46

7.3K 338 86
                                    

"Stevani diculik, Monica dan anak buah Abang tidak bisa menahan bahkan anak buah Marvel juga ada yang tewas karena mereka membawa senjata api." Ucap Monica air mata yang terus mengalir.

"Apa!" bentak Marvel.

Marvel berdiri dari duduknya dengan wajah penuh amarah. Wanita yang baru saja Ia bicarakan dan Ia berjanji akan menjaganya saat ini diculik. Rahangnya mengeras, wajahnya berubah menjadi merah.

"Tenanglah dulu. Monic bisa kamu ceritakan kronologinya?" tanya Anton. Ia mencoba tenang.

Monica menyeka air matanya dan menghela nafasnya.

"Jadi ini waktu Aku sama Vani baru keluar Mall dan mau ke Cafe seberang."

"Saat akan menyeberang untuk ke Cafe depan Mall ada mobil yang menghalau kami. 10 Bodyguard yang berjaga sudah menghalau mereka dan kami berlari."

"Saat kami berlari ternyata sudah ada yang menunggu kami, 6 orang dengan tubuh besar menghalau jalan kami. Salah satu bodyguard Marvel yang mengikuti di tembak oleh mereka. Aku sudah menyuruh Stevani lari dan Monic yang menghalau merek."

"Tapi apa daya, Monic sendirian. Mereka semua, orang-orang hanya melihat kami iba. Aku ditampar hingga tersungkur dan mereka membawa paksa Stevani ke dalam mobil," jelas Monica.

Anton mengeraskan rahangnya. Ia marah putrinya telah diculik. Amarah Marvel sudah berada dipuncak saat mendengar cerita Monica.

"Maafkan Monica yang gak bisa jaga Vani Bang." Isak Monica.

Marvel bangkit dari duduknya.

"Marvel permisi akan menelpon seseorang dulu," pamit Marvel dengan wajahnya yang memerah akibat amarah yang sudah ada di puncaknya.

"Tenanglah, ini bukanlah salah, kita akan segera menemukan Vani." Anton mencoba menenangkan Adiknya.

Walaupun sangat jelas dari raut wajah Anton yang begitu khawatir, namun apa yang bisa Ia lakukan dengan kondisi tubuhnya yang sudah cacat akibat kecelakaan dan penyakit yang menggerogoti tubuhnya secara perlahan.

Marvel masuk kembali ke dalam kamar.

"Pa dalam 30 menit Jet Pribadi sudah siap untuk pulang ke Indonesia. Lebih baik jika sudah berada di Indonesai. Bagaimana Pa?" tanya Marvel.

"Baiklah, Papa ngikut aja," jawab Anton.

"Monica ikut ya Bang?" tanya Monica.

"Tidak apa-apa? Bukannya kamu masih harus mengurus butikmu disini?" tanya Anton.

Monica menggeleng cepat.

"Setelah Vani ditemukan Monica akan kembali kesini. Butik biar Alena yang mengurusnya untuk sementara waktu," jawab Monica tanpa keraguan.

Anton mengangguk.

"Baiklah Marvel akan bersiap-siap dulu." Pamit Marvel dan segera keluar kamar.

Anton mengangguk.

"Bagaimana dengan Nando?" tanya Anton.

"Nando akan tetap disini di rumah bersama Dad and Mom."

Nando akan dititipkan pada kedua orang tua Jack.

"Baiklah, bersiaplah Abang tunggu."

"Baik Bang, Monic bersiap dulu," pamit Monica yang diangguki oleh Anton.

"Semoga mereka tidak menyakitimu Nak." Harap Anton dengan suara lemahnya.

Siapapun yang telah membawa Stevani pergi secara paksa semoga tidak menyakitinya. Marvel sangat marah sekarang, ia mengutus Vian untuk melacak semua penerbangan hari itu. Ia harus segera menemukan keberadaan istrinya.

"Aku akan segera menemukanmu, sayang," gumam Marvel. Ia memasukkan pakaiannya dan juga Stevani ke dalam koper.

MARRIAGE CONTRACTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang