Part 35 Calon anak

16.3K 534 11
                                    

Suara cicit burung di pagi hari dan sinar matahari pagi yang berhasil menerobos jendela, mata yang mengatup perlahan membuka. Cukup berapa waktu, Bastian  kembali duduk dan menyadari bahwa dirinya telah melampaui jam tidur yang cukup lama. Setelah kesadarannya terkumpul, ia menyadari Arissa tidak berada di sisinya. Matanya mengedar seluruh ruangan, dan jatuh ke sofa panjang. Gadis itu memilih tertidur nyenyak di sana. Bastian melengkungkan bibirnya seperti busur panah, ia nampak sedang mempertanyakan dirinya sendiri? bukankah banyak gadis di luar sana yang berebut ingin tidur lebih lama dalam pelukannya, mengapa gadis ini malah menghindarinya?

Bastian meraih remote di atas nakas, membuat seluruh gorden bergerak terbuka otomatis, di susul dengan  sinar matahari yang menyilau dari berbagai sudut, dan tentu saja hal ini untuk mengusik tidur nyenyak Arissa. Alih-alih bangun, Arissa menarik selimut menghalau sinar dan kembali mendengkur halus di bawah selimut.

Tok...tokk...tok...

"Lazy girl" kutuk Bastian karena keenganan Arissa untuk bangun. Tentu saja Arissa enggan bangun, karena ia baru saja terpejam tidur di dini hari. Ia terlalu lelah mengatur saraf tidurnya kala di sisi Bastian. Gerakan halus Bastian saat tidur selalu membuat dirinya mudah terjaga, apa yang ia pikirkan? Ia cukup takut pria ini akan membuangnya keluar untuk melayani serigala lapar di hutan.

Tok..tok..tok..

Ketukan pintu makin terdengar keras, senyum Bastian memudar. Satu gerakan halus menyentuh tombol remote kembali. Pintu terbuka. Thom berdiri di ambang pintu dengan wajah terlihat sedikit canggung, tebakan benar, tupannya berada di kamar ini. Ia sedikit ragu untuk memulai, karena nampak telah mengacaukan pagi tuannya. Namun sesuatu yang penting harus segera ia laporkan.

"Tuan..."
Thom hanya menggantung kalimatnya,
Wajah segar Bastian memhuat Thom berdiri diam sejenak  tanpa kata, sepertinya tuannya telah mengalami tidur nyenyak yang cukup lama, tanpa harus melewati Dr. Lee, hypnotis tidurnya.

"Hmm..." Sungguh Bastian malas, yang kemudian matanya mengikuti mata Thom yang melirik mencari Arissa.

"Ehem.." dehem Bastian menegur kala mata Thom jatuh ke sofa panjang.

Mengapa non Arissa malah tidur di sofa..apa mereka tidak melakukan apapun.

"Seseorang menelepon, dan malam tadi saya menghubungi Tuan. Namun tuan tak bisa di hubungi"

Bastian dan Thom  melirik tanpa sengaja mengarah ponselnya yang hancur berserak di lantai. Merekapun kini memiliki pemhaman yang sama dalam diamnya mereka.

"Lalu.."

"Ada dua berita tuan. Satu tentang Andra, dan satu dari Prof.Lucas" lapor Thom selanjutnya dengan suara rendah.

"Andra lebih dulu"

"Seseorang menemukan jejak Andra di pelabuhan..."

Bastian mengerut alis.

"Apa gerakan kalian terhadap Andien?" Curiga Bastian.

"Kami mengikuti perintah tuan. Tidak melakukan apapun. Hanya diam memantau pergerakan Andien, Baskoro, dan nyonya Fha-Fha."

"Cukup aneh, jika mereka melepaskan dengan mudah saat ini" Bastian bangkit dari ranjangnya, dan segera ingin tau siapa gadis yang mereka temukan di pelabuhan. Jika itu Andra? Bukankah ini akhir mimpi buruknya. Bibirnya melengkung kembali, namun ritme hatinya cukup kacau. Ia tidak bisa menutupi kegugupan hatinya.

"Antar ia kembali kerumahnya..lepaskan anak buah Andien, dan perhatikan" titah Bastian sebelum ia melangkah melewati batas pintu.  Thom pun mengangguk mengerti

Jadi nona Arissa tidak dibutuhkan lagi...

"Lalu apa dari Prof.Lucas..."

"Dia sudah menyelesai chip memory otak manusia yang  ayah anda minta"

Gadis Arisan (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang