30

8.9K 328 20
                                    

Jangan lupa Vote Komen yas :')
Happy Reading
Maaf kalau ada typo
.
.
.
.
⚔️⚔️⚔️

Stevani menuruni anak tangga setelah selesai dengan ritual mandinya dan rapi dengan pakaian santainya. Hari ini sesuai dengan permintaan Marvel dirinya tidak pergi ke Bar.

Pria itu sungguh memaksanya, mengancam akan memerkosanya jika tidak menuruti ucapannya. Hal itu membuat dalam diri Stevani merasa sangat kesal dan mau tak mau hanya menuruti permintaan pria itu.

Lihatlah betapa mengesalkannya lelaki itu.

“Nyonya”. Panggil seseorang dari belakangnya. Dirinya menoleh ke sumber suara.

“Ada apa Vian?”. Tanyanya sambil mengangkat alisnya.

“Tuan tadi menitip pesan kepada saya bahwa Nyonya tidak boleh keluar dari Mansion sampai Tuan pulang”. Ucap Vian sambil menunduk hormat.

Stevani memutar bola matanya jengah, “Posesif sekali Tuanmu Vian”. Ucapnya lalu berbalik melanjutkan jalannya menuju dapur.

Lihatlah betapa posesif Marvel sekarang. Bahkan untuk pergi ke Barnya saja tidak diperbolehkan. Dan lagi, sekarang seluruh Mansion banyak sekali pria bertubuh tegap dengan pakaian serba hitam.

Stevani menarik kursinya dengan kasar lalu menjatuhkan pantatnya di kursi meja makan.

Pelayan wanita paruh baya yang sedang berkutat di area pantry menoleh ke arahnya.

“Nyonya ingin makan sesuatu? Akan bibi masakan”. Ucap Wanita paru baya itu.

Stevani nampak berpikir sesaat sebelum akhirnya memutuskan apa yang ingin dimakannya,
“Aku ingin soto bi, soto ayam”. Jelasnya yang diangguki wanita itu.

“Nyonya”. Panggil Vian yang sedari tadi berdiri di belakang Stevani. merasa terpanggil membuat dirinya menoleh ke sumber suara.

Stevani memutar bola matanya jengah, “Oh Tuhan, kenapa lagi Vian?”. Tanyanya malas.

“Tuan bilang bahwa Nyonya disuruh bersiap-siap pukul 6 sore karena Tuan akan menjemput Nyonya”. Ucap Vian sambil menunduk hormat layaknya seorang bawahan.

Stevani menghentikan aktivitasnya memainkan ponsel pintarnya, menoleh ke arah Vian dengan tatapan bingung.

“Kenapa harus bersiap-siap?”. Tanyanya.

“Saya kurang tahu Nyonya”. Jawabnya jujur.

Stevani mendengus kesal, membuka ponselnya kembali. Mencari-cari nama dari kontak teleponnya lalu menempelkannya pada telinga. Seseorang di seberang sana mengangkat telepon.

“Hallo”. Ucap Stevani

“.....”

“Vian mengatakan aku disuruh bersiap pukul 6 sore”.

“....”

“Kemana?”. Tanyanya heran dengan nada tak bersemangat

“....”

“Oke baiklah”. Jawabnya malas lalu memutuskan panggilan.

Stevani kembali menoleh ke arah Vian, “Baik sekarang pergilah, Marvel sudah memberitahuku”.

“Baik Nyonya”. Ujar Vian, menunduk lalu melangkah menjauh.

“Hmm”. Jawabnya

Stevani berkutat kembali dengan benda pipih nan pintar yang dipegangnya.

“Silahkah Nyonya”. Ucap Bibi sembari meletakkan makana di meja tepat didepan Stevani.

“Oh ayolah Bi Suti panggil aku Stevani saja”. Rengeknya dengan mencebikkan bibirnya menatap memelas pada wanita yang di panggilnya Bi Suti.

“Bibi tidak nyaman Nyonya, bagaimana dengan Nona saja?”. Usul Bi Suti.

Apa bedanya Nyonya dengan Nona Ada-ada aja Bi Suti ini.

Stevani nampak berpikir sebentar, “Ku pikir sama saja Bi, tapi sudahlah Nona lebih baik”. Ucapnya dengan mengangguk-anggukan kepalanya. Bi Suti tersenyum kala usulannya diterima oleh majikannya.

Mana mungkin dirinya kurang ajar dengan memanggil istri Tuannya dengan nama saja. Bisa-bisa tinggal alamat saja. Mengingat betapa kejamnya Tuannya itu.

“Bi silvy kemana?”. Tanyanya menoleh ke arah Bi suti lali mengedarkan pandangan mencari seseorang yang dicarinya.

“Silvy sedang belanja sayuran Non”. Jawabnya dengan senyum. Stevani hanya mengangguk.

“Selamat menikmati Non. Bibi ke belakang dulu”. Pamit Bi suti di angguki Stevani.

Setelah kepergian Bi Suti, dirinya melahap soto didepannya. Ritual makannya menjadi sangat lama karena sesekali ia memainkan ponsel pintarnya untuk berselancar di Media Sosial.
.
.
.
Tbc
.
.

Wait next part :')
.
.

Juni 15, 2020
sibluedevil
💌💌💌

MARRIAGE CONTRACTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang