•••"Pantau terus sih Adit. Danu dimana?"
"Gue belum tahu. Bagian sih Gani yang nyari."
"Oke. Thank's ya!"
"Btw, lo jangan lalai."
"Sip! Kabarin gue kalau ada apa-apa."
Sambungan telepon antara Zillo dan Andra pun terputus. Libur kenaikan kelas kali ini tidak bisa membuat Zillo tenang di tambah dengan kondisinya yang seperti ini sungguh mengekang segala ruang gerak Zillo.
Zillo tak habis pikir pada Danu, bagaimana bisa Danu menjadi orang yang senekat itu untuk meneruskan pekerjaan gelap sang Papa.
Zillo terdiam sejenak lalu mencoba menelepon nomor Danu kembali untuk kesekian kalinya.
Tidak bisa. Nomornya tidak aktif.
Zillo mengacak rambutnya kasar. Ia khawatir aktivitas abangnya terendus oleh pihak berwajib. Zillo harus berusaha membujuk Kakaknya mulai dari sekarang sebelum terlambat.
"Zillo." Suara Resya memanggilnya membuat Zillo bergegas membawa kursi rodanya keluar dari kamar mandi.
Tampak gadis itu tersenyum dengan setelan kasual nya membuat Zillo mengernyitkan dahi bertanya.
"Mau kemana?"
"Nemenin Nabila ke toko buku."
"Gak boleh." Tolak Zillo langsung.
"Bentar aja kok. Lagian diantar pak supir nya Nabila." Bujuk Resya agar diizinkan.
Zillo menghela nafas, mungkin aman.
"Selesai dari toko buku langsung pulang." Resya mengangguk lalu tersenyum.
"Abang di Ruang TV. Kalo butuh sesuatu panggil aja, ya." Zillo mengangguk.
"Aku pergi dulu." Resya mengusap rambut Zillo.
"Hati-hati. Dengerin aku! Jangan mampir kemana-mana lagi." Peringat Zillo.
"Siap."
Zillo tersenyum ke arah Resya yang melambaikan tangan dengan gembira. Mungkin gadis itu bosan karena di rumah terus. Tampak dari langkahnya begitu gembira.
Dua jam berlalu—
Kini Zillo, Bima, Niko dan Daffa tengah berkumpul di ruang tv sembari melakukan kegiatan Hobi para lelaki. Apalagi kalau bukan game.
"Yang kalah delivery makanan." Ujar Niko disela semangatnya yang membara untuk mengalahkan temannya.
"Gak usah bacot. Entar lo yang kalah mampus!" Sahut Bima ngegas.
"Kita liat aja siapa yang bakal menang. Pasti gue." Ujar Niko sombong.
"Diem lo pada! Ganggu konsentrasi orang aja." Marah Daffa.
"Yes! Mampus lo bang." Zillo bersorak senang karena menang melawan Daffa.
"Gara-gara kalian nih!" Niko dan Bima menjadi sasaran amarah Daffa.
"Adawww... Kampret lo bang!" Niko mengadu saat bantal sofa mengenai kepalanya hingga oleng sedikit.
"Hmmm... Menang. Yang bacot, Melempem." Kali ini giliran Bima yang bersorak girang seraya berjoget ria menjulurkan lidah mengejek Niko yang tadi amat songong.
KAMU SEDANG MEMBACA
Zillo [✓]
Teen FictionTiada warna selain hitam dan abu-abu di dalam hidup seorang Zillo Putra Wijaya. Gelap dan tak teraba. Zillo memiliki mata yang normal, namun ia tidak bisa melihat bagaimana indahnya dunia seperti kata Orang. Zillo tidak pernah tahu warna me-ji-ku-h...