“Apapun kamu yang aku lihat sekarang, selagi itu diri kamu tanpa memaksa jadi diri yang berbeda, aku tetap terima.”—Resya
•••
Resya keluar dari kamar Zillo setelah berhasil menenangkan cowok itu hingga terlelap tidur. Ia berniat mengambil sapu, dan beberapa peralatan kebersihan lainnya untuk membersihkan kamar Zillo yang berantakan."Gimana, sya, udah tenangkan?" Tanya Bima ketika melihat Resya keluar dari kamar Zillo.
Resya tersenyum. "Alhamdulillah, udah."
"Mau kemana, sya?" Tampak Niko baru keluar dari kamar sebelah kamar Zillo.
"Mau ambil sapu."
"Dimana dia?"
"Dikamar, Lagi tidur."
"Ayo! Biar kita berdua bantuin, Sya." Ujar Bima berdiri dari duduknya.
Resya pun mengizinkan mereka berdua membantunya. Setelah mengambil peralatan, mereka pun membersihkan kamar Zillo. Ternyata ada untungnya Zillo susah bangun, karena disaat mereka membersihkan pecahan kaca, dan beberapa kekacauan lainnya, cowok itu tidak terganggu sama sekali.
"Udah jam enam aja. Aku tinggal masak gak papa kan?" Ucap Resya setelah kaget melihat jam di atas meja lampu kamar Zillo sudah jam enam sore.
"Gak papa, sya. Tinggal sedikit lagi kok." Jawab Niko.
***
"Nik, Zillo belum bangun?" Tanya Resya setelah selesai memasak.
"Belum, Sya. bangunin Gih!"Jawab Niko.
Resya pun pergi ke kamar Zillo guna membangunkan cowok itu. Betapa terkejutnya Resya ketika melihat Zillo gelisah di tengah tidurnya.
***
Zillo merasa berada di sebuah tempat yang serba putih, tak beruang, dan tak bersudut. Hanya seperti hamparan warna putih.Dirinya panik tak menentu. Zillo berlari kencang mencari jalan keluar.
"Tolong... Seseorang tolong bantu keluarin gue." Teriak Zillo.
Hanya hening yang ia dapat.
"Mama, Opa! Bantu Zillo." Teriaknya lagi.
Wajah frustasi Zillo terlihat jelas. Mau sebagaimana pun ia berlari tetap tidak ada jalan keluar. Ia hanya sendirian disini. Sepi, sunyi, dan tak berwarna.
Otot-otot kaki Zillo mulai melemah hingga ia terjatuh tak bisa di tahan.
Zillo menangis kencang sembari meneriakkan kata meminta pertolongan. Sungguh ini lebih menyeramkan dari apapun. Ia tidak suka sendirian, dan kesepian.
***
Zillo terus bergumam lirih, matanya masih terpejam, tangannya mencengkeram erat kain seprai, dan keringat tampak membanjiri pelipisnya.
"Zill, Bangun..." Resya mendekati Zillo, dan mengusap keringat di pelipis Zillo.
"Sayang, bangun hei! Ada aku disini, kamu gak akan kesepian." Resya terus berusaha membangunkan Zillo yang masih meracau takut kesepian.
"Haaaa..." Zillo menarik nafas kasar ketika terbangun.
Matanya menatap linglung ke sekitar. Begitu kesadarannya sudah penuh, Ia langsung memeluk Resya erat.
"Tenang, ya. Aku selalu di sini sama kamu. Jangan takut apapun." Resya mengusap rambut Zillo pelan.
Zillo terisak di pelukan Resya Membuat gadis itu turut merasakan kesedihan kekasihnya. Resya melepaskan pelukannya, dan Menatap wajah penuh air mata nya Zillo.
KAMU SEDANG MEMBACA
Zillo [✓]
أدب المراهقينTiada warna selain hitam dan abu-abu di dalam hidup seorang Zillo Putra Wijaya. Gelap dan tak teraba. Zillo memiliki mata yang normal, namun ia tidak bisa melihat bagaimana indahnya dunia seperti kata Orang. Zillo tidak pernah tahu warna me-ji-ku-h...