39

8.5K 349 68
                                    

Jan lupa vote komen
Happy Reading
.
.
.
.
.
.
⚔️⚔️⚔️

Pria paruh baya itu mengangkat alisnya, "Apa ada orang lain yang sedang mengincar Stevani, perempuan yang kau cintai dan sekarang menjadi istri orang lain?".

"Pa". Lirih Tian

"Apa Tian? Kau masih mencintainya? Tapi apa kau pernah mengatakannya? Jika Stevani tahu kalau kamu adalah anak dari seorang yang membunuh Mamanya, apa kau pikir perempuan itu akan memaafkanmu?". Tanya bertubi-tubi Pria itu dengan nada mengejek.

Tian mengusap wajahnya kasar, "Tian tahu, Tian tidak akan mendapatkan maaf dari Stevani, tapi sekali ini Tian mohon Papa berhenti, Mama dan Angel sudah tenang di alam sana Pa, kematian mereka tidak ada sangkut pautnya dengan Papa Stevani". Pinta Tian dengan wajah yang sudah sangat frustasi.

Pria itu menghela nafasnya, ia berdiri dari kursi kebesarannya dan berjalan menuju Tian. "Apa kau masih bekerja di Bar milik Stevani?". Tanya Pria itu. Tian mengangguk lemah lalu menunduk. Wajahnya terlihat sangat frustasi, entah apa yang membuatnya seperti itu.

"Apa ada orang lain yang mengincar Stevani?". Tanya Pria itu sekali lagi.

"Ada. Dia itu---". Ucapnya terpotong karena terdengar suara ketukan pintu. Pria itu mempersilahkan masuk pada seseorang yang mengetuk pintu.

"Permisi Tuan. Maaf mengganggu. Tuan Daniel ingin bertemu dengan anda". Ucap seoarang wanita yang tak lain adalah sekretaris Pria itu.

Deg

Tian yang tadinya menunduk langsung mengangkat wajahnya dan menoleh ke belakang. "Daniel?". Lirihnya

"Apa kamu kenal Tian?". Tanya Pria itu saat mendengar Tian anaknya memanggil nama itu dengan wajah yang Nampak kaget.

"Suruh masuk Kath". Persilahkan Pria itu pada Kathrine sekretarisnya.

Kathrinne mengangguk, "Tuan Daniel silahkan Masuk". Ucap Khatrine mempersilahkan Daniel untuk memasuki ruangan itu.

Tian sangat kaget melihat Daniel memasuki ruangan, beda dengan Daniel yang menampilkan senyum sinisnya.

"Selamat Siang Tuan Hendra Siregar". Sapa Daniel dengan menunduk Hormat pada Pria paruh baya itu setelah sepenuhnya masuk ke ruangan.

Pria paruh baya itu bernama Hendra Siregar. Hendra tersenyum ramah.

"Selamat Siang Tuan Daniel Peterson, silahkan duduk". Sapa balik Hendra dan mempersilahkan Daniel untuk duduk di sofa.

"Selamat Siang Tuan Brandon Septian Siregar". Sapa Daniel pada Tian dengan senyum sinisnya.

Tian masih mematung ditempatnya dengan rahang yang mulai mengeras kala mendengar sapaan dari Daniel.

Wait!! Jadi Tian adalah Brandon? Panggilannya bukanlah Brando tapi Tian? SepTian?

"Duduklah Tian". Ajak Hendra pada Tian putranya yang tak lain adalah Brandon.

"Tian pulang saja Pa". balas Brandon dengan melangkahkan kakinya menuju pintu dan keluar tanpa melihat Daniel ataupun Papanya.

"Ck! Dasar anak tidak sopan". Decak Hendra kala melihat Brandon pergi tanpa pamit dengan sopan.

"Tidak masalah Tuan, mungkin Brandon masih ada urusan lain". Ujar Daniel dengan senyum ramah membalas perkataan Hendra.

"Terimakasih Tuan Daniel".

"Tidak apa-apa Tuan, cukup panggil saya Daniel mengingat saya lebih muda dari anda". Ucap Daniel yang mendapatkan balasan tawa dari Hendra.

"Apa ada suatu hal yang membuat anda kemari Daniel?". Tanya Hendra dengan nada dan tatapan yang menyidik.

MARRIAGE CONTRACTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang