00.48. Tentang fakta

6.7K 519 19
                                    

•••
Zillo sudah duduk setengah jam lama nya di sebuah Kafe karena menunggu Daffa yang sudah berjanjian bertemu di sini.

"Udah lama, Bro?" Akhirnya, orang itu tiba dengan rasa tak bersalahnya.

"Ck! Lo ya, bang. Kalo bukan calon abang ipar udah gue tonjok juga lo." Daffa hanya terkekeh lalu menyeruput minuman yang telah di pesankan Zillo.

"Jadi, gimana bang?" Tanya Zillo was-was, dan memikirkan apa yang akan terjadi kepadanya setelah ini.

Terdengar suara Daffa menghela nafas, kemudian menatap Zillo dengan pandangan seram membuat yang di tatap semakin gugup, dan takut.

"Polisi lanjut penyelidikan yang sempat terhenti." Jawab Daffa.

"Bang, lo dan gue tahu siapa pelakunya. Dia memang orang tua tiri gue bang. Tapi gue yang gak tau diri ini mohon banget sama lo. Tolong bang, jangan jauhi gue dari Resya. " Ujar Zillo dengan pandangan memelas.

Zillo tahu. Cepat atau lambat, setelah sembuh pasti Daffa akan mengusut kasus kecelakaan tak wajar yang menimpah keluarganya. Meskipun sudah tahu pelakunya. Hal ini wajar menurut Zillo, dan Orang lain tentu nya. Siapa yang ikhlas Ayahnya meninggal karena sabotase, apalagi alasannya karena persaingan kerja. Namun sekali lagi, Zillo takut. Di dalam hatinya selalu cemas. Apakah jika masalah ini terungkap, hubungan Zillo dengan Resya akan baik-baik saja. Tentu gadis itu akan berpikir dua kali berhubungan sih pelaku adalah ayah tiri Pacarnya sendiri.

"Gue percaya lo, Zill. Andai lo bersekongkol dan mendukung perilaku Bokap tiri lo, lo gak bakal datang ke lokasi dengan wajah panik, dan khawatir. Bahkan lo rela punggung lo terkena luka bakar yang bekasnya abadi di tubuh lo." Daffa memberi senyum kedamaian. Bagaimana bisa Ia menjauhkan adiknya dari cowok yang selalu memasang badan menjaganya sepenuh jiwa.

Zillo bernafas Lega. "Maaf, gue gak bisa mencegah kejahatan itu dari awal." Ucapnya lirih.

"Gue tahu itu takdir Tuhan. Tapi bagaimana pun, Hukum harus berjalan bukan?"

Zillo mengangguk membenarkan ucapan Daffa.

"Om gue juga laporin papa karena kasus kematian opa yang ada hubungannya dengan ulah papa." Daffa terkejut, Benar-benar Manusia psikopat.

"Gue mau bantu lo, bang." Zillo mengatakan hal itu setelah berpikir panjang, dan menghela nafas untuk sekian kalinya.

"Maksudnya, lo punya bukti pendukung?" Tanya Daffa tepat sasaran.

Zillo mengangguk. "Sebelum gue pergi nyari kalian, gue udah rekam percakapan Bokap, dan Danu." Mengalirlah Semua cerita yang selama ini Zillo simpan rapat.

Ia rasa, Daffa adalah orang yang tepat untuk di ceritakan tentang masalah ini. Mungkin pada Bunda Mira, dan Resya ini masih menjadi pikiran dua kali, dan Zillo takut hal yang tidak diinginkan terjadi.

"Lo berhak dapatin ini, bang. Keluarga kalian udah hancur, dan sakit karena perilaku Bokap gue. Gue minta maaf karena gue gak bisa cegah hal ini lebih awal sampai menyebabkan Ayah lo meninggal, dan lo sendiri menderita dua tahun karena gak bisa jalan dengan normal. Maafin gue, bang..." Zillo menunduk merasa bersalah setelah memberikan file yang berisi rekaman Video percakapan.

Daffa menepuk punggung tangan Zillo yang ada di atas meja hingga membuat cowok itu mendongak. Daffa tersenyum hangat layaknya ia tersenyum untuk keluarganya. Senyum yang belum pernah di berikan pada Zillo.

"Lo gak salah, Zill. Terimkasih banyak. Gue tahu semua ini takdir, tapi gue bersyukur dan berterima kasih sama Tuhan karena ngirimkan lo untuk menyelamatkan nyawa gue, dan kedua orang yang berharga dalam hidup gue. Gue tahu kok lo sayang sama bokap tiri lo, dan gue rasa juga ini berat bagi lo untuk bantu gue. Maaf ya, Keluarga gue Repotin lo."

 Zillo [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang