“Kamu jangan ganteng-ganteng!"—Resya
•••
"Tegakin kepalanya! Dari tadi mau nya rebahan mulu." Omel Resya.Tangan kecilnya digunakan untuk menarik telinga Zillo. Dan, ya, Zillo hanya bisa menghela nafas bosan seraya menegakkan kepalanya.
Saat ini mereka tengah belajar bersama dengan duduk di lantai beralaskan karpet bulu di ruang santai rumah Resya. Sejak awal belajar hingga 30 menit berlalu, Resya selalu menghadiahi pendengaran Zillo dengan omelan karena lelaki itu berkali-kali merebahkan kepalanya di atas meja, dan tak jarang matanya ikut memejam hingga membuat Resya kesal bukan main.
"Serius!" Omel Resya lagi, lalu memberikan lima soal ekonomi lagi kepada Zillo.
"Aku udah ngerti bagian bab ini, jangan soal yang gini lagi deh."
Ini yang Resya herankan sedari tadi, sudah kali Ketiga Resya memberikan soal Pada Zillo mulai dari pelajaran Geografi, Sejarah, hingga kini Ekonomi dan Zillo sudah menjawab lumayan bagus pada dua mata pelajaran sebelumnya. Hanya geografi yang sedikit tak dipahami Lelaki itu.
Bisa di simpulkan, Zillo sebenarnya pintar namun malasnya menutupi kepintarannya.
"Ya udah, ulang-ulang lagi deh materi nya." Kata Resya seraya memberikan buku catatannya pada Zillo untuk di baca.
"Eh, anak bunda pada belajar, ya?" Mira datang dengan menenteng dua kantong plastik ditangan kanan, dan kirinya.
Resya langsung menghampiri, dan memeluk bundanya. Mira pun membalas lalu menciumi seluruh wajah anak gadis nya.
"Lagi-lagi ke rumah Nenek gak ngajak Echa." Resya cemberut, dan Zillo yang memandangnya pun gemas.
"Bunda kan sekalian kerja sayang. Lagian Nenek kamu bakal merajuk kalau tau anaknya di kota yang sama tapi gak mampir." Jawab Mira seraya mengelus pucuk kepala anaknya.
"Bunda." Zillo menyalimi tangan Mira saat wanita itu menghampiri meja mereka.
Mira tersenyum melihat buku-buku berserakan di meja. Ada hal positif yang dua remaja ini lakukan bersama.
"Belajar yang rajin, biar bisa sama-sama Sukses." Kata Mira.
Zillo dan Resya mengangguk serempak.
"Abang kemana?" Tanya Mira seraya celingukan mencari keberadaan anak lajangnya.
"Abang pamit ke kafe bentar, bun. Ngumpul sama temannya."
"Oh begitu. Ini bunda bawa oleh-oleh untuk kalian." Mira meletakan satu kantung plastik di meja.
"Makasih, bun." Jawab keduanya kompak.
"Kompak banget, jadi iri bunda." Goda Mira.
"Ih, bundaa..." Rengek Resya membuat Mira terkekeh.
Zillo? Sungguh pipi, dan telinganya sudah memerah malu di goda oleh Mira.
"Yaudah, Bunda mau mandi dulu, ya." Mira berpamitan.
"Lanjut!" Perintah Resya begitu Bunda nya pergi membuat Zillo menghela nafas.
"Yang! Istirahat bentar ya. Aku capek." Rengek Zillo menggoyang-goyangkan lengan Resya.
Merasa kasihan, Resya pun mengiyakan. Setelahnya juga ia menyuapkan puding hasil buatannya.
"Sore nanti aku mau ke toko buku." Kata Resya.
"Aku antar."
Resya menggeleng menolak. "Minta anterin abang bisa kok."
KAMU SEDANG MEMBACA
Zillo [✓]
Teen FictionTiada warna selain hitam dan abu-abu di dalam hidup seorang Zillo Putra Wijaya. Gelap dan tak teraba. Zillo memiliki mata yang normal, namun ia tidak bisa melihat bagaimana indahnya dunia seperti kata Orang. Zillo tidak pernah tahu warna me-ji-ku-h...