai orang yang selalu berbuat kejam itu bukan Papanya mungkin Kasus ini sudah ditangani pada pihak berwajib. Tapi Zillo masih menganggapnya sebagai seorang Ayah, Zillo menutup rapat semua kejahatan Ayah nya.

Sebisa mungkin Zillo menyelesaikan masalah ini dengan baik-baik meskipun sang Ayah sudah secara tidak langsung melenyapkan nyawa Ibunya tercinta, dan membuat sang Kakek terbaring dirumah sakit karena serangan jantung. Hati nurani Zillo masih tetap layaknya seorang anak yang mencintai Ayah nya hingga mampu melindungi Papanya sampai pada titik ini.

Begitu Bima mengirim pesan sudah sampai, Zillo langsung bergegas turun ke bawah.

"Obat Lo jangan Lupa." Peringat Bima.

"Nyawa Opa lebih penting dari Obat Gue." Kata Zillo dingin. Ia memasuki mobil.

"Orang suruhan Papa ngapain aja?" Tanya Zillo.

"Mereka merhatiin Opa dari luar ruangan. Mungkin karena Om Oby lagi berjaga di ruangan Mereka gak gegabah masuk." Jelas Niko.

"Gimana pun juga Lo bakal jadi Cucu pewaris Harta Opa Lo, Zill. Mereka yang serakah gak bisa tinggal diem." Ujar Bima seraya menyetir mobil.

"Apa gak cukup dengan menguras Mama? Apa gak cukup sampai Mama meninggal? Gue juga gak butuh harta itu. Gue capek hidup tanpa ketenangan." Ujar Zillo merasa capek dengan semua masalah yang tak kunjung selesai ini.

"Tapi Amanat Mama harus Gue jalankan. Opa sama Mama gak mau perusahaan yang udah dirintis dari Nol jatuh ditangan Mereka." Lanjut Zillo lirih.

"Kita selesain ini bareng-bareng ya." Kata Niko menenangkan Zillo.

Lelaki itu mengangguk pasrah.

"Suruh Orang Andra pulang aja. Kita udah mau sampe."

"Oke." Niko merogoh Ponselnya yang berada di saku jaket, lalu memberi tahu Andra dan Teman-temannya yang lain agar pulang saja.

 Zillo [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang