Part 48#Mantan Bastian

15.1K 599 88
                                    

Di rumah sakit..

Arissa merengut kesal di belakang punggung Bastian yang berjalan lebih dulu di depannya.

Mengunjung mantan...

Hal itu membuat bibir Arissa turun membentuk busur ke bawah sekali lagi.

Langkah pria bermata biru itu lebar dan panjang, Arissa harus setengah berlari agar tidak ketinggalan.

Pria itu berhenti tepat di depan ICCU, menunggu langkah Arissa mendekati dirinya.

Arissa berdiri di sisi Bastian, membaca sekali lagi nama ruangan yang akan ia masuki.

Intensive Coronary Care Unit

"Mantan kamu disini?" Tanya Arissa seakan tidak percaya, bahwa mantan terindahnya tengah dalam situasi mati tidak, hidup juga tidak.

Bastian memberi anggukan, dan berbalik memindai kartu akses untuk memasuki ruangan khusus untuk perawatan mantannya tersebut.

Deg...

Arissa tercengang sejenak, sekali lagi membaca ruangan tersebut. Entah kenapa ia menarik nafas lega sebanyak mungkin setelah membaca nama ruangan itu sekali lagi.

Ia membuang pikiran persaingan ketat dengan mantan Bastian ke belakang kepalanya, dengan kondisi lawannya seperti ini, bukankah Arissa harus memasang wajah tulus dan bermulutkan manis madu untuk mendapatkan restu.

Arissa jatuh tertawa, menutup mulutnya tanpa menyadari kehadiran Bastian telah kembali berdiri di depannya.

"Kenapa kamu tertawa? Apa yang lucu?"

Arissa gagap, bingung akan menjawab apa, dan kemudian akal pendeknya segera menggerakan punggung tangannya ingin menjangkau, menghapus noda, yang memang tidak ada sama sekali di sana.

"Lipstik gue rupanya masih nempel di pipi loe" bohong Arissa.

Sekejap wajah Bastian terlihat menjadi sangat bodoh, namun tertawa geli ketika punggung tangan gadis itu bergerak menghapus di pipinya, kemudian ia berbisik di telinga Arissa.

"Lain kali kamu jangan menggoda saya di mobil seperti tadi"

Arissa terkekeh, karena mengingat lipstik yang ia gunakan tidak akan pernah meninggalkan jejak. Ia hanya tengah berbohong.

Kemudian tangannya di tarik bersama memasuki ruangan ICCU, setelah itu mengenakan jubah pengunjung dan masker, kemudian mengambil langkah ke kiri menuju kamar yang terkhususkan untuk Andra.

Deg...

Arissa jantungnya jatuh seketika, ia mulai membayangkan kecantikan agung saingannya.

Ia menarik erat pergelangan tangan Bastian, bersembunyi di punggung pria bermata biru itu sambil berjalan mengikuti.

Pintu kamar pasien terbuka.

Dari mulut ruangan Arissa bisa mendengar suara monitor, terkadang terdengar bunyi alarm, berbagai bunyi dari berbagai alat di ruangan. Alat-alat itu tertempel di tubuh pada gadis lemah itu.

Arissa belum berani muncul dan menilai, ia takut ia akan merasa rendah diri dengan wajah dan penampilan alaminya, namun Arissa cukup yakin dengan besar dada yang ia miliki tidak akan kalah dengan wanita berambut pirang di luar sana.

Wajah memerah Arissa makin naik ke permukaan, ia teringat adegan malam tadi dan bagaimana Bastian memuji besar dan indahnya miliknya.

"Ken..zo..." Sebut seseorang terdengar lemah dan tak berdaya. Arissa mengintip dari balik pergelangan tangan Bastian.

Gadis Arisan (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang