34

7.7K 349 24
                                    

Selamat bermalam minggu.
Aku bukan tipe orang yang romantis dan part2 ini akan mulai masuk part romantis jadi aku butuh sedikit waktu buat nulisnya hehe.
Semoga kalian tetep suka ya.
Maaf bgt kalau feel romancenya kurang greget.
Aku konsultasi sama beberapa temenku yang romantis dan baca2 novel romance juga. Hehe :v
Jangan lupa vote dan komen.
Happy Reading :v
.
.
.
.
⚔️⚔️⚔️

“Aku meminta kepadamu dan juga kepada Marvin untuk membantuku melindunginya, mengawasi pergerakan Daniel dan juga musuh Papanya. Aku sudah tahu siapa dalang dibalik kematian Mama Stevani. Hanya menunggu waktu yang tepat untuk memberitahukan ini ke Stevani karena ini akan sangat melukainya. Jadi, Aku mohon ke kalian untuk membantuku melindungi wanitaku, wanita yang ku cintai”. Lanjut Marvel begitu tenang dan tulus.

Marvin yang mendengar itu langsung menatap ke wanita yang berdiri di ambang pintu. Wanita itu menutup mulutnya seakan tak percaya apa yang sudah ia dengan barusan. Marvin tersenyum kala itu, pandangannya beralih ke saudaranya.

Aku sudah menyadarinya dari awal, kalian akan saling mencintai batin Marvin.

Ia mendekat ke kedua kakaknya dan menepuk pundak mereka bersamaan. “Lihatlah siapa yang dari tadi mengawasi kalian”. Ucapnya sambil menujukkan dagunya ke arah pintu. Mereka menatap ke arah pintu bersamaan dan kaget bersamaan.

“Stevani”. lirih Marvel saat melihat wanita yang berdiri diambang pintu dengan menutup mulutnya. Darwin hanya menatap kaget lalu mengalihkan pandangannya. Ia