Part 59 Selama 9 bulan

8.1K 661 247
                                    

Bastian berhenti melompat kegirangan, ketika matanya mendapati benda asing yang terlihat seperti speaker pengintai di antara serpihan ponselnya yang jatuh.

Duduk mengamati sejenak, mengambilnya dalam genggaman. Menggerutu pada dirinya sendiri, bagaimana bisa seseorang dengan mudahnya menyadap dirinya, tentu saja benda yang sama pasti telah di letakan pada ponsel Arissa.

Tidak menunggu lama untuk bertindak, Bastian turun berlari menuruni tangga dan berteriak memanggil Thom dan Arissa.

Sekejap seluruh tubuh Arissa seperti di siram air dingin, panik takut, mendadak menggigil seperti terserang malaria, apalagi  mengingat hutangnya pasti telah di bisikan ke telinga Bastian.

Di balik dinding yang berdekatan dengan tangga, kepala Arissa menjulur mengintip, There bahkan ikut menjulurkan kepalanya, sedikit terlambat hingga yang ia dapatkan hanyalah punggung dingin yang tengah turun menuju basement.

"Gawat..." Pekik Arissa berbisik, menyeret pergi There pergi bersamanya, satu pikiran hinggap di  benak Arissa melihat Bastian. Hanya takut dan takut.

"Wattt hepen bibbb? Wet serong ?" Tanya There dengan eksen sok  inggris melihat mimik Arissa terlihat putih sekejap dan kaku.

"Ngomong apa sih loe?"

"English lah" Sembur There.

"Gue tau, cuma maksudnya arti omongan loe apa?"

There membulatkan matanya sebentar setelah memandangi Arissa, bibirnya menukik ke atas, rupanya Arissa tak kunjung pintar setelah satu rumah dengan pria bule tersebut.

Kasihann....

Menggelengkan kepalanya sebentar, menghapus ejekan dalam hatinya,  There pun membuka mulutnya.

"Loe nggak belajar english sama si bluuu ais ituh...? Paling nggak pintaran dikit"

Arissa tertawa, dan sedikit menangis kemudian. Menghapus biji matanya.

"Cup..cup...kenapa Ca...?" There mendadak simpatik.

"Gue rasa gue cuma dapat pelajaran  bahasa tubuh doank....hikss....hiksss...setelah gue ada masalah gini, gue dapat hikmah klo dia itu nggak sayang gue lagi..mau usir gue... Seperti kata loe..ambil enaknya aja " Jatuh Arissa yang kemudian pergi memeluk There.

"Darimana loe tau?" Selidik There melepaskan pelukan, detik selanjutnya ia teringat akan perempuan yang bersama Bastian dalam mobil tadi. Menggelengkan kepalanya sebentar, saingan Arissa cukup berat.

"Insting gue..hiks..untung loe datang tepat waktu, gue pengen tinggal di kontrakan loe lagi.. Kita kabur"

"Nggak bisa ca... Gue kesini juga mau numpang kehidupan gue..klo kia dua keluar dari rumah ini, besok jadi gembel di Indonesia"

"Hah? Tapi dia..dia.... Udah banting hape....banting pintu, besok banting kita..."

There tersenyum.

"Nggak apa apa ..klo banting gue sih ca...paling banting di atas ranjang. Rela gue ca..rela "

Puk...

Arissa memukul jidat There, menghancurkan khayalan gadis itu.

"Loe punya cukup uang buat kabur dari rumah..."

Arissa menggelengkan kepala. Apapun semua dari Bastian terpenuhi, hanya saja Bastian tidak pernah memberikan uang untuk dirinya, dan kartu kreditpun , Thom yang pegang bukan dirinya.

There menjulingkan matanya, bagaimana bisa tinggal di rumah mewah, jadi ratu dalam kamar pria bermata biru itu. Arissa tetap menjadi gadis miskin.

"Goblok banget sih loe.. Dimamfaatkan abis.... Cuma di bayar pakai nasi..."

Gadis Arisan (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang