#67 Rakus Sekali

4.1K 354 223
                                    

Melihat makanan datang di atas meja, mengepul asap hangat, dan seteko air es datang.

"Makanlah" Pinta Bastian duduk sabar menunggu.  Ia hanya perlu membuat pria ini kenyang.

Batman hanya tersenyum getir pada makanan di depan matanya. Cepat atau lambat, ia pasti mati. Walau pria di depan ini berbelas kasih membiarkan dirinya hidup, namun penyakit Aids yang di derita, sudah cukup membuat dirinya setengah hidup.

Jujur saja. Jika bunuh diri bukan dosa, Batman akan memilih menakhiri penderitaanya segera.

"Terimakasih" Ucap Batman, melahap makanan dengan pelan. Ia tidak ingat terlihat rakus. Ia tetap harus terlihat layak pria yang tehormat. Walaupun itu dulu. Ia menyesal kebodohanya sendiri.

Menangis mendapatkan makanannya.  Ia segera membasahi air ke dalam tenggorokan yang sudah kering.

Setelah cukup kenyang. Ia mengangkat kepalanya pada pria bermata biru, layak mata kucing dalam kegelapan. Iris matanya tajam terlihat tidak senang.

Satu tangan Bastian mengambil ponsel Batman dari sakunya. Melemparkan jatuh berkeping di hadapan Batman. Hanya bermodal cahaya obor, Batman berusaha memindai rangkaian ponsel yang jatuh berserak.

"Ini milik gue.."

Bastian teesenyum sinis. Pria ini mengakui dengan cepat. Tapi hal ini justru, menjadi sesuatu yang menjengkelkan di telinga Bastian.

"Mengapa ponsel itu bersama Arissa, dia itu milikku?" Selidik Bastian.

Milikku.

Tegas Bastian di kalimat terakhirnya. Menyindir pria di depannya.

Ia hanya cukup penasaran, walau ia tak meragukan kesetiaan Arissa padanya. Namun ia cukup tau, otak Arissa merupakan jangka pendek. Bastian yakin, gadis itu telah melupakan informasi ponsel pria ini bersamanya.

Sedangkan Batman menggali informasi ingatannya. Gadis cantik yang mencium pipinya waktu itu, ternyata memiliki pacar sesadis dan menakutkan seperti ini. Bagaimana tidak, banyak upaya pria ini untuk berhasil menangkap dirinya yang hidup bagai belut.

"Gue memberikan hape gue buat pacar loe..."

Bastian membenarkan posisi duduk menjadi lurus. Perasaan muak menjalar. Mengapa pria ini harus memberi barang untuk Arissa. Apa hubungan mereka?

Batman yang menyadari mimik pria bermata biru itu terlihat muram. Ia cepat berkata menjelaskan, sebelum limbah murka pria ini menjadi neraka kembali baginya.

"Gini bro..." Batman berusaha sesantai mungkin di hadapan pria ini, namun menyembunyikan getar lututnya sedari tadi.

"Gue diperintahkan Andien buat Perkosa dia..."

Bastian memicingkan matanya. Lagi-lagi Andien. Apa gadis itu terlahir menjadi ratu iblis.

"Awalnya mereka Dono, hanya saja di akhir Andien berubah pikiran. Dia ingin, Arissa kena...." Batman menggantung kalimat terakhirnya. Terseduk sebentar.  Seakan hal ini Aib, yang enggan ia bocorkan.

"Apa itu..." Tanya Bastian dengan sengaja, ia ingin memastikan pria ini menyebut dirinya sebagai pesakit itu.

"......" Batman memutuskan bungkam. Aib. Hal ini sungguh Aib yang enggan ia bongkar.

Memakan waktu lama menunggu bibir pria kurus itu terbuka. Di beri hati, namun tidak mengerti. Tidak ada cara lain.

Satu mata Bastian melirik ke sosok Thom, dan berkedip memerintahkan, agar segera membuat Batman mengaku.

"Katakan..." Teriak Thom tiba-tiba dari belakang, dan menendang  punggung kurus terlihat renta. Wajahanya menabrak piring di atas meja.

Pecah dan menusuk-nusuk wajah Batman

Gadis Arisan (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang