#81 Bertengkar

2.1K 197 131
                                    

Tn.Basdier menerima foto USG  di tangannya, kurva bibirnya berubah drastis, yang awalnya melengkung ke bawah, kini melengkung ke atas.

"Apa cucuku ada dua?"

Bastian memberi anggukan. Bukankah ini yang selalu ia harapkan, memiliki cucu. Ia tidak peduli Bastian menikah ataupun tidak menikah, yang penting harus membawa darah daging. Cara terkonyolpun selalu di halalkan Tn.Basdier, agar mendapatkan yang ia inginkan. Dari bergabung di aplikasi gadis arisan online, hingga mendapatkan kemuning  yang bisa menjadi duplikat mirip Andra. Ia sudah sangat mengemis ingin di panggil kakek, seperti teman-teman sejawat lainnya.

"Oh_hh Arissa, menantuku," kini Tn.Basdier  memperlakukan Arissa sangat berbeda. Arissa tidak kunjung keluar,  ia tetap menghindar dengan bersembunyi di belakang Bastian. Ia masih sangat trauma dengan sambutan pertama Tn.Basdier padanya tadi.

Mandul. Rahim Kering. Tak berguna.

Merasa Arissa sangat takut padanya, Tn.Basdier merasa dirinya telah sengaja menuangkan air empedu, tujuannya biar Arissa pergi dan meninggalkan Bastian. Memberikan kesempatan Dira masuk rumah tangga bersama Bastian. Sekarang, ia sangat menyesal.

Karena Arissa telah hamil, memiliki bayi kembar, ia tidak ingin mengejar Bastian untuk menikah dengan Dira lagi, ia  berusaha mengambil hati Arissa kembali.

Tn.Basdier bebrgerak mengelilingi Bastian, hanya agar bisa mendapatkan tangan Arissa. Membawa Arissa duduk bersama di sofa panjang.  Jurus membujuk terlihat sangat jelas.

Arissa mengedipkan mata pada Bastian, padahal tadi ia sudah merengek ingin pulang, karena baru tiba, sudah menerima kata makian.

Tn.Basdier memasang wajah memelas meminta kasihan sambil memegang terus foto USG, rasa kesal Arissa menjadi surut seketika.

"Maafkan, mulut pak tua ini. Karena pak tua ini kalau melihat menantu  Arissa, greget gitu, di sayang ma Kenzo, tapi nggak kunjung hamil... Berarti--"

"Berisik, pap!" Bastian duduk di depan meja menyilang kaki, "tujuan saya kemari, agar pap berhenti menjadi sponsor utama Dira."

Tn.Basdier menelan ludah, merasa baru saja dirugikan, "sudah terlanjur kasih 100 juta."

Bastian langsung  terlihat kesal, hal itu pasti akan digunakan Dira untuk kejahatan lainnya.

"Mengapa Pap berikan dia?"

Tn.Basdier akan menjawab, Arissa yang iri langsung menambahkan kalimat, "mengapa nggak kasih Arissa, mengapa harus dikasih Dira! Kan, aku yang--"

Arissa malu menyelesaikan kalimatnya. Ia kembali diam. Dalam satu kedipan Bastian langsung tau isi hati Arissa.

Aku yang hamil si kembar, malah Dira yang dikasih uang.

Bastian hanya meledak dalam hatinya sendiri. Karena segala sesuatu yang dipikirkan Arissa, terlihat sangat jelas. Itulah daya tarik Arissa.

Arissa hanya bisa merengek dalam satu nafas jika teringat tentang uang, hidupnya pun sangat susah dengan banyak utang. Ia dengan sengaja memasang wajah merengut, segala sesuatu tinggal di tempat Bastian memang sangat tercukupi, tapi mendengar nama wanita lain diberi uang sebesar itu dengan cara enteng, ia berpikir untuk menuntut haknya. Ia teringat uangnya dibawa mati begitu saja oleh mimi Fha-Fha.

Tn. basdier terkekeh melihat wajah calon menantunya yang tertekuk, "tenang saja, Dira cuma mendapat segitu. Sedangkan Arissa dan si kembar, sudah memiliki tuan uang."

Bastian tampak menunggu mata bersinar Arissa, tapi mata Arissa terlihat masih sangat suram, dan melihat ke arah lain, dan satu tangannya naik meraba lehernya sendiri.

Sekali tebak. Bastian langsung mendengus kesal, "jangan membandingkan saya dengan penculik tengik itu, itu hanya kecil."

Arissa teelanjur makan kecewa, berdiri naik, "daripada kamu nggak pernah kasih apa-apa. Mending D.I.O.N."

Bastian tertelan rasa cuka sekaligus rasa konyol, jadi ia kembali mengejar Arissa dengan lebih lembut, "sayang, aku pernah kasih kamu berapa kotak berlian satu set di Singapura. Punya D.I.O.N itu bukan apa-apa."

Arissa berbalik menatap dengan mata merah, "ia baru ingat, tapi nggak beharga... nggak bisa di jual, nggak ada yang mau beli."

Bastian ingin meledak, karena fakta Arissa pernah ingin menjual apa yang telah ia berikan, namun fakta selanjutnya yang Arissa belum tau, "Arissa, itu bukan tidak  beharga, itu pilihan. Itu bukan tidak ada yang mau beli sayang, itu mereka tidak sanggup beli."

Tekan Bastian pada kata-- Tidak. Tapi Arissa  cukup keras kepala malam ini. Pura-pura tuli, hatinya masih sangat panas, Dira mendapatkan 100 juta. Sedangkan dirinya mendapatkan sesuatu, yang nggak bisa di jual.

Melihat dua sosok yang baru datang ke rumah, dan langsung bertengkar, membuat Tn.Basdier segera berdiri membela Arissa, "seharusnya kamu memberi yang bisa di jual. Berhenti beli barang-barang yang limited edition. Belilah yang bisa di jual kembali,"

Bastian tercengang. Kini ayahnya ikut memeranginya, "pap, yang salah itu pap. Pap yang kasih uang ke Dira, dan  saya yang--"

"Sudah, aku mau istirahat."

Tn.Basdier segera menunjuk kamar  utama, "Kamar kamu di sana."

Raut wajah Arissa masih tetap terlihat ketus, ia kembali ke kamar. Bastian ingin mengikuti, namun ia teringat akan Dira. Ada hal yang harus ia bahas mengenai Kemuning, dengan ayahnya.

Setelah banyak  mendengarkan cerita  percobaan pembunuhan yang ingin di lakukan Dira, untuk Arissa dan si kembar, membuat Tn.Basdier naik pitam, "untung saya tidak bodoh sekali, ketika saya memberikan uang. Saya sangat penasaran, mengapa ia butuh uang mendesak. Jadi dalam tas, saya meletakan perekam dan pelacak dirinya."

"Apa Pap sudah menemukan sesuatu?"

Basdier menggelengkan kepala, "jika Dira berada di lemah sinyal, akan sangat sulit menerima suara dan gambar, jadi saya masuh sangat memantau."

Bastian tampak berpikir sebentar, "sepertinya Arissa dan si kembar akan lebih lama di sini. Saya akan mencari Dira, apa Pap ingat dimana kalian bertemu? mungkin dia kembali kesana!"

Tn.Basdier meringis mencoba mengingatnya, namun tetap saja ia lupa, "saya lupa nama bar-nya. Kami hanya bertemu di bar."

Bar!

Bastian ingin segera pergi mencekik kekonyolan Ayahnya, ia tanpa sadar telah membawa wanita iblis dan berusaha menjodohkannya lagi. Untung saja, alternatif lainnya masih sangat masuk akal, untuk di jadikan istri dan ibu yang baik untuk anak-anaknya. Arissa.

Teringat akan Arissa yang masih marah, Bastian segera kembali ke kamar. Arissa tengah memejamkan mata, namun mata yang bergetar berkedip itu terlihat sangat jelas. Berpura-pura tidur ketika ia tengah datang.

Bastian naik ke ranjang, memeluk Arissa dari belakang, satu dagu menempel ketat di pundak Arissa, ia memikir kata yang bisa membujuk.

Belum saja ia akan membuka mulut, Arissa lebih dulu mengeluarkan isi mulutnya, "maaf, nggak seharusnya aku seperti cewek matre."

Bastian tersenyum, dan menyejukan kembali dalam satu kalimat, "mulai besok, saya akan memberi semua kas milik saya, atas nama Arissa, dan si kembar. Saya hanya jadi suami miskin di depan istri dan anak-anaknya kelak."

Giliran Arissa menggigit bibirnya sendiri, tidak menyangka, dirinya dan anak-anaknya akan menjadi kaya dalam semalam.

Merasa suasana hati Arissa sudah sangat berubah, "apa sudah tidak marah lagi?"

Arissa menggelengkan kepala, dan berbalik masuk ke dada Bastian. Bastian tersenyum licik, menginginkan sesuatu, "mari bercocok tanam?"

Arissa segera menjawab, "yes, i see."

Bastian mengeritingkan bibirnya, segera mengoreksi, "seharusnya, kamu jawab-- yes, i'm ready."

Arissa terkekeh dan menurut dengan wajah polos, "Okaylah, ready gooooo."

Bastian menurunkan wajahnya, kepalanya sedikit miring, dan bibirnya perlahan jatuh menempel pada bibir Arissa.

***
Ns.
Jangan lupa baca Anna &Ethan, karena masih berada di wattpad. 😘😘
MJM juga dan karya yang lain.

Gadis Arisan (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang