#76 Apa kau hamil ?

2.7K 268 205
                                    

Arissa memilit ujung dressnya, matanya tertunduk menatap ujung sepatu di bawah meja.

"Tanyakan saja, aku tidak marah kok." Dion berusaha sabar. Gadis ini kelak akan menjadi kakak ipar dalam bisnis hitam. Apalah daya, ia harus banyak belajar menggunakan kata-kata yang enak di dengar, karena gadis ini hanya seeekor kelinci, berbeda dengan Andien, ratu ular.

"Apa aku bisa menanyakan tentang Bastian pada google milikmu?" nada malu dalam kalimat itu terdengar.

Dion menarik nafasnya sebentar, karena harus menekan mual dari dasar perut. Menanyakan pria lain, ia hanya menyimpan rasa kasihan sekali ini untuk boss -nya, tapi ia harus menipu untuk membantu boss-nya, "pacarmu setelah kau tinggalkan dia berselingkuh, kalau kau tak percaya aku akan menunjukan google untukmu."

Dion bisa tenang. Arissa sepertinya sangat mudah untuk percaya setiap katanya.

Arissa diam. Ia tiba-tiba teringat Dira. Gadis itu tengah hamil juga, apa itu anak Bastian? Ingat itu Arissa menjadi sangat sedih.

Arissa berusaha melupakan, ia dengan semangat lesu kembali mengangkat sumpit dan mulai makan dengan perlahan. Tapi apa yang ia telan, serasa seperti batu. Ia tidak bisa makan, yang ada ia ingin muntah. Tanpa sadar tangan kecilnya naik mengelus-ngelus perutnya sendiri, baru kemudian rasa mualnya menghilang sendiri.

Dion hanya mencibir dengan matanya, ketika sesuatu yang bening jatuh tergelincir di pipi Arissa. Biasanya Dion tidak kasihan dengan air mata siapapun orang yang telah ia siksa, hanya saja air mata yang tidak tau asal usulnya ini, membuat Dion jatuh prihatin, ia belum menyiksa sedikitpun. Cepat, ia duduk di sisi, memberikan tisue,

"jangan menangis, aku tidak ada menggertakmu tau. Aku sudah selow, hiks..."

Karena banyak menelan cuka rasa cemburu, Arissa mengabaikan Dion. Ia terus menangis dengan serut-serut bunyi hidung terdengar mengganggu Dion. Dion mengangkat tissue, menghapus air matanya, dan saat yang bersamaan ia menatap tangan Arissa yang terus mengelus perutnya sendiri.

Dion menjadi sangat curiga.

Apa ia hamil ?

Satu kalimat langsung tercetak di otak Dion. Gawat. Dion memegang bahu Arissa membalikkan dirinya agar wajah Arissa berhadapan dengannya.

"Apa kau hamil?"

Arissa tidak menjawab. Hanya serut bunyi hidung yang terdengar tersendat-sendat dan keran air yang masih belum berhenti.

Dion mengguncang kesal.

"Berhenti menangis!" hardik Dion, membuat Arissa kembali mematung, dan sedetik kemudian, ia benar-benar diam.

Untung mereka makan di ruangan pribadi, sehingga Dion tidak perlu kuatir dengan suaranya yang terdengar akan menerkam kelinci,

"apa kau hamil ? " tanya Dion.

Arissa dengan mata yang berkaca-kaca, menggigit bibirnya dan dengan polosnya menjawab, "aku juga kurang tau, hikss..."

Dion tercekat sebentar. Memindai dengan jelas perut Arissa. Ia harus pergi memeriksanya. Jangan sampai Tristan tau hal ini, akan menjadi pekerjaan tersulit baginya, jika ia harus membunuh janin dalam perut. Itu hal yang paling ia hindari.

"Kenapa kurang tau? apa sudah pergi memeriksa."

Arissa terserut lagi menangis. Ia teringat kejadian sebelum kecelakaan itu, ia memang berniat akan pergi ke dokter, tetapi malah terjadi kecelakaan. Mata Arissa menjadi sangat merah ke arah Dion. Seakan menuduh Dion lah dalang utama adegan itu. Sekarang malah menculiknya.

Gadis Arisan (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang