Part 43 Gigitan Arissa

17.4K 560 29
                                    

Bastian bergerak mundur, matanya jatuh pada Arissa yang tengah tertidur dengan nyenyak, memasang wajah polos namun gigitannya cukup mengerikan.

Ketika Arissa menggigit bibirnya, ia masih bisa melanjutkan ciumannya, tapi ketika Arissa menangkap lidahnya dan mengigitnya. Rasa sakitnya membuat ia segera menarik diri.

Jika lidahnya terus bertahan di dalam sana, bisa saja lidahnya akan terpotong dengan mudah.

"Apa saya habis berciuman dengan binatang?" Dengus Bastian menyeka darah di sudut bibirnya.
Iapun duduk jongkok, menghapus jejak darah yang menempel di bibir Arissa.

Telunjuk Bastian menyentuh perlahan, Menghapus jejak merah di bibir Arissa. Bibirnya lembut kenyal dan bewarna merah panas ketika cairan merah tersapu ke bibirnya.

Tatapan panas Bastian bertahan di sana. Bibirnya terlihat manis, sangat manis jika di makan, bahkan ia ingin memakannya sekali lagi. Tapi gigitannya tajam dan menyakitkan itu terlintas. Rasa nyeri masih menguasai rongga mulut Bastian.

Bastian mengurungkan niatnya, dan kemudian mengambil tidur di sisi Arissa, memeluknya dari belakang dan membawa rasa nyerinya jauh ke dalam tidurnya.

Keesokan paginya...

Arissa menggeliat di tempat tidur, seketika ia bangun, merasakan luasnya tempat tidur,  ia merasa ada sesuatu yang aneh. Rasa janggal .

Ia menyadarkan dirinya untuk satu hal. Bukankah ia tengah tertidur di sofa, mengapa berpindah ke tempat tidur. Apa ia masih bisa berjalan sambil tidur? Rasanya mustahil.

Ia duduk bangun, memeriksa seluruh tubuhnya.

Aman. Bajunya lengkap sampai ke dalamannya. Anu-nya tidak nyeri. Okey, semua bisa ia katakan utuh seperti sebelumnya. Hanya saja bibirnya terasa lebih kering dari biasanya, tapi ia tidak terlalu mempermasalahkan hal iti. Ia pikir ia hanya sedang sangat haus.

Ia kembali menjatuhkan kepalanya ke bantal, mengambil guling dan memeluknya.

Ia mengendus. Aroma maskulin tertinggal di situ.  Ia mengendus lagi dirinya, aroma maskulinpun lengket ke pakaian miliknya.

Ada yang salah... Alarm Arissa berbunyi seketika bersamaan dengan pintu kamar mandi terbuka.

Sosok pria keluar dari kamar mandi dengan mengenakan celana training hitam, bertelanjang dada , dan ia tengah menggosok rambutnya yang basah dengan ekor handuknya yang sebagiannya jatuh di bahunya.

Arissa harus menutup mulutnya, bagaimana mungkin bayangan tokoh-tokoh suami idamannya kini berada di depan mata, Dada lebar  dan perut  pria yang berotot, apalagi wajah dengan darah campuran itu, terlihat sempurna, bahkan silaunya mengalahkan sinar matahari pagi di belakangnya.

Arissa memindai sudut bibir pria bermata biru itu, terlihat  sedikit terluka di ujungnya. Tapi tidak mengurang sedikitpun ketampanan miliknya. Ia malah terlihat sedikit lebih keren daripada biasanya.

Tapi kesadaran Arissa segera kembali cepat.

" Loe ngapain di sini?" Tunjuk Arissa. Bastian hanya mengangkat kelopak matanya sedikit, tampak acuh namun tetap menjawab dalam hatinya.

Ini apartemen saya, malah nanya saya ngapaian di sini.

Arissa merasa diabaikan, seakan mengingat satu fakta kemudian. Ini kan apartemennya, hak paten jika ia kembali ke apartemenya sendiri.

"Maksud gue, loe ngapain gue di sini?" Ralat Arissa sedikit berani, pria ini terlihat tidak segelap sebelumnya.

Bastian hanya meliriknya sebentar, ia berhenti menggosok rambutnya. Jempol kirinya naik ke sudut bibirnya, dan kali ini ia kembali menjawab dalam hatinya.

Gadis Arisan (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang