00.73. Mau kah? (END)

16.6K 642 66
                                    

Playlist: SuhoEXO_Sedansogu🌹🎼

“Dengan siapa pun cerita cinta akan di tulis, yang menentukan bahagia atau tidaknya ending cerita itu adalah cara kita menyikapi segala masalah yang ada dengan baik. Menyadari bahwa yang sempurna itu tidak ada hingga mampu menerima segala kurangnya orang yang bersama kita.”

—The end, Naskah 'Zillo'  2020.


•••

Pagi hari, sekitar pukul setengah enam, Resya sudah terbangun dan langsung mencuci wajah serta menggosok giginya. Kali ini Resya lah yang ingin membuatkan sarapan untuk Zillo.

Gadis itu menuruni tangga lalu matanya berkaca haru melihat lelaki yang dicintainya tengah tertidur di lantai dengan selimut yang sudah berantakan. Tangannya tampak memeluk guling erat seperti orang yang kedinginan. Katanya, ini semua demi kenyamanan Resya agar ia bisa tidur dengan nyaman di kasur milik Zillo.

Apartemen Zillo memang berbeda dengan Apartemennya yang ada di Jakarta. Disini tampak sederhana dengan porsi ruang tamu kecil, dapur, ruang makan, dan di lantai atas hanya ada satu kamar dan balkon saja. Zillo dan Danu memang belajar hemat di Negeri orang ini. Meskipun uang warisan mereka sangat berlimpah, kedua anak muda ini hanya mengeluarkan uang untuk kebutuhan yg penting. Selebihnya mereka tabung untuk masa depan.

Yang membuat Resya bangga adalah, walaupun di satu kamar Apartemen kecil Zillo ini memiliki dua kasur, dimana satu kasur itu milik Danu dahulu, tapi tetap saja Zillo menjaga kenyamanan Resya, sehingga memilih tidak tidur satu ruangan dengan gadis itu. Ia Benar-benar menjadi lelaki baik yang menjaga diri kekasihnya disaat di luar sana banyak lelaki yang merusak pacarnya karena adanya kesempatan.

Zillo lelaki baik, yang mungkin hanya sedikit populasinya di muka bumi ini.

Resya menghampiri lelaki itu lalu mengusap keningnya lembut.

"Zillo, bangun! Pindah di kamar sana."

Resya mengguncang lengan Zillo pelan dan lelaki itu tampak menggeliat. Oiya, satu lagi perubahan Zillo selain pandai memasak, ia jadi mudah di bangunkan. Jadi Mahasiswa memang benar-benar merubah kebiasaan buruk Zillo.

"Jam berapa, yang?" Tanya Zillo dengan suara serak khas orang bangun tidur.

"Setengah enam. Pindah gih ke kamar."

Zillo menggeliat lagi lalu menumpukan kepalanya di paha Resya.

"Sana ih! Aku mau bikin sarapan." Resya menggerakkan pahanya agar cowok itu menyingkir.

"Bentar doang, yang." Zillo malah memeluk pinggang Resya dan menyembunyikan wajahnya di perut gadis itu.

Resya pun mendiamkannya sambil tangan gadis itu mengelus rambut Zillo yang tampak agak panjang.

"Pindah kalau masih ngantuk, Zillo." Suruh Resya lagi setelah sepuluh menit membiarkan cowok itu dengan posisi nyamannya yang jujur membuat Paha Resya pegal.

Kali ini Zillo membuka matanya. Resya menatapnya heran disaat Zillo tak segera beranjak.

Alisnya semakin bertaut karena tak mengerti maksud Zillo yang mengetuk keningnya dengan jari telunjuk cowok itu sendiri.

"Apa?"

"Kiss."

Gadis itu menggeleng pelan sebelum menuruti keinginan cowok itu.

"Udah. Sana ke kamar!"

"Dua kali lagi." Pinta Zillo ngelunjak.

Resya membelalakkan matanya. Zillo kenapa sih? Tapi akhirnya gadis itu menurut saja mengecup kembali kening Zillo sesuai permintaan.

 Zillo [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang