00.71. (LDR) Merindu

6.3K 511 16
                                    

“Bagi aku, kamu udah punya 90,99 persen kesempurnaan yang aku cari. Sisanya, cukup aku syukuri sebagai kekurangan kamu. Jadi, aku tidak akan mencari orang lain untuk melengkapinya. Janji.”

Zillo Putra Wijaya

•••

Zillo baru selesai mandi dan sedang mengeringkan rambutnya menggunakan Hairdryer. Hari ini adalah hari yang cukup melelahkan. Zillo baru saja memulai aktivitasnya sebagai Mahasiswa satu bulan yang lalu, dan kini sudah banyak jadwal tugas yang menghampiri.

Zillo harus merelakan hari-harinya di Perpustakaan untuk mengerjakan tugasnya. Ia benar-benar konsisten mengerjakan sesuatu sesegera mungkin.

Selesai mengeringkan rambut, ia langsung menghampiri meja belajarnya dan mulai menyalahkan laptopnya untuk mengurangi rindunya dengan Resya walau hanya lewat layar kaca.

"Selamat malam." Ujar Zillo manis saat layar laptopnya menampilkan wajah gadis yang selalu ia rindukan di setiap detik harinya.

"Malam kembali."

Ah, senyuman itu. Zillo sangat merindukannya. Ia ingat ketika baru 24 jam berada di sini, bagaimana ia menghabiskan waktunya seharian penuh menangis dan merenung, merindukan Resya. Tapi seiring berjalannya waktu, ia mulai berdamai dengan jarak. Walau masih sering merenung galau ketika sangat merindukan kekasihnya.

"Kamu lagi ngapain?" Tanya Zillo penasaran saat Resya mengarahkan kameranya menatap langit-langit kamar gadis itu.

"Sebentar, ya. Lagi nyusun buku yang di bawa besok."

Zillo pun menunggu gadis itu selesai dengan kegiatannya.

"Kamu baru mandi tengah malam begini? Kebiasaan banget sih." Omel Resya saat melihat handuk kecil Zillo masih tersampir di lehernya.

Di Indonesia sendiri jam sudah menunjukan pukul 10 malam berarti di Tokyo sudah Jam 12 malam.

"Aku baru pulang kampus jam sebelas, yang. Risih kalau gak mandi." Jawab Zillo seraya berbaring di tempat tidurnya.

"Jangan terlalu memaksa, Zillo. Kalau belum deadline di kerjakan dengan santai aja. Aku gak mau kamu sakit. Kamu harus melakukan kegiatan kamu dengan bahagia, bukan seakan terbebani oleh waktu."

Di tempatnya, Zillo tersenyum manis mendapatkan perhatian dari Resya.

"Iya, sayangkuu... Besok enggak gini lagi deh."

"Jangan iya mulu. Di patuhi!"

Zillo bergumam, kemudian berkata kembali. "Kata Bima, kamu di godain sama kating kamu ya?"

Zillo ingat laporan Bima tadi siang, Resya di godain oleh kating nya yang katanya lumayan ganteng. Hal itu  tentu berhasil membuat Zillo uring-uringan gak jelas saat di kampus tadi. Mana Resya gak bisa di hubungi saat itu juga.

"Aman terkendali komandan. Enggak ke goda-goda klub." Ujar Resya seperti laporan.

"Aku percaya sama kamu. Tapi kalo dia mau macam-macam harus lapor aku dan minta bantu Bima. Btw, gimana kuliahnya hari ini?"

"Iya, Zillo. Kuliah sih kaya biasa, semua masih berjalan lancar."

"Kamu udah ngantuk?" Tanya Zillo ketika melihat Resya menutup mulutnya saat menguap.

Di Negara yang berbeda Resya hanya bisa mengangguk lalu berjalan ke tempat tidurnya.

"Yaudah, tidur. Tapi jangan di matikan,.ya. Aku masih kangen."

 Zillo [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang