“Orang tersayang salah satu self healing terbaik, ga sih? Kaya kalo bareng Dia tuh rasanya Dunia bakal baik-baik aja.”
•••
Sinar matahari memasuki Cela-cela jendela yang tertutup gorden berwarna pink muda. Tampak seorang Gadis masih bergelung pada selimutnya yang hangat."Dek, bangun!" Panggil Daffa lembut seraya mengelus pucuk kepala Adik nya.
"Resyaaaa!" Panggil Dafa sekali lagi, dan berhasil membuat Gadis itu mengerjapkan matanya.
"Morning, Bang." Sapanya seraya tersenyum.
"Pagi." Jawab Dafa dengan tersenyum manis pula.
"Ayo, cepat bangun! buruan mandi terus sarapan. Bunda udah nunggu di bawah."
Resya pun mengangguk menurut, lalu beranjak dari tempat tidurnya.
"Oiya, hari ini jadwal Abang apa?"
"Psikiater. Tinggal berapa tahap lagi sih. Setelah satu tahun lebih konsultasi, Abang merasa lebih baik." Jawab Daffa dengan senyum teduh nya.
"Abang masih sering gelisah? Mimpi buruk, atau masih ngerasa trauma?" Tanya Resya lagi, jiwa-jiwa sosial nya mulai keluar.
Daffa tersenyum seraya menggeleng, "Tinggal Susah tidur aja yang perlu di lawan lagi. "
"Syukur deh. Setelah itu selesai Abang tinggal fokus sama pemulihan kaki Abang supaya bisa jalan lagi." Kata Resya, lalu Ia mencium pipi Kakaknya.
"Kita harus bangkit. Harus kuat, dan buat Bunda bahagia. Karena tinggal Bunda yang Kita punya." Kata Resya lagi.
Daffa tersenyum seraya mengangguk. Adik, dan Bunda nya adalah semangat nya untuk Pulih.
Ia terkadang merasa iri kepada Adiknya yang begitu kuat jiwa nya untuk menerima musibah yang dihadapi Keluarganya. Sedang kan Ia yang notabane nya adalah seorang Kakak, dan seorang Lelaki malah jatuh terpuruk karena cobaan ini.
"Abang,"
"Iya?" Daffa melirik Adiknya yang ingin ngomong.
"Dia sakit."
Kedua alis tebal Daffa menyatuh berpikir, Lalu sebuah nama muncul di otaknya.
"Orang yang Kamu ceritakan itu, yang
Kita temui kemarin di Rumah Sakit?"Resya menunduk lesu. "Dia konsul juga."
Daffa sedang berperang batin dan pikiran.
"Siap ga? Kamu harus bisa jadi berguna untuk Dia."
Itulah hal yang mengganjal di pikiran Resya. Bagaimana Ia bisa berguna di mata Zillo, jika hubungan pertemanan Mereka tak baik.
***
Hari ini Resya berangkat diantar Bundanya karena Bunda nya sekalian ingin menemui wali kelasnya.
"Bunnn, kasih tau Resya dong, Bunda mau ngapain nemuin Buk Lily?" Bujuk Resya seraya menarik-narik lengan kain gamis Bundanya.
"Kepo deh, udah sana masuk kelas. " Bukannya menjawab sang Bunda malah menyuruh nya memasuki kelas.
Dengan mode ngambek Resya menghentak-hentakan kakinya di tanah. Walaupun sedang kesal tak mengurangi sedikit pun rasa hormat nya kepada Bundanya, karena Resya masih mau berpamitan dan mencium kedua pipi Bundanya sebelum pergi ke kelasnya.
"RESYA!" Teriak Nabila dari depan gerbang sekolah seraya melambaikan tangan ke arahnya.
Resya yang melihat pun hanya menggeleng kepala, "Buruan gih, entar Aku tinggal nih. " Canda Resya seraya Pura-pura ingin melangkah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Zillo [✓]
Teen FictionTiada warna selain hitam dan abu-abu di dalam hidup seorang Zillo Putra Wijaya. Gelap dan tak teraba. Zillo memiliki mata yang normal, namun ia tidak bisa melihat bagaimana indahnya dunia seperti kata Orang. Zillo tidak pernah tahu warna me-ji-ku-h...