00.67. Prom Night

6.2K 474 24
                                    

"Kalau pun aku yang minta, jangan pergi. Kamu harus di sisi aku, karena pasti saat itu aku lagi kalut sampai minta kamu pergi."
—Zillo

“Hatinya begitu lembut, mana berani aku menggoreskan luka.”
Resya


•••

Selama tepat tiga tahun mereka berjuang mengenyam pendidikan di bangku sekolah menengah atas, hari ini adalah hari kelulusan yang mereka nantikan.

Siang nanti akan di isi dengan acara pentas seni. Dimana para Siswa-siswi SMA CENDANA bebas menampilkan kebolehannya di atas panggung, menciptakan kenangan indah di akhir masa abu-abu mereka.

Stan berbagai bentuk produk promosi mulai dari kartu data, minuman, makanan, dan lainnya tampak berjejer di sepanjang lorong memasuki gedung sekolah.

Para penjualnya yang cantik/ganteng serta awet muda terlihat lihai mempromosikan produk mereka sehingga memancing gerombolan murid datang.

"Mau yang mana lagi, Beb?" Dasar Bima alay, mentang-mentang baru jadian dua hari lalu sok oke pamer kemesraan. Kan kasihan Niko yang masih sendiri.

Di pikir mereka kemarin-kemarin Bima hanya bercanda pada Nabila, tapi ternyata mereka serius hingga jadian. Tunggu, apa ini dampak dari mereka yang terus menjodohkan serta menggoda keduanya? Kalau iya, mereka harus mendapatkan traktiran sebagai imbalannya.

Mata Nabila menelisik stan makanan, mencari sesuatu yang menarik.

"Itu." Nabila menunjuk stan sosis gulung yang berukuran jumbo. Bima pun langsung menarik tangan Nabila menuju ke sana.

"Yang, lama banget sih." Bisik Zillo kesal karena Resya yang tak kunjung selesai dengan urusan mengganti anti gores layar hapenya. Kekesalannya pun bertambah melihat sih abang sok kegantengan yang sedang melayani Resya.

"Ini temennya?"

KEPO. Gak liat apa Zillo yang sudah rela membawakan plastik berisi barang-barang dan makanan Resya? Teman macam apa yang seromantis ini?

Kesalnya semakin bertambah saat Resya menjawab "Iya" Dengan diiringi tawa dan lirikan.

"Makasih ya, manis." Ujar Abang itu seraya mengerlingkan mata kepada Resya membuat mata Zillo tersorot tajam.

"Iya sama-sama, bang."

Apa-apaan nih. Resya tersenyum pada orang lain.  Otw eksekusi.

Geram. Zillo membawa plastik belanjaan yang ada di tangan kanannya berpindah kesebelah kiri. Selanjutnya ia menarik tangan Resya agar segara pergi dari tempat ini.

Zillo menyeret Resya kesal menghiraukan Resya yang meminta ampun karena telah salah mengerjainya.

Tapi lihatlah seseorang yang mematung seraya mengelus dadanya.  Matanya melirik kearah kiri, dimana sahabatnya yang satu tengah mencicip makanan seraya bersulang ria dengan Pacarnya. Disisi Kanan, terlihat sahabatnya yang satu lagi juga tengah menarik pacarnya entah ingin kemana.

Mata Niko berkedut ingin menangis. Tuhan, kenapa Niko jomblo sendirian? Niko harus cari Pacar! Pokoknya harus dapat. Ia tak mau ngenes lebih lama lagi.

Sekarang Zillo menyeret Resya ke Taman belakang sekolah lalu memerintahkan gadis itu duduk di bangku.

Disaat mata Zillo menunjukkan aura kemarahan, Resya malah cengengesan  seperti tidak membuat sebuah kesalahan.

"Oke, kesalahan pertama, kamu cuma ngakuin aku sebagai Temen." Zillo yang berdiri dihadapan Resya mengacungkan jari telunjuknya dengan mata berapi-api.

 Zillo [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang