Sakit!!!
Kepala Bastian terasa berdenyut, tetapi itu hanya sebentar. Ia teringat Arissa, jadi mengabaikan rasa sakit sepenuhnya. Ia berusaha membuka matanya, walau cukup memakan waktu, akhirnya kelopak matanya perlihat terlipat ke atas.
Pertama ia lihat, adalah botol infus, dan selang yang terkait dengan punggung tangannya, kemudian tagname rumah sakit di dinding.
Rumah Sakit Mitra Keluarga.
"Bastian... kamu sudah bangun---" seru seseorang terlihat masih sangat samar, namun Bastian masih tetap mampu mengenal suara wanita ini. Dira.
Bastian terlihat acuh tidak acuh, ia hanya peduli mengumpulkan energi agar segera bangun.
Dengan hanya menggerakannya bola matanya, Bastian menangkap semua isi ruangan yang ia tinggal. Bewarna biru dan berbau densifektan yang sangat menyengat. Bangsal rumah sakit.
Kemudian, semua informasi ingatan datang tiba-tiba, seketika ia ingat telah mengalami kecelakaan mobil. Menabrak mobil box barang. Untung perlindungan balon pengaman, tidak membuat ia cedera lebih fatal, namun karena gulingan ke samping, membuat kepala kirinya membentur kaca, dan jatuh pingsan.
Tetapi mengapa ia di rumah sakit Mitra Keluarga, yang sangat jauh dari lokasi kecelakaan, seharusnya ia dilarikan ke rumah Mitra Husada, rumah sakit terdekat, dan juga rumah sakit yang sama dengan Arissa. Bastian mengendus ini pasti action plan Dira sekali lagi.
Apa Arissa baik-baik saja ? Bastian menjadi lebih cemas, ia kembali ingat akan ibu hamil di pinggir jalan yang ia lihat saat itu. Kini pikirannya penuh cemas pada Arissa dan anak dalam perutnya.
"Mana Arissa?" cengkram Bastian.
Dira diam beberapa saat. Ingin rasanya ia jawab, bahwa gadis itu sudah mati. Tetapi lakonnya bukanlah si bodoh yang gampang mengeluarkan kata-katanya sendiri. Ia adalah gadis baik, parasnya lembut seperti Andra, dan pendiam, "aku belum ke rumah sakit melihat Arissa, ketika aku tau kau kecelakaan, aku langsung kemari."
Deg. Bastian lebih takut pada aksi Dira kali ini. Apa Arissa masih hidup? dan rencana busuk apa lagi ? Tetapi dari wajahnya, Dira terlihat mengetahui sesuatu. Mengapa jarak rumah sakit antara dirinya dan Arissa begitu jauh.
Cukup jelas. Ini sangat sengaja.
Mengingat perjalanan yang berlawanan arah dari rumah sakit inap Arissa, Bastian tidak bisa berhenti cemas.
"Berapa lama, saya pingsan ?" Bastian mengalihkan pembicaraan, yang ia tau Arissa bisa saja dalam bahaya. Jadi ia hanya bisa menghitung plot-plot selanjutnya.
"Sekitar satu jam!" Jawab Dira setelah melihat jam di tangannya, ia tidak menyangka reaksi obat tidur yang ia berikan tidak bertahan lama. Bastian bangun setelah 20 menit, ia suntik.
Satu Jam!
Bastian mengutuk dirinya agar segera bangun namun kepalanya sangat pusing, seperti ada sesuatu yang memintanya harus kembali tidur. Kepalanya sangat berat , namun ia memilih diam sebentar dan melawan dengan kesadarannya yang tinggi untuk terus bangun.
Akhirnya tekadnya untuk terus bangun, membuat kesadaran kembali ada untuk sepenuhnya, rasa kantuk beratnya hilang.
"Mengapa kau bisa di sini? Tapi tidak tau Arissa di mana?" pancing Bastian.
Dira diam. Pertanyaan langsung ini, membuat Dira merasa mati kutu sebentar. Satu pertanyaan sudah sangat jelas, itu sama halnya Bastian menyindirnya, satu pikiran masuk menerima kalimat Bastian di proses otak Dira,
Kau bisa sangat cepat tau aku di sini. Tapi kau tidak tau dimana Arissa.
Ekspresi datar Dira, membuat Bastian sulit menebaknya. Gadis ini diluar dugaannya, pintar menutup wajah. Tapi ia lebih pintar membuka hal-hal seperti ini.
"Aku tau disini, karena pihak rumah sakit yang menghubungi," terang Dira dengan tangan yang memegang ponsel dan menunjukan layar catatan panggilan rumah sakit untuknya.
Bastian tidak memperhatikan nomor rumah sakit, yang ia lihat adalah nomor asing yang terlihat jelas sering berhubungan dengannya hari ini. Sekali pandangan, Bastian telah menghafal nomor tersebut, dan ia juga melihat interaksi Leo dan Dira, sangat sering.
