Part 56. Singkirkan Andien

12.1K 700 202
                                    

Tuk..tuk..tuk..

Suara ketukan tumit sepatu yang turun menginjak satu demi satu anak tunggu, akhirnya mencanpai borders.

Sosok Andien tergeletak di borders tangga terbawah. Satu ponsel sempat ia raih, namun pandangannya tetap menjadi gelap dan makin gelap.

Dira menyeringai dan melangkahi tubuh Andien, turun jongkok mengambil ponsel yang tergenggam oleh Andien, dan kemudian mengumpulkan satu demi satu berkas yang jatuh dari tangan Andien.

Terkumpul. Iapun membaca satu demi satu. Menyeringai jahat.

"Ternyata lo anak angkat, yang kebetulan jadi pewaris setelah ibu angkat loe meninggal" gumam Dira.

Melihat wajah putih kapas tak berdaya di lantai, kening Andien telah mengalami terbentur yang  keras, melihat itu semua sedikitpun tidak membuat Dira merasa bersalah.

Satu telunjuk Dira memeriksa membuka kelopak mata Andien. Pupilnya terlihat tak bernyawa. Beralih ke bawah hidung, nafasnya sangat pendek.

"Sayang banget kalo harta ini gak ada pewarisnya, gimana rasanya kalau gue jadi elo.." gumam Dira bersiasat.

Bangun berdiri, namun tiba-tiba ia melihat cairan merah yang mengalir perlahan mulai merembes dari balik rok Andien, mengalir menyentuh ujung sepati Dira.

Jijik Dira merasa jijik.

Pergi menghindari aliran tersebut.

Pendarahan.

"Loe hamil... Nggak nyangka"

Dira bergindik sebentar, namun ketegangan dirinya menguap seketika bersamaan dengan bahunya terangkat ke atas. Rasa kasihan terhadap janin dalam perut itu terasa cepat menguap ke udara. Ia bersikap dingin yang jahat.

Pergi melangkahi sekali lagi melewati tubuh Andien.

Perlahan, tiap langkahnya menaiki anak tangga satu demi satu, tidak seringan sebelumnya. Rasanya sangat berat, ketika dirinya menjadi gelap mata. Mulut Dira bergumam tanpa suara menyalahkan Andien.

Loe jahatin gue dulu....

Dira menggapai pipinya, dan naik perlahan ke kelopak matanya dan membuang rembesan bening dari matanya.

Tenang kemudian tenang.

Berjalan santai mencapai ruangan Leo, sekretaris hendak mencegah, namun Leo melihat siluet dari jendela ruangannya lebih dulu, segera menarik Dira masuk.

Menutup gorden jendela ruangannya. Leo mendudukan Dira di kursinya. Mengarahkan monitor dan memperlihatkan tampilan rekaman CCTV. Kejahatan Dira terekam.

Leo bersiap akan menyebutkan pasal-pasal yang akan menjerat Dira.

Dira menaikan telunjuknya menghentikan mulut pria itu berbicara. Jemari dengan cat kuku bewarna merah muda tersebut, menyapu menggoda, dan bibir manis gadis itu berkata santai kemudian.

"Harta Andien banyak banget, tapi dia udah mati"

"...." Leo tercekat, namun sebenarnya ia tak cukup yakin akan hal itu.

Dira tersenyum malas, seakan-akan ia telah meletakkan rasa penyesalan jauh di belakang. Ia mengambil dokumen Andien, dan memberikan tawaran.

"Bagaimana kalau gue yang jadi pewaris, dan loe pasangan pewaris" bisik Dira yang kemudian merangkul leher Leo.

Leo seakan tercekik sebentar. Tidak bisa menjawab. Namun tawaran tersebut cukup menggiurkan, harta wanita tua itu fantatis, lagipula Andien anak angkat, tidak ada hubungan darah yang mengalir. Hal itu cukup mudah memalsukan identitas Dira menjadi seorang pewaris tunggal.

Gadis Arisan (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang