Suara hati Danu.
•••
"Kenapa lo tinggalin gue sendiri di Neraka ini, Put?" Danu terduduk lemah di kursi belajar Zillo.
Barusan saja Danu melihat adiknya pergi dengan membawa koper. Ia juga sempat melihat perseteruan adik dan Papa nya itu.
Danu pengecut! Itu yang dipikirannya. Ia tak mampu mencegah adiknya untuk tidak pergi meninggalkan dirinya sendiri.
Hatinya juga tersayat saat mengingat adiknya yang tahu bahwa Danu ikut serta dalam menyakiti Mamanya.
Andai adiknya tahu bahwa Danu juga menyayangi Mamanya walau bukan Mama kandung yang melahirkannya. Danu hanya terpaksa melakukan itu, Semua ini paksaan Papanya. Danu di ancam jika tidak mau ikut serta maka ia di usir, dan Zillo juga Ikut sengsara bernasib seperti Mamanya.
"Kamu cuma perlu ikutin perintah Papa! Bukan Papa suruh membunuh dia."
"Mama punya riwayat sakit Jantung, Pa! Danu gak mau Mama kambuh." Kali ini, Danu sih anak penurut melawan Papa nya.
"Dia bukan Mama kandung kamu! Kenapa mesti peduli? Lagian memang itu tujuan Papa, Dia kambuh lalu meninggal."
Danu menggeleng tak percaya mendengar ucapan Papanya yang diiringi oleh seringaian jahat.
"Danu gak mau! Danu sayang sama Mama."
Plak!
Pradipto, Papanya tega menampar pipi Danu hingga terasa perih dan Panas.
"TURUTI PERINTAH PAPA! ATAU KAMU MAU ADIK KESAYANGAN KAMU JUGA PAPA SIKSA?!"
Danu menggeleng kuat. Melihat Mamanya tersiksa karena perbuatan Papanya saja sudah sangat sakit, apalagi melihat Zillo tersiksa. Tidak. Danu sangat menyayangi adiknya.
"Turuti perintah Papa!" Pradipto pergi meninggalkan Danu yang baru mengenakan seragam SMA itu sendirian dengan tangis memilukan.
Papanya sangat berambisi menguasai harta Mamanya yang sangat banyak. Padahal semenjak menikah, perusahaan peninggalan Papa kandung Zillo diserahkan pada Papanya. Tapi Papanya memang Iblis yang tak pernah merasa puas dengan harta.
"Bang, bantuin Putra gambar peta." Danu melirik ke arah pintu kamarnya dimana seorang remaja laki-laki berusia 15 tahun tengah menenteng buku gambar dan alat tulisnya.
Danu tersenyum, mungkin senyumnya mengandung rasa pilu.
"Sini." Danu menyuruh adiknya duduk di karpet kamarnya dan mulai membantu pekerjaan sekolah adiknya.
"Bodoh! Wanita Bodoh! Minggir kamu." Umpatan dengan nada tinggi itu mengganggu konsentrasi dua Bocah yang sedang mewarnai gambar peta bersama.
"Mas kamu mabuk. Jangan pergi dulu." Itu suara Mama mereka.
Danu dan Zillo langsung berdiri mengintip dari pintu Kamar. Papa dan Mama mereka tengah berseteru di tangga.
"Saya gak akan kembali sebelum kamu serahkan alih nama kepemilikan Rumah Sakit itu ke saya."
"Itu milik anak-anak kita nanti Mas! Kamu sudah mendapatkan perusahaan, dan Ayah aku juga masih menjadi pemimpin sah." Jelas Mama mereka seraya menangis tersedu.
"Kamu tinggal suruh Ayah kamu mengubah ahli waris, lalu semuanya akan SELESAI BODOH! " Danu dan Zillo meringis, dan refleks menutup mata takut karena Papanya menampar Mamanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Zillo [✓]
Genç KurguTiada warna selain hitam dan abu-abu di dalam hidup seorang Zillo Putra Wijaya. Gelap dan tak teraba. Zillo memiliki mata yang normal, namun ia tidak bisa melihat bagaimana indahnya dunia seperti kata Orang. Zillo tidak pernah tahu warna me-ji-ku-h...