"Tujuanku adalah, menemani sakitnya, mengobati lukanya, dan menjadi penyembuhnya sekaligus."-Kutipan cerita Zillo, 2020.
•••
Pagi yang mendung serta awan yang mendadak menjadi hitam membuat kedua orang yang sedang menunggu taksi di halte menatap langit.
"Mau turun hujan, yang." Zillo menatap kekasihnya.
"Gak papa, cuma hujan kok." Balas gadis itu tersenyum.
"Kamu pulang aja. Aku sendiri gak papa kok."
Resya menggeleng tegas. "Aku mau nemenin kamu."
Ya, hari ini Zillo akan mengikuti tes seleksi untuk mendapat beasiswa kuliah di Negeri Sakura, dan Resya ngotot menemani cowok itu ujian meskipun cuaca sedang tidak mendukung.
Sementara nasib perkuliahan Resya, bersyukur gadis itu lulus seleksi masuk kuliah dengan jalur undangan di salah satu Universitas negeri dengan jurusan Psikologi.
Begitu sebuah Taksi datang menepi, mereka langsung menumpanginya.
Resya benar-benar niat sekali menemani Zillo hingga gadis itu membantu Zillo menyiapkan segala keperluannya. Mulai dari alat tulis, kertas-kertas syarat, hingga bekal cowok itu sekaligus disiapkan.
"Banyak berdoa, dan jangan gugup nanti kamu bisa ngeblank." Kata Resya seraya menggenggam tangan Zillo yang satu, sementara tangan Zillo satu lagi tengah menggenggam buku.
Zillo mengangguk patuh lalu tersenyum. Resya pun membiarkan Zillo konsentrasi mengingat kembali materi yang sudah di pelajari nya.
Setengah jam berlalu, mereka pun sampai di tempat Zillo melakukan tes. Tampak hanya sedikit orang yang mungkin akan menjadi saingan Zillo. Mereka memilih duduk dulu di satu Gazebo karena Waktu ujian masih setengah jam lagi baru dilaksanakan.
Resya merapikan kerah kemeja putih Zillo, lalu dilanjut ke rambut Zillo yang sedikit berantakan. Zillo tentu menerima perhatian Resya dengan senang hati. Baper lagi.
"Tadi pagi sarapan apa?" Tanya Resya. Pasalnya mereka tadi bertemu di halte jadi belum sempat bertanya.
"Roti selai sama susu."
"Kenyang?"
Zillo mengangguk. Ya kenyang dong, orang Zillo makan rotinya tiga lembar, dan susunya satu gelas.
"Sini-in tas kamu."
Zillo melepas tasnya dan memberikannya pada Resya dengan patuh.
Zillo melihat Resya yang memindahkan botol air minum yang ada di ranselnya ke ransel Zillo serta memasukan dua pensil kedalam kotak pensil Zillo.
"Untuk cadangan." Kata Resya sebelum Zillo Bertanya.
"Makasih, yang." Ucap Zillo tulus seraya menatap Resya sangat lembut.
Gadis ini, Zillo tidak akan pernah menyia-nyiakannya.
Resya mengangguk balik tersenyum simpul. "Udah mau mulai nih tesnya." Kata gadis itu setelah melihat jam tangannya.
Zillo spontan berdiri, Resya pun menyerahkan ransel di tangannya kepada Zillo.
"Jangan lupa berdoa sebelum ujian." Kata Resya mengingatkan.
Zillo mengangguk paham. "Kamu nunggu di sini aja kan, yang? "
"Iya. Aku nunggu disini."
"Aku pamit, ya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Zillo [✓]
Fiksi RemajaTiada warna selain hitam dan abu-abu di dalam hidup seorang Zillo Putra Wijaya. Gelap dan tak teraba. Zillo memiliki mata yang normal, namun ia tidak bisa melihat bagaimana indahnya dunia seperti kata Orang. Zillo tidak pernah tahu warna me-ji-ku-h...