Part 44 Dia Kritis

16.6K 543 39
                                    

Ajakan iblis membisik di telinga Bastian, tekuk Bastian turun perlahan. Arissa mundur, tangannya mencari pegangan di belakang punggungnya.

Maksud hati mencapai dinding. Tapi yang tersentuh adalah keran air.

Pendek.

Bastian mengumpat perbedaan tinggi mereka. Ia sedikit menarik tubuh Arissa  ke atas, dan mendudukannya di tepi bak wastafel.

Swosshh...

Tindakan mengejutkan, membuat Arrisa malah memutar air keran. Air turun mengalir mengisi bak perlahan.

Mata mereka yang saling memasang  perangkap, awalnya menatap kosong selanjutnya penuh gairah di ujung tenggorokan.

Tik..tik ..tik..

Air penuh mengisi bak. Jatuh perlahan menetes ke lantai, sebagian masuk menyerap membasahi kemeja Arissa.

Mereka tidak peduli.

Seakan yang di depan mata, adalah moment yang paling di tunggu. Penting.

Jika di abaikan sedikit saja, bisa saja rasa itu akan menguap segera.

Bastian memegang ujung dagu Arissa, mendongakan sedikit ke atas.

Titik yang pas.

Intuisi pria mengalir secara alami, dan intuisi   yang Arissa berikan selanjutnya.

Tutup mata. Memasang wajah manis.

Walaupun hatinya diam-diam mengutuk, karena lupa sikat gigi, dan makan lontong.

Deg..melihat bibir itu akhirnya sedikit lagi jatuh, dan jatuh.

Cup..

Tercium sesaat.

Garis rahang Bastian terlihat keras, Jantung Arissa melompat seperti orang yang telah mati.

Lontong.

Pikiran pertama Bastian tepercik ketika aroma itu menyentuhnya.

Ia terlihat tidak suka. Tapi ia menyukai bibir kenyal seperti puding lembut.

Dilema.

Seakan ia menjalani pilihan darurat, ia hanya memutuskan untuk lanjut atau berhenti.

Arissa menunggu.  Tangan Arissa bergerak inisiatif memeluk pundak dingin Bastian yang terlihat lebar.

Matanya liar, bergerak ke kiri dan kanan.  Melihat otot bisef yang terlihat sempurna di lengan, dada, dan perutnya.

Namun... Rasa ciumannya. Kelas Amatir.

Pak..

Khayalan jatuh dari ini. Ia pikir ciuman akan terjadi seperti film cinta yang sering ia tonton.

Namun yang terjadi hanya menempel. Nempel.

Beberapa detik selanjutnya, bibir Bastian bergerak, memberikan gigitan kecil.

Untung ia tidak tega membalas hal yang sama, seperti yang telah Arissa lakukan.

Hal itu berlanjut. Menjadi lebih intim,  lembut dan  lebih pelan dan sangat pelan, karena sisi  Bastian masih ngilu jika bersentuhan.

Bastian melepaskannya, membiarkan Arissa menarik oksigen lagi.

Diam-diam ia bersyukur, gadis ini tidak seganas malam tadi. Setidaknya ia tidak kembali menjelma menjadi wanita carnifora.

Bibir Bastian turun pelan dari bibir, menyisiri lehernya mulus dan berhenti tepat di tulang selangka Arissa.

Getir Arissa menahan rasanya, ketika ada satu tangan di pinggang naik ke atas punggung.

Gadis Arisan (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang