00.46. Ziarah

7.6K 576 18
                                    


“Meskipun aku bukan malaikat, aku akan Menjadi sayap mu. Karena aku ingin bawa kamu terbang jauh meraih kebahagian yang selalu kamu ingin rasakan.” —Resya

•••
"Udah, yang?" Zillo memilih memasuki toko bunga untuk menjemput Resya karena gadis itu lama sekali.

"Eh, Bentar ya." Kata Resya melirik ke arah pacarnya.

Zillo mengangguk, dan menunggu Resya.

Ketika selesai mereka langsung menyebrang Jalan, dan sampai di  gerbang TPU, Tempat peristirahatan terakhir Mamanya Zillo.

"Assalamu'alaikum, Mama. Putra datang lagi setelah sekian lama." Zillo mengusap nisan yang bertuliskan nama Mamanya dengan lembut.

"Kemarin Putra Ulang tahun ma, dan kemarin juga Putra merasakan untuk pertama kalinya merayakan ulang tahun setelah 17 tahun hidup di Dunia. Andai mama masih hidup, mama pasti senang liat Putra udah gede terus punya pacar yang cantik, baik, dan dia nerima segala kekurangan Zillo, Ma. Termasuk, Cengengnya Zillo." Celoteh Zillo sembari mengusap-usap nisan Mamanya.

Resya, gadis itu setia di samping Zillo seraya mengusap punggung kekasihnya untuk memberi kekuatan.

"Putra gak kesepian lagi seperti yang Putra ceritain beberapa waktu lalu sama Mama. Selain Niko, dan Bima, sekarang ada Resya, dan keluarganya yang nerima Putra dengan baik. Maaf ya, Ma.... Putra gak jadi susul Mama Cepat-cepat. Sekarang Putra ingin hidup lama, ingin terus bersama sama pacar Putra yang Cantik ini, mah..." Zillo tertawa kecil dengan air mata yang perlahan jatuh. Resya yang berada di sampingnya langsung menghapus air mata yang jatuh di pipi Zillo.

"Putra udah bahagia sekarang. Jangan khawatir ya, Ma. Putra juga janji bakal lebih kuat menghadapi mereka, dan Putra janji bakal ambil hak Mama yang di rampas mereka. Putra sayang Mama. Yang tenang disana ya, Ma." Zillo mengecup pucuk nisan Itu, dan membayangkan bahwa itu adalah kening mamanya yang mungkin sudah mulai mengkerut karena usia jika masih hidup.

"Doain Mama kamu, yuk." Ajak Resya saat Zillo menatapnya lirih.

Zillo mengangguk, dan mereka pun mengirimkan Doa untuk Mamanya Zillo. Ketika selesai Doa, giliran Resya meletakan bunga Tepat diatas tanah Kuburan Mama Zillo.

"Hallo tante, Ini Resya. Tante yang tenang ya, di sana. Serahin urusan Putra sama Resya tan, dijamin kok bakal aman. Putra anak baik, ya tante. Tapi gitu, dia suka sakitin dirinya sendiri kalo lagi kesel sama masalah, dan beban dia. Padahal Resya selalu siap bantu ringankan beban Zillo tapi dia gak pernah mau cerita sama Resya, dan malah nangis mulu. Cengeng kan, Tante? Tapi Resya sayang kok. Resya sayang sama anak Tante Sungguh-sungguh, dan Resya janji bakal selalu di samping dia." Setiap Menyinggung nama 'Putra' gadis itu akan melirik ke arah kekasihnya. Ia tahu, Zillo semakin menangis.

"Makasih ya tante, udah lahirin anak cowok hebat yang bisa bantu menyelamatkan nyawa keluarga Resya waktu kecelakaan dulu, dan juga jagain Resya sekarang." Ucap Resya lagi untuk terakhir kalinya.

Kemudian, Resya merangkul bahu Zillo, dan tersenyum pada kekasihnya.

"Kamu Oke, kan? Jangan nangis dong." Resya tersenyum membuat cowok itu Mau tak mau ikut tersenyum.

Zillo mengangguk seraya mengusap air matanya. Bisa di katakan, tak mungkin tidak ada air mata jika Zillo berziarah ke makam sang Mama. Setiap memandang nisan yang bertuliskan nama sang Mama saja bulir air itu langsung jatuh, seperti separuh hatinya belum ikhlas, dan belum bisa di tinggalkan oleh Mamanya begitu cepat.

"Ayo gantian ke Makam Opa kamu." Ajak Resya seraya berdiri, dan mengulurkan tangannya untuk Zillo.

Mereka berdua pun beralih ke Makam Opa nya Zillo, dan mengirimkan Doa.

 Zillo [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang