Andien menitikan air matanya,tepatnya jatuh pada satu kartu yang tercetak tulis tangan Tristan.
Jemari kurus tangan Andien naik memberikan sentuhan pada gaun putih yang diperuntukan untuk dirinya.
Indah dan mewah dalam satu tampilan.
Ingin rasanya, Andien segera mengenakan gaun ini. Namun, sepasang sepatu menarik minatnya lebih dulu. Ia duduk berjongkok mengambil sepatu kaca. Terlihat sedikit kecil dari kakinya, tapi ia hanya mengira Tristan hanya tidak ingat ukuran kakinya.
Andien menurunkan pelan, sepatu kaca itu, diletakannya dengan sangat hati-hati, kemudian, ia maju membawa tapak kaki merasuki sepatu kaca.
Tidak muat. Sangat kecil untuk ukuran kakinya.
Memaksa masuk, walaupun rasanya sangat sesak, dan harus membuat ujung-ujung kaki Andien terlipat menekuk. Tetap saja, Andien tidak melepaskan sepatu. Segala sesuatu yang diberikan Tristan, tidak pernah akan ia buang dan lepas dengan mudah. Jika hal itu, hal terburukpun, ia akan pergi mendapatkannya.
Konyol. Andien memang sangat konyol dalam mengekspresikan cintanya. Ia berlakon cemburu dan marah, karena ia terlalu takut, gaun putih ini tidak akan pernah ia kenakan.
Kini, saat ini juga, ia terpikat mengenakannya. Melepas pakaiannya sendiri, dan kemudian mengenakan gaun tersebut. Ukuran yang sangat longgar untuk dirinya. Andien pikir, hal ini, karena tubuh Andien kehilangan banyak bobot daging.
Sedikit kecewa. Namun ia tetap berusaha mengenakan gaun ratu semalam ini. Tangannya menjulur ke belakang, dan tangan kecilnya mencari retsleting. Sayangnya, sangat susah menggapainya, karena ujungnya sangat jauh dari jemari-jemari tanganya.
Satu sosok hitam datang mendekat, ia terlihat suda lama beranda di garis pintu. Kemudian, telapak tangannya yang besar, membantu menarik ujung retsleting, mencapai tepi.
Andien berbalik, dengan tangan yang menahan gaun di pinggang, karena gaun ini sangat longgar. Matanya berkedip seperti nyala lampu yang mengeluarkan cahaya, ketika melihat sosok pria datang.
Bibirnya tidak ingin menyapa. Ia langsung berjinjit mencapai bibir pria itu.
Hanya Andien yang terlihat senang akan hari ini. Sorot jijik terlihat jelas di mata Tristan, ia telah kehilangan banyak cinta. Baginya, ia hanya akan menyelesaikan hubungan dalam hitungan hari. Ia dan Andien, akan berakhir begitu saja. Tentu saja, dengan memberi pelajaran yang sangat layak, dan tidak akan di lupakan oleh Andien.
"Terimakasih untuk hari ini."
Tristan menggeleng, "hal ini belum cukup, banyak hal yang harus kau lihat?"
Andien menaikan kelopak matanya, seakan ia tengah penasaran bercampur rasa girang di dalam matanya, "mengapa, tiba-tiba hari ini memberi kejutan?"
Tristan balik bertanya, terlihat nada emosi, "menurutmu kenapa?"
Tristan segera membuang wajah. Menghindari mata Andien. Hari ini,ia tidak bisa mengendalikan dirinya sendiri. Padahal ia sudah merencanakan hal ini, tapi tetap sulit, menutup perasaanya pada Andien.
Konyol.
Andien masih tercekat. Dua matanya terus memeriksa Tristan, pertanyaan Tristan yang membalik kepadanya, terasa sangat menyentil dirinya.
Tepatnya, hal ini sangat aneh. Tristan terlihat memiliki suasana hati yang sangat buruk, namun mengapa malah memberikan kejutan yang beharga seperti ini.
Andien menyesali kebodohannya. Seharusnya ia tidak mengacaukan hati Tristan. Walau hati kecil Andien, merasa Tristan telah terlihat kacau semenjak ia bangun pagi, dan melihat sosok pria ini. Ia memang, sudah, tidak sehangat sebelumnya.
"Itu karena kau lama menghilang," Tristan menjawab sendiri kemudian.
Andien mengedipkan matanya, sederet kalimat yang saling mereka lempar ke udara, kini, terasa sangat formal.
Aku.Kamu.Saya.
Tristan, hari ini sangat berbeda.
Dulu, Tristan begitu humoris, sekarang ia terlihat lebih serius, sekaligus menunjukan ada jarak yang begitu jauh di antara mereka.
