00.51. Sahabat

6.7K 546 23
                                    

“Menurut lo, siapa yang tega biarin sahabatnya menderita sendirian?"

—Bima

•••

"Kita minta maaf, sya." Niko menunduk merasa bersalah.

Resya menghela nafas di tempat duduk nya yang bersebrangan dengan Niko, dan Bima. "Aku tahu kalian temen baik nya, tapi kalau itu berdampak negatif untuk dia, kalian harus bisa ngelarang, bukan malah nemenin dia." Jawab Resya.

"Lo tau, Sya. Semenjak Mama nya meninggal, Zillo gak bisa mengendalikan dirinya sendiri. Mulai dari peristiwa itu, dia selalu pergi ke klub malam, dan ke warung net sampai pagi untuk ngelupain kesedihan dia. Awalnya juga dia gak pernah cerita tentang kesedihan dia sama kita, dia asli pergi kemanapun sendirian. Dia selalu mendem semuanya sendiri. Disaat kita tanya kenapa dia murung terus, jawabannya lo tau?" Bima menatap Resya yang juga menatapnya.

"Untuk hal ini, kalian gak perlu ikutin gue. Cukup gue yang rusak, kalian gak boleh. Kalian berhak untuk hidup dengan jalan kalian sendiri, dan bebas dari semua hal yang berkaitan sama gue, itu jawaban dia. Menurut lo siapa yang tega biarin sahabatnya menderita sendirian, Sya?" Ucap Bima.

Resya mengerti, mereka berdua tidak bisa disalahkan sepenuhnya. Ini jalan yang Zillo ambil, dan ia merasa lebih baik dengan jalan itu. Setidaknya itu yang Resya bisa simpulkan.

"Dan, gue harap lo gak sembarangan buat mutusin dia, Sya. Gue tau ini bukan hak gue. Tapi tolong banget, Zillo butuh lo lebih dari dia butuh Kami." Kini giliran Niko yang berucap. Ia berharap Resya bisa mengambil langkah, dan keputusan yang baik untuk setiap masalah yang dihadapinya dengan Zillo.

Resya mengangguk patuh. "Maafin aku soal tadi. Aku tahu aku salah soal itu."

"Kita harus janji ya, jaga Zillo baik-baik. Gue, dan kalian tau, dia butuh kita." Ujar Bima, dan diangguki keduanya.

"Kita harus jaga Zillo." Kata Resya lirih.

Ting...nong...

"Mungkin bang Daffa." Ucap Resya saat ketiganya mendengar bunyi bel.

"Biar gue aja yang buka." Niko beranjak ingin membukakan pintu.

"Wasaappp, Bro." Daffa datang dengan gaya pecicilannya.

"Lah, ngapa muka lu semua pada tegang?" Tanya Daffa keheranan.

"Mana si bucin?" Tanya Daffa lagi karena tak melihat keberadaan Zillo.

"Lagi tidur bang." Jawab Resya.

"Sakit lagi?" Anggukan serempak didapat dari ketiga orang itu.

"Masalah apa lagi?" Ujar Daffa begitu saja karena melihat gelagat tidak beres.

"Abang datang-datang kok kayak wartawan sih?!" Resya menarik abangnya agar duduk.

Daffa mengangkat bahunya. "Cuma tanya, cha."

"Tuh abis berantem sama adek lu bang. Insiden minta putus tepatnya." Adu Niko seraya menunjuk Resya.

Daffa langsung memutar kepalanya ke arah Resya. "Kenapa?" Tanya Daffa langsung.

 Zillo [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang