“Aku takut kamu dapat yang lebih sempurna. Gak kayak aku yang lemah, punya Mental buruk, dan selalu terbayang ketakutan di masa lalu.”— Zillo
•••
Setelah seminggu penuh libur Sekolah, kini mereka yang di liburkan sudah kembali ke sekolah, dan memulai belajar kembali untuk persiapan ujian Akhir semester.Resya, dan Nabila berjalan bersama menyusuri koridor sekolah begitu Selesai Upacara bendera. Kini tujuan mereka hanya satu, apalagi kalau bukan mencari tiga Siswa yang langsung kabur bahkan sebelum upacara Selesai.
Resya tidak mau Zillo bolos jam pelajaran pertama lagi untuk kesekian kali nya, jadi ia akan mencari pacarnya yang nakal itu.
"Sya, itu mereka." Nabila menunjuk kearah tiga remaja yang berdiri di dekat toilet belakang sekolah.
Resya menggelengkan kepala. Nongkrong di toilet sangat tidak berfaedah.
"Zillo!" Panggil Resya.
Yang di panggil sampai terkejut, dan langsung menoleh ke sumber suara.
"Ngapain disini, Ha?" Resya menatap Zillo dengan pandangan intimidasi hingga Zillo meneguk ludahnya kasar, dan menatap Resya ketakutan.
Bima, dan Niko pun ingin mengakak saat itu juga.
"Ga ada yang, mau ke toilet aja." Jawab Zillo takut-takut.
"Kok mesti ke toilet belakang?" Zillo langsung berkeringat dingin mendapat pertanyaan Lagi.
Jangan di tanya gimana Keadaan Bima, dan Niko sekarang, sudah pasti tertawa terbahak-bahak.
"Kalian kok ketawa, ada yang lucu?" Omelan Resya sontak membuat keduanya berhenti tertawa.
"Jawab!" Kini Resya kembali menatap Zillo.
"Cari angin, yang. Sumpek tadi upacara." Jawabnya ngeles. Padahal memang tujuan Zillo, dan kedua temannya di sini adalah untuk menghindari les pertama pelajaran.
Wajah Zillo makin memucat begitu Resya mendekat ke arahnya. Tangan yang sejak tadi bersembunyi di belakang semakin menggenggam erat sesuatu.
"Kamu bau rokok." Resya memicingkan matanya menatap Zillo.
"Engga yang, aku ga ngerokok kok." Zillo menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Bohong! Apa itu yang kamu sembunyikan di tangan kamu?"
"Eng---engg--ga, ada kok."
Nabila melirik dua orang yang memperhatikan Resya mengospek Zillo.
"Kalian berdua ngerokok juga?" Nabila menatap dua manusia itu tajam.
"Engga, bila. Gue bersih." Jawab Bima langsung.
"Bohong lo."
"Anjir, kita ga ikutan kan, nik? Ga percaya cium nih." Bima mendekat kearah Nabila.
"Apaan sih lo!" Nabila mendorong Bima menjauh.
"Astagfirullah, begini sekali nasib Niko." Ujar Niko yang di setiap situasi selalu menonton drama perbucinan teman-temannya.
"Tuhkan, kamu ngerokok lagi?!" Ujar Resya ketika mendapatkan bungkus rokok yang sejak tadi di sembunyikan.
"Kan ga bisa berhenti langsung yang, maaf deh." Jawab Zillo menundukkan kepala.
"Alasan terus kamu tuh, balik kelas sana!" Marah Resya.
Zillo hanya bisa menatap nanar bungkus rokok yang baru saja di beli nya tadi. Mana bisa dia marah ke Resya perihal ini.
"Iya, yang, iya. Galak banget sih." Ujar Zillo. Gagal sudah keinginannya untuk menghindari pelajaran pertama.
KAMU SEDANG MEMBACA
Zillo [✓]
Teen FictionTiada warna selain hitam dan abu-abu di dalam hidup seorang Zillo Putra Wijaya. Gelap dan tak teraba. Zillo memiliki mata yang normal, namun ia tidak bisa melihat bagaimana indahnya dunia seperti kata Orang. Zillo tidak pernah tahu warna me-ji-ku-h...