00.60. Ada aku

6.8K 534 24
                                    

Jan lupa vote🌟

•••

"Mau?" Resya menawarkan es krim cup miliknya pada Zillo.

Zillo menggeleng pelan tanda ia tak mau.

Resya memperhatikan Zillo yang sedari sampai di taman hanya menunduk seperti memikirkan sesuatu.

"Ada masalah?" Tanya Resya lembut. Zillo hanya diam seraya menunduk.

Pikiran Zillo kembali saat tadi ia bertemu Danu di rumah sakit ketika selesai terapi.

Flashback~

"Aku tinggalin urus obat sebentar ya."

Zillo mengangguk seraya duduk di jajaran kursi tunggu. Ia menatap kursi roda didepan nya.

Deheman seseorang mengalihkan pandangannya.

Zillo tampak terkejut ketika melihat keberadaan Danu yang duduk disampingnya dengan menggunakan topi serta kaca mata hitam.

"Ada apa?" Tanya Zillo to the point.

"Lo ngotot banget sih. Jadi begini kan?" Danu terkekeh seakan mengejek keadaan Zillo sekarang.

"Jangan ganggu Resya." Ujar Zillo singkat.

Lagi-lagi Danu tertawa. "Gue suka sama dia."

Zillo langsung menatapnya dingin. "Jangan lo pikir gue gak tahu apa alasan dibalik lo begini."

Danu tampak terdiam seketika, lalu berusaha kembali menormalkan ekspresinya.

"Lo tahu apa tentang gue?" Ucapnya remeh.

Zillo tertawa lirih. "Lo salah nu nanya itu ke orang yang bahkan dari umur dua tahun udah tumbuh bareng lo."

Tangan Danu mengepal erat. "Kita gak sedekat itu." Bisik Danu kejam.

"Jangan ganggu dia, nu. Lo boleh sakiti gue seingin lo. Tapi enggak sama cewek gue. Hentikan rencana jahat lo. Cewek gue gak punya salah sama lo. Gue juga gak bakal biarin lo nyakitin cewek gue."

"Dan jangan terusin pekerjaan busuk itu. Lo harus punya masa depan cerah. Selesai ini, lo boleh kuliah dimana pun tempat yang lo mau. Gue akan dukung masa depan lo, walau sekarang Papa udah hancur, dan hartanya habis." Zillo menatap berharap pada orang yang enggan membuka kaca matanya itu.

"Jangan ikutin jejak Papa. Masa depan kita harus cerah. Lo harus berhenti nyakitin wanita gak bersalah. Pokoknya hentikan nu, sebelum semuanya terlambat dan gue bakal susah ngulurin tangan buat narik lo kembali."

"Jangan ngatur hidup gue. Lo pikir diri lo udah baik setelah bantu mereka jebloskan papa ke penjara?" Danu tertawa lirih.

"Itu pelajaran untuk Papa, Nu. Biar Papa sadar akan perbuatan jahatnya selama ini. Harta gak dibawa mati. Kita bisa hidup damai walau tanpa lautan uang asal mau bersyukur."

Danu terkekeh lalu berdiri. "Papa terancam hukuman penjaran seumur hidup. Puas lo?!"

"Lo enak punya sandaran lain kalau lo terpuruk. Gue? Gue cuma bisa menyendiri. Gue sebatang kara."

Zillo merasa bersalah pada abang tirinya. Tapi yang ia lakukan tak salah, bukan? Ini juga demi kebaikan papanya.

"Kalau begitu ayo kita berdamai. Kita jadi Danu dan Putra di masa kecil yang akur. Gue mau kok, Nu. Tapi lo harus janji berubah." Zillo mengulurkan tangannya berharap Danu menerima usulnya. Tapi hanya sakit yang ia dapat. Danu malah menatapnya remeh.

 Zillo [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang