63

4K 250 66
                                    



"Siapa tadi itu Vian?" tanya Stevani setelah Vian meletakkan kembali Ponselnya.

Vian melihat Stevani dari spion, "Tuan Marvel, Nyonya."

"Apa yang dia katakan padamu?" tanya Stevani.

"Tuan ingin saya melaporkan kemana anda pergi hari ini," jawab Vian.

Stevani melemparkan pandangannya keluar jendela.

"Pria itu."

Stevani benar-benar kesal dengan Marvel saat ini.

Vian menaikkan kedua alisnya, "Apa ada masalah Nyonya?" tanya Vian.

"Eum tidak," jawab Stevani.

"Em ada Vian. Apa kamu pernah lihat Marvel bersama Tasya?" tanya Stevani.

Vian menatap kembali Stevani dari spion.

"Saya tidak mempunyai hak untuk menjawab Nyonya. Maafkan saya, biar Tuan saja yang menjawab pertanyaan Nyonya," jawab Vian.

Stevani hanya mendengus kesal.

Bodoh sekali Stevani mengira bahwa Vian akan menjawab pertanyaannya. Vian adalah orang yang begitu setia pada Marvel. Ia tidak akan mengatakan informasi apapun kepada siapapun sebelum mendapatkan ijin dari Tuannya.

"Kita mau kemana Nyonya?" tanya Vian.

"Bar."

Vian mengangguk. "Baik Nyonya."

Hari masih siang tapi ia memilih Bar sebagai tujuannya kali ini. Jam segini pasti belum ada siapapun di Bar bahkan Brandon. Ia hanya ingin menenangkan pikirannya, dan mencerna apa yang sudah ia lihat tadi.

❤❤❤

Stevani keluar dari mobil dan masuk dalam Barnya. Vian mengekor di belakangnya. Setelah masuk dan meletakkan tasnya di meja Bar ia menoleh kebelakang.

"Pulanglah, aku akan disini." Perintah Stevani.

"Tidak bisa Nyonya, Tuan akan sangat marah pada saya," jawab Vian.

Jika Stevani mengira Vian akan menurutinya dan pergi meninggalkannya ia sungguh salah besar. Marvel akan marah besar padanya jika meninggalkan Stevani, tentu saja Vian lebih memilih untuk tetap tinggal.

Vian menunduk. Stevani menghela napasnya.

"Jangan khawatir. Aku tidak akan kemana-kemana. Jadi pulanglah," suruh Stevani lagi.

Vian tak bergeming, "Maaf Nyonya. Tuan akan sangat marah pada saya."

Lihatlah betapa setianya Vian pada Marvel. Ia tidak menuruti ucapan Stevani yang juga Nyonya. Sungguh beruntung Marvel mempunyai Vian yang begitu setia padanya.

Stevani memutar bola matanya jengah.

"Baiklah terserah kamu saja."

Stevani berjalan mengitari meja Bar dan berdiri di belakang meja Bar.

"Duduklah," suruhnya pada Vian.

"Mau minum apa?" tanya Stevani.

Vian duduk, "Apa yang ada Nyonya asal tidak membuat saya mabuk."

Stevani mengangguk mengerti. Vian memang tidak boleh mabuk karena ia akan menyetir nanti.

"Halo Tuan?" Vian mengangkat telepon.

MARRIAGE CONTRACTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang