Last Chapter :
benci paman...
benci There.
benci si genduttt Fha -Fha ituBenciii...
Ya Tuhan, siapa yang ingin hidupnya seperti ini. Jika ia ingin memilih takdirnya bertukar saja dengan gadis gadis desa... mereka tinggal di desa tanpa harus banyak masalah, daripada jadi gadis kota hanya menoreh-noreh harga diri.
************Tokkk...tokkkk...drr..dorrr...
Suara gedoran kamar mandi membangunkan Arrisa yang baru saja terlelap.
"Eh lonte, buruan dong gue mau pup nih, mau eeeee " teriak There dari luar pintu. Arrisa mengeram, mendadak mendidih memikirkan sebutan barunya dari There. LONTE!!
Kretttt
"Bisa nggak sih lu nggak manggil gue pakai embel gituan" teriak Arrisa setelah membuka pintu kamar mandi selebar mungkin. Ia menghembuskan nafasnya panjang-panjang, agar tidak terpancing dengan deguman jantungnya yang mengajak meledak.
"Kenapa mata lu..kok bengkaknya besar banget. Nangis semalaman yah " ledek There yang tak menghiraukan peringatan Arrisa barusan.
"Minggir lo!!! LONTE PANAS" Arrisa pun menggeser tubuh There dengan sedikit kasar, hampir saja There menabrak dinding, karena dorongan tanganya. Tentu saja hal ini membuat There naik pitam.
"Lu tau diri dikit kek... lu tinggal dirumah sapa, berani banget ama tuan rumah" sikut There mejambak rambut Arrisa. Arrisa hanya bisa diam, tak membalas perkataan There, ia hanya bisa menahan ringisan sakit di jambak agar tak lolos begitu saja dari mulutnya.
There akhirnya tersadar akan sesuatu, ketika air mata Arrisa berderai begitu saja, walau ia menagis tanpa suara, namun membuat There merasa terlalu kejam dengan Arrisa, sepagi ini.
"Sorry. Gue kebanyakan ngehe-ngehe... makanya kasar..." ucap There setelah ia melepaskan jembakan tangannya, kemudian ia merapikan kembali rambut Arrisa, mengelus panjangnya rambut Arrisa seperti anak kecil dan membawa Arrisa kembali dalam pelukannya.
"Nanti lu juga akan terbiasa, Arrisa. Bersabar aja..karena gue juga pernah kaya lu... nggak terima di bilang Lonte.. ngggak terima kenyataan kalo gue akhirnya tidur dengan buaya-buaya bangsat itu... gue selalu nangis setiap di gituin buaya-buaya itu... mandi berkali kalu, tetap aja merasa kotor. Sampai akhirnya gue harus terrima kenyataan, gue belajar tersenyum ama buaya-buaya itu saat buka kaki ... gue cuma ingin bertahan hidup dan kasih makan ade-ade gue...hikss...hiksss" tutur There lembut, bahkan air matanya membuat rambut Arrisa basah.
"Hua...hua...hua...." tangis Arrisa makin meledak di dada There. Cara ini juag satu-satunya buat bertahan hidup dan lunasin hutang. Hutangnya mendadak banyak, bukan karena dirinya. Namun karena adik ibunya itu.
"Gue pup dulu yahhh" There melenggang masuk ke kamar mandi, dan Arrisa menuju ruang tamu. Menyalakan telivisi, dan ia memilih tontonan acara komedi. Namun biar begitu lucunya lawakan, Arrisa tak mampu tertawa. Ia tak bisa menghentikan hujan air matanya.
Lima menit kemudian..
"Lu nonton komedi, tapi tetap nangis" singgung There yang kemudian duduk di samping kirinya. Arrisa hanya mengelap ingusnya dan membuang ke lantai.
"Rumah gue penuh tissue gara gara lu " komentar There setelah menyikirkan tissue-tissue dengan kakinya. Jorok.
Kringgg...kringg.....
Telepon rumah berdering, buru-buru ia berpindah ke sisi kanan Arrisa untuk meyambut telepon.
"Sesak nih, minggir dikit ah "
KAMU SEDANG MEMBACA
Gadis Arisan (On Going)
MizahNo# 2 Romance 14 Mei 2019 Dilarang Copas Cerita akan di Private acak. Jadi follow dulu... Ini cuma Fiksi , maafkan jika ada kesamaan nama yah !!!! Cerita dewasa ???? Harap bijak membaca. ************ "Lu harus Cariiii duitttt buat n...