Untuk mengelabui Dira, hanya terdengar menyidir kemudian, "oh, aku pikir kau hobi menguntit!"
Deg.
Dira menarik ponselnya segera, seakan sadar sesuatu, apa ia masuk dalam tahap Bastian mulai mewaspadainya. Tidak mungkin, 1+1 tidak akan berubah menjadi angka 2, itu akan mudah di tebak. Dira sudah menyusun rapi skenarionya.Wajah terkejut Dira tercetak jelas-- penguntit! satu julukan membuat wajahnya tertampar. Bekas lima jari, bukan di wajahnya, pukulan ini nyata memperingatinya. Tetapi ia hanya kembali geli, tertawa dan berusaha mengelabui lagi, "aku tidak memiliki kekuatan dewa, untuk menguntit seorang yang hm---", gantung Dira dengan terus tidak melewatkan ekspresi Bastian.
Menunggu tiga detik. Ujung bibir Bastian naik salah satunya, ia terlalu meremehkan mulut ular betacun, tidak pernah waspada terhadap ular dalam rumah. Seharusnya dari awal, ia telah memeriksa gadis ini. Karena wajah gadis ini menipu, wajah mirip Andra, membuat ia luluh dan terlihat seperti peri. Ternyata status adik sebagai Andra, adalah kepalsuan di atas kertas. Lengah satu kali, tidak akan terjadi dua kalinya, "berhentilah, karena tidak selamanya, kau memiliki wajah yang terus bisa menyelamatkan hidupmu!", cam Bastian.
Dira tertohok sebentar, membuka bibir ingin berkata, namun Bastian sudah memotong kalimatnya lebih dulu, "ini yang terakhir kalinya!"
Kemudian, Bastian menyibak selimutnya, langsung melepas selang infus yang melingkar dan menancap di kulit tangannya. Ia sudah cukup beristirahat dan buang waktu hanya untuk memperingati ular kecil, yang seharusnya bukan tandingan yang tepat.
Sorot mata Dira menjadi prihatin , ketika hentakan keras melepas infus membentuk sayatan yang menggores kulit pria yang ia sukai, darah keluar begitu saja, "Bastian, kamu terluka" sentuhnya lembut dan memegang tangan yang terluka.
Bastian menghentakan tanganya, turun dari pembaringannya. Menatap Thom yang baru datang di pintu, dengan nafas tersenggal-senggal, "Tuan, anda tidak apa-apa, bagaimana ---?"
Di susul Tn.Basdier, ayahnya sendiri dengan kaki yang terpincang-pincang, bahkan ia kemari lupa membawa tongkatnya, karena cukup terkejut mengetahui kecelakaan anak tunggalnya, "apa kau sudah membaik?"
Bastian tersenyum hangat sedikit ke ayahnya, namun matanya verubah sangat gelap ketika ia berbalik ke arah Dira.
"Dira!" sebutnya keras, penuh tekanan, Dira menatap dan meludah pahit mendapatkan sorot kebencian yang jelas di sana.
"Sepertinya kamu memang memiliki kekuatan Dewa, kamu terlalu super melebihi ayah ataupun tangan kanan saya sendiri, mencapai kesini. " sindirnya membuat Dira terhenyak tidak bisa mengatakan satu katapun lagi.
Dira hanya meremas ujung selimut di atas pembaringan di belakang punggungnya, meremas dengan kuat, dan hanya menjawab geli, "hmm---ha ha kau pintar bercanda."
Bastian menggelengkan kepalanya, stengah menghardik kemudian, "saya tidak pernah bercanda!!"
Dira tak berkutik. Untuk pertama kalinya , penampilan Bastian kini suram dan muram. Ia tengah ketahuan, ia tengah terbongkar, ia hanya pergi dengan matanya meminta pada Tn.Basdier, untuk memihaknya.
"Bastian, dia menungguimu dan mengabati kami. Mengapa kau bersikap tidak baik pada calon istri---"
"Tidak akan pernah terjadi!" potong Bastian, yang kemudian segera pergi menuju rumah sakit dan kembali melaca
***
Ns.
Hiks masih utang 4 part lagi yah yang akan di publish hari ini tapi bertahap yah, sabar yah karena Thor baru mulai nulis jam 1 siang. Jangan lupa vote dan spam coment, sebelum part selanjutnya.
![](https://img.wattpad.com/cover/130128850-288-k969483.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Gadis Arisan (On Going)
HumorNo# 2 Romance 14 Mei 2019 Dilarang Copas Cerita akan di Private acak. Jadi follow dulu... Ini cuma Fiksi , maafkan jika ada kesamaan nama yah !!!! Cerita dewasa ???? Harap bijak membaca. ************ "Lu harus Cariiii duitttt buat n...