“Makasih udah sabar, dan mau nerima aku yang sakit mental.”~Zillo Putra
•••
Malam minggu kali ini Resya di buat kelimpungan karena Zillo yang katanya akan datang kerumahnya mendadak menghilang sejak jam tiga sore. Tadinya Cowok itu pamit ingin main basket, tapi sampai pukul delapan malam ini Dia tak kunjung memberi kabar pada Resya.Niko:
||Sya, Zillo kacau lagi dari sore. Tolong bantu Kita, dan maaf baru ngasih tahu Lo.Pesan dari Niko tentu saja membuat Resya terkejut bukan main. Kenapa baru di kasih tahu sekarang sih.
"Abang," Panggil Resya sembari berkemas masuki dompet, dan hape nya di tas.
"Kamu kenapa dek?" Tanya Daffa saat melihat kepanikan di wajah Adiknya.
"Zillo lagi kacau di Apartemen nya. Resya pamit pergi dulu ya, Abang ga papa kan di Rumah sendirian?"
Daffa mengangguk. "Abang gak papa kok, bentar lagi juga Bunda pulang. Kamu naik apa?"
"Resya udah pesan ojol. Resya pergi ya bang."
Resya berjalan cepat saat di kabarin ojol pesanannya sudah sampai di depan rumah.
Begitu sampai di depan Apartemen, Bima yang sejak tadi menunggu di luar langsung membuka pintu mempersilahkan Resya masuk.
"Kenapa lagi?" Tanya Resya sembari menghampiri Niko yang terduduk di lantai depan kamar Zillo. Terdengar pula suara rintihan tangis Zillo dari dalam kamar.
"Ga ada masalah, Sya. Kita juga udah janjian main basket siang tadi. Kita tungguin disana hampir satu jam lebih, tapi ga datang-datang. Akhirnya Kita berdua kesini." Jelas Niko yang tampak sekali Cowok itu frustasi menghadapi Sahabatnya.
Sejak Sore tadi keduanya sudah lelah membujuk Zillo keluar kamar, dan sejak sore pula berbagai suara tinjuan atau pecahan kaca terdengar dari dalam kamar, tak jarang juga suara jeritan amukan Zillo terdengar juga.
"Kalo ga sabar, udah Gue dobrak nih pintu." Ucap Niko seraya mengacak rambutnya.
Sudah lebih dari tiga kali pintu kamar Zillo rusak karena ulah Niko. Mungkin tukang reparasi capek di panggil untuk menggantinya terus-menerus.
"Sya, gue ga mau Temen gue gini terus. Gue kasian sama dia. Gue aja yang nyaksiin capek, apalagi Dia yang ngerasain." Niko menunduk frustasi.
Bima meluruh ikut duduk di samping Niko. Cowok itu merangkul Sahabatnya.
"Bim, apalagi yang harus kita lakuin biar dia sembuh? Gu---"
Resya yang sejak tadi diam mendengarkan keluhan Niko ikut menangis saat melihat Niko menangis pedih.
"Sya, Lo coba bujuk deh." Suruh Bima kemudian.
Resya menghapus air matanya. Setelah menarik nafas menenangkan diri, Resya mencoba mengetuk pintu kamar Zillo.
Tok...tok..tok..
"Zillo, ini Resya. Buka pintunya sayang!" Panggil Resya.
"Zillo!" Panggil Resya kedua kalinya.
Dari dalam kamar, Zillo yang sedang memeluk lututnya sembari menangis mendongakkan kepalanya saat mendengar suara indah kesukaannya.
"Sayang, buka pintunya ya." Terdengar lagi suara Resya disana.
Zillo beringsut kearah pintu. Cowok yang sedang dalam keadaan kacau itu tersenyum kecil dengan airmata mengalir.
"Cha, aku sayang sama kamu." Ucapnya dengan kekehan kecil.
KAMU SEDANG MEMBACA
Zillo [✓]
Teen FictionTiada warna selain hitam dan abu-abu di dalam hidup seorang Zillo Putra Wijaya. Gelap dan tak teraba. Zillo memiliki mata yang normal, namun ia tidak bisa melihat bagaimana indahnya dunia seperti kata Orang. Zillo tidak pernah tahu warna me-ji-ku-h...