•••
Resya memasuki unit Apartemen milik Zillo untuk memastikan apakah cowok itu ada disini, atau tidak. Pasalnya, sejak pagi Zillo tak kunjung membalas pesannya. Ketika Resya tanya pada kedua sahabat Zillo tentang keberadaan cowok itu pun, dua manusia itu mengatakan tidak tahu.Mustahil memang Jika kedua orang itu tidak tahu, tapi sekeras apapun Resya bertanya tetap dijawab tidak tahu. Karena kesal pun ia memutuskan nekat kesini.
Ini sudah hampir sore, tapi Apartemen Zillo sungguh sangat gelap, tidak ada pencahayaan sedikit pun. Resya berpikir apa mungkin memang benar cowok itu tidak di Apartemennya. Suka sekali memang membuat Resya khawatir.
Resya tidak mempermasalahkan Jika Zillo ingin pergi kemana pun, tapi dengan syarat tetap mengabarinya. Bukan posesif sih, tapi lebih ke karena Zillo itu manusia dengan Mood yang tidak bisa di tebak sama sekali. Resya takut jika cowok itu Tiba-tiba kambuh, dan tidak ditemani oleh Siapapun.
Meskipun tidak meyakinkan bahwa Zillo ada di Apartemen nya, Resya tetap menuju ke kamar Zillo untuk memastikan.
Gelap. Bahkan jendela kamar, dan gorden nya tidak di buka. Resya memilih menghidupkan lampu, begitu kamar terang, Resya melihat sebuah gundukan di dalam selimut yang tertutup Rapat. Bukan! Bukan guling. Guling tidak sebesar itu.
Resya mendekati itu, dan membukanya perlahan.
"Kamu kenapa, Zill?" Resya kaget, dan langsung meletakan telapak tangannya ke kening Zillo. Panas sekali. Dilihatnya juga baju Zillo sudah basah karena keringat.
"Zillo, bangun!" Resya mengguncangkan tubuh Zillo dengan panik.
Pantas saja tidak membalas satu pun pesan dari Resya, ternyata cowok itu sedang sakit.
"Eunghhh..." Tampak Zillo berusaha membuka matanya seraya menggeliat pelan. Kepalanya terasa pusing, dan berkunang-kunang. Ia tak sanggup membuka matanya.
"Yang, kamu?!" Tanyanya memastikan dengan suara serak, dan lirih.
"Kamu kenapa gak bilang sama aku kalau lagi sakit gini." Tanya Resya seraya mengusap dahi Zillo yang terus berkeringat.
"Gak parah kok." Jawab cowok itu pelan.
"Apanya yang gak parah? Panas banget gini kok." Jawab Resya dengan kesal.
"Sekarang bangun! Ganti baju nya, udah basah banget itu. Kamu benar-benar ya, iss..." Resya tak bisa melanjutkan kata-katanya.
Ia ingin menangis seja. Pasti Zillo begini karena rela kedinginan tanpa jaket, dan Hujan-hujanan untuk melindunginya kemarin malam.
Ah, Semua tentang kesehatan Zillo selalu membuatnya takut, gelisah, dan khawatir berlebihan.
"Susah banget mata aku buat melek, yang." Ucap Zillo seraya mengangkat kedua tangannya, dan diarahkan ke matanya untuk membuka mata itu lebar-lebar.
"Aku buat makanan, ya. Pasti kamu belum makan dari pagi."
Zillo sudah bisa membuka matanya walau tidak sepenuhnya lebar karena memang pusing di kepala nya sangat hebat. Ia menyandarkan tubuhnya di kapala kasur, lalu menatap kekasihnya yang tengah membuka lemari pakaian nya.
"Ganti baju nya, Zill. Biar aku gantikan Seprei nya." Suruh Resya seraya memberikan kaos panjang untuk Zillo.
"Kuat jalan nya ke kamar mandi?" Tanya Resya ketika membuka sarung bantal Zillo yang basah.
Zillo mengangguk lemah. Ia tak mau merepotkan Resya berlebihan. Zillo pun berjalan dengan pelan, dan hati-hati seraya memegangi dinding kamar nya.
"Mau ikut ke dapur?" Tanya Resya ketika melihat Zillo keluar dari kamar mandi dengan pakaian yang baru.
KAMU SEDANG MEMBACA
Zillo [✓]
Teen FictionTiada warna selain hitam dan abu-abu di dalam hidup seorang Zillo Putra Wijaya. Gelap dan tak teraba. Zillo memiliki mata yang normal, namun ia tidak bisa melihat bagaimana indahnya dunia seperti kata Orang. Zillo tidak pernah tahu warna me-ji-ku-h...