Andien tidak bisa menahan rasa curiga. Menuduh, jika pria ini tengah cemburu padanya, ia segera berbicara perkara, "aku tidak ada hubungan dengan Leo."
Tristan tersenyum panjang. Tapi mata waspada Andien merasa, ada sedikit ejekan di sana, "kau tak percaya padaku?"
Tristan tidak menjawab. Ia hanya memiringkan sedikit kepalanya dan membungkam mulut Andien, yang terlihat akan mengejar masalah.
Selesai dalam hitungan detik. Tristan mengakhirnya dengan cepat, "aku selalu percaya padamu."
Andien mendesah, dan mencibir di udara, seakan ia mendapat kebohongan di sana, "Tristan, kamu berubah."
Tristan menatap luru, mendongakan dagu Andien, sehingga mata mereka saling bertemu, dan saling bertukar perasaan aneh. Andien terlihat merindukan. Tristan terlihat mendustai, "aku hanya bersikap lebih dewasa, bukankah ini yang kau minta?"
Andien mematung sebentar, dan bersikap mengalah, dan mengelak, tidak mungkin Tristan menyembunyikan satu hal darinya, "kau sudah berubah menjadi lebih baik, aku percaya."
Tristan mengangguk, dalam hitungan menit, Andien menabrak tubuh pria itu, dan mendorongnya jatuh ke lantai, nafas Andien terbang tepat di wajah Tristan yang berada di bawah tubuhnya, "apapun yang hitam di luar sana, setidaknya kamu harus percaya. Hati saya, hanya milik menempatkan kamu."
Tristan mengedipkan matanya, seakan ia memberi isyarat, bahwa ia telah termakan bujukan Andien lagi, bibirnya yang dingin pun bergetar, "aku percaya."
Tidak menunggu persetujuan Tristan, Andien turun memberi hujan kecupan, dan melepas setiap kancing kemeja yang terasa sangat ketat, sulit di lepaskan. Terpaksa Andien menarik dan mencabutnya dengan kasar. Tristan hanya terkekeh dalam hatinya, menertawakan dirinya yang tidak pernah bisa menolak Andien.
Seakan setiap bagian hidupnya, telah terikat dengan Andien. Sekusut-kusutnya perjalanan cintanya,ia merasa buntu, dan kembali pada Andien. Ia bahkan tidak yakin bisa membenci Andien, mulai hari ini.
Tristan mengepal tinjunya, dan perlahan mendorong Andien ke samping. Andien menggigit hatinya sendiri, sangat jelas, Tristan menghindarinya.
Tapi kalimat Tristan mengguncang hati Andien kembali ke normal, emosinya surut, "malam masih sangat panjang, hanya wartawan akan datang. Saya ingin membuat pengumuman pernikahan kita, "
"eh?"
"Iya, karena saya ingin menunjukan pada dunia, Andien beruntung mendapatkan Tristan."
Andien masih tidak mengerti, sesampai ia kembali mengenakan pakaiannya, berdandan sebentar, dan masuk ke ruang tamu.
Disana sudah banyak wartawan tampak menunggu dan menunggu, entah sejak kapan mereka datang. Andien tidak sadar.
Melihat satu tatapan Tristan yang memanggilnya untuk di sisinya, Andien dengan anggun melangkah bersama sepatu kacanya. Walaupun tetap sakit. Ia tetap berjalan, seakan tidak ada yang sakit melipat kakinya.
Berjalan dan memberikan senyuman. Satu kalimat berganti kalimat lain, yang membuka fakta baru, yang baru Andien ketahui. Jika Tristan, adalah sosok pewaris perusahaan property yang sedang meroket, dan ia merupakan jejeran pria tersembunyi, yang sangat berpengaruh. Kejutan. Tristan yang selalu tampil dengan berbagai identitas, merupakan pria tersembunyi yang memiliki ekonomi sangat kuat.
Bahkan Andien, mengira Tristan, selalu berkata tentang identitas aslinya, dirinya hanya bekerja sebagai akuntan. Padahal mereka berdua, sudah mengenal begitu lama.
Ketika banyak pujian datang untuk Tristan, tiba wartawan bertanya pada Andien, "apakah ini, wanita yang sangat beruntung?"
Andien hanya tersenyum. Tepat, Tristan sedang menunjukan ke dunia, bahwan Andien menikahi seorang tuan uang.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Gadis Arisan (On Going)
HumorNo# 2 Romance 14 Mei 2019 Dilarang Copas Cerita akan di Private acak. Jadi follow dulu... Ini cuma Fiksi , maafkan jika ada kesamaan nama yah !!!! Cerita dewasa ???? Harap bijak membaca. ************ "Lu harus Cariiii duitttt buat n...