Detik-detik sebelum LDR-an🥰
•••
Malam hari ini adalah malam terakhir Zillo berada di sini. Besok, ia sudah akan berangkat ke Jepang guna menempuh pendidikan.Hal ini pun menjadi Kesempatan untuk kedua sahabatnya Zillo beserta Resya, dan Nabila menghabiskan waktu bersama Zillo di sebuah pasar malam.
Kini mereka sedang beristirahat di sebuah warung Mie ayam setelah tadi memasuki wahana rumah hantu.
"Gimana ya keadaannya, Mas Pocong?" Niko menopang dagunya dengan tampang merasa bersalah.
Hal ini membuat mereka semua tertawa, tak terkecuali Zillo yang saat ini tampak lebih hangat dari biasanya.
"Lo sih gimana bisa sampe lu tendang poci ntuh?" Sahut Bima.
"Gue refleks karena kaget. Habisnya mas pocongnya pegangin kaki gue, padahal kan biasanya tangan pocong dilipat." Jelas Niko polos.
Ia masih memikirkan Mas Pocong yang ia tendang tadi. Tapi serius guys, Niko gak sengaja. Niko sedih teringat suara jeritan kesakitan Mas pocong nya.
Resya tertawa pelan. "Kamu sih ada-ada aja."
"Serius, Sya. Gue ngerasa bersalah."
"Udah makan mie lo! Yang penting kan tadi udah minta maaf." Ujar Zillo.
Memang iya tadi Niko sempat meminta maaf pada Mas Pocong nya sebelum ngacir pergi.
"Bil, minta tisu dong." Pinta Niko.
"Untuk Apa?" Tanya Bima heran.
"Udah minta dua lembar aja." Ucap Niko ngotot.
Nabila pun memberinya.
Mereka semua pada melongo saat Niko menangis tersedu-sedu. Lebay amat elah.
"Nih bocah ngapa nangis sih? Mas pocong nya gak papa elah." Bima pun mempuk-puk kepala Niko menenangkan adik bontotnya.
"Gue nangis bukan karena itu." Ujar Niko di sela tangisnya.
"Jadi?" Tanya mereka berbarengan.
"Temen gue mau pergi jauh. Gue sedih Bim, gak ada yang gue ajak gelut lagi." Niko menatap Zillo yang tengah menatapnya terkejut. Zillo menggeleng melihat tingkah sahabatnya yang satu ini.
Entah mengapa para cewek terbawa suasana dan ikut merasa sedih melihat cara Niko menangis.
"Udahan astaga... Nanti ajak gue gelut aja. Jangan cengeng lu, gak malu apa di liatin orang?" Ucap Bima yang sudah ingin ngekepin muka Niko di keteknya.
Serius deh, perhatian orang yang ada di warung ini ke mereka semua.
"Lo gak seru, Bim. Gue pasti menang dan gak ngerasa tertantang."
"Ngeremehin gue, lo?" Ucap Bima emosi.
Zillo langsung beranjak dari duduknya lalu beralih mendekati tempat duduk Niko.
"Lo ngapa sih? Katanya mau jadi prajurit Negara, masa lembek gini." Ucap Zillo seraya mengambil tisu dan menghapus air mata Niko kasar. Air mata buaya.
"Gue sedih, anjir. Lo kayak gak ada sedih-sedih nya mau LDR-an sama orang yang nemenin lo dari bocah." Omel Niko yang merasa kecewa sama sikap Zillo.
Lah ngapa kayak cewek gini sih?
"Lo bilang gue gak ada sedih nya pisah sama kalian? Lo salah. Kalo bisa milih pun gue gak mau jauh dari kalian." Zillo menatap Niko dan Bima bergantian.
KAMU SEDANG MEMBACA
Zillo [✓]
أدب المراهقينTiada warna selain hitam dan abu-abu di dalam hidup seorang Zillo Putra Wijaya. Gelap dan tak teraba. Zillo memiliki mata yang normal, namun ia tidak bisa melihat bagaimana indahnya dunia seperti kata Orang. Zillo tidak pernah tahu warna me-ji-ku-h...