Resya terbangun dari tidurnya. Matanya langsung segar ketika melihat posisinya dengan Zillo saat ini. Zillo sedang memeluknya. Catat!
Apakah Zillo sadar melakukan ini, atau tidak? Sekarang itu tak penting. Resya lebih memilih untuk mengamati wajah damai dan menggemaskan itu. Tampak indah dan sempurna setiap sudutnya.
"Sampai berapa lama diemin aku?" Gumam Resya pelan lalu melepaskan pelukan Zillo dan beranjak turun dari brankar.
Pukul lima sore, Resya Ingin membuang bekas bungkus makanan dan sampah kulit buah yang sudah ia kumpulkan dalam satu plastik.
"Dor!" Resya tersentak kaget saat ada yang mengejutkannya.
Tampak Niko dan Bima tengah cengar-cengir dihadapannya.
"Ngapain?" Tanya Bima.
"Nih, gak liat?" Sungut Resya yang masih sangat kesal.
Resya menutup tong sampah tersebut lalu membalikan badan menatap kedua Sahabat Zillo itu.
"Kok baru kesini?" Tanya Resya.
"Tadi benerin Motor jadulnya Niko dulu." Ujar Bima dan langsung mendapat sentilan di kepalanya dari Niko. Enak saja ngomongin motor Niko jadul.
Bima hendak ngomel namun, "Ngapa Lu?!" Mata Niko sengaja di plototkan.
"Gak." Jawab Bima.
"Motor Vespa kesayangan gue, lo bilang Jadul?!"
"Kan emang! Mogok terus, capek gue dorongnya, mana kagak dikasih traktiran es." Ujar Bima.
"Hitungan banget sih lo. Nih ya, asal lo tahu, harga motor gue lebih mahal dari ginjal lo!" Nyolot Niko
"Anjir, lo kira ginjal gue harganya gocengan?!"
"Jadi lo pikir Vespa gue kaga mahal? Antik nyet, mahal."
Saat Bima ingin melawan lagi, Resya menginterupsi mereka agar berhenti.
"Stop debat! Ayo balik ke ruangan." Resya berbalik meninggalkan dua manusia yang saling menatap sengit.
"Kalo lagi tidur aja anteng banget." Kata Niko saat melihat Zillo masih tertidur.
"Kalo bangun, langsung bertransformasi jadi Macan tutul." Sambung Bima membuat Resya tertawa. Memang benar.
"Nanti Anak-anak mau kesini, Sya." Ujar Bima.
"Siapa?" Tanya Resya.
"Bocah-bocah yang jumpa di tongkrongan waktu itu." Resya mengangguk mengerti.
"Hallo... Assalamu'alaikum."
Baru saja bibir Bima mengatup kumpulan para manusia itu sudah berdiri di ambang pintu. Sih Gani yang melambaikan tangan dengan alay, Farhan senyum-senyum kayak orang Gila, Andra yang tersenyum normal, dan Angga yang stay Cool.
Tapi itu tak terlalu penting. Makanan yang masing-masing berada di genggaman mereka yang menjadi pusat perhatian Niko dan Bima. Tampak enak semua.
"Masuk sini." Ajak Resya dengan senyumannya.
Setelah meletakan makanannya di meja, Gani dan Farhan langsung menghampiri brankar Zillo.
"Woi, Bangun! Bisa sakit juga ye lu." Dasar Gani teman kurang ajar. Zillo sampai tersentak.
"Bangsat!" Maki Zillo kesal hingga memukul badan Gani dengan guling nya.
"Lo kenapa?!" Zillo menatap ngeri kearah Farhan yang terus menatapnya.
"Gak papa. Strong banget lu masih bisa hidup, pas liat pap foto kritis lu gue pikir bakal mati." Ujar Farhan polos.
"Anjing lo!" Maki Zillo.
KAMU SEDANG MEMBACA
Zillo [✓]
Genç KurguTiada warna selain hitam dan abu-abu di dalam hidup seorang Zillo Putra Wijaya. Gelap dan tak teraba. Zillo memiliki mata yang normal, namun ia tidak bisa melihat bagaimana indahnya dunia seperti kata Orang. Zillo tidak pernah tahu warna me-ji-ku-h...