00.12. Kok begini?

14.2K 943 9
                                    

Perasaan itu sudah ada, Tapi hati mencoba menampiknya dengan alibi status Teman.

~Resya


Resya menarik bangku memposisikan dirinya duduk disamping Zillo yang terbaring lemah dengan jarum infus yang menempel di tangannya. Zillo belum juga sadar sejak dua jam lamanya Resya disini.

"Aku gak tau masalah Kamu. Apa begitu parah sampe Temen kamu gak mau bisa ngasih tau Aku? Zillo, bangun! Kamu harus kuat hadapi masalah Kamu. Masih ada Orang yang ingin liat Kamu di Dunia lebih lama." Lirih Resya seraya mengusap lembut tangan Zillo yang bebas infus. Entah mengapa hatinya merasa iba dan sakit bersamaan.

Mata Resya berair melihat ada banyak luka sayatan di sepanjang pergelangan tangan Zillo. Self harm, Zillo menggemari hal itu guna mengalihkan Rasa sakit yang di derita batin nya.

"Ayo, Bangun! cerita sama Aku apa masalah Kamu. Aku janji bakal dengerin, dan bantu Kamu untuk menyelesaikan masalah Kamu. Aku khawatir sama Kamu Zillo. "

Resya tidak tahu bahwa Zillo mendengar semua penuturannya, meskipun mata Lelaki itu masih tertutup. Resya juga tidak tahu bahwa air mata Zillo mengalir hingga jatuh lewat pelipis nya.

"Sya," 

Resya langsung mendongak mendengar suara lirih dari Orang yang di kenalnya.

"Zillo kamu udah sadar. Mana yang sakit? Mau Aku panggilin Dokter?"
Ucap Resya panik, ia ingin memanggil Dokter namun tangan lemah Zillo menariknya.

"Gue gak papa kok." Ucap Zillo menampilkan senyum tipisnya.

Catat! Zillo yang sekarang lebih muda Tersenyum kepadanya.

"Tapi tetap aja Kamu baru sadar. Aku panggil Dokter dulu ya. "

"Makasih." Ucap Zillo seraya melepaskan tangan Resya.

Alis Resya menaut tanda tak mengerti.

"Makasih udah mau jenguk Gue. " Ucap Zillo setelah melihat wajah kebingungan Resya.

Resya langsung mengangguk seraya tersenyum tulus. "Ga masalah kok. "

Zillo tersenyum senang saat melihat Resya yang pergi untuk memanggil Dokter.

"Makin Cinta." Guman Zillo dengan suara kecil.

Setelah di periksa Dokter dan ternyata keadaannya sudah semakin membaik, Zillo langsung di pindahkan ke kamar inap.

Resya pun masih berada disini, padahal jam sudah menunjukan pukul tujuh malam.

Zillo sudah sedari tadi membujuknya untuk pulang, namun Resya tetap keukeh ingin menemani Zillo sampai Niko dan Bima datang.

Dalam hati Zillo pun sudah menggerutu tidak jelas. Ia kesal dengan Niko dan Bima. Kemana mereka? Memberi privasi waktu berdua boleh, Tapi gak sampai malam juga dong. Zillo takut Bunda Resya khawatir dengan Putrinya.

"Pulang ya!" Suruh Zillo sekali lagi, namun dibalas gelengan kapala oleh kepala Resya.

Zillo menghela nafas lelah. "Kalo enggak kabarin Bunda Lo dulu deh. "

"Udah Zillo, kata Bunda ga papa asalkan nanti pulang nya dianterin sama Temen jangan pulang naik kendaraan umum. "

"Yaudah, nanti Gue suruh Niko nganterin. "

"Gausah, Niko kan jagain Kamu. Aku minta jemput Kak Danu aja deh sekalian mau ngasih tahu Dia kalo Kamu di rumah sakit. Kamu pasti belum kabari Kak Danu kan?" Tanya Resya seraya menatap Zillo dari kejauhan, karena sekarang Ia berada di Sofa sedangkan Zillo di kasur rumah sakit.

 Zillo [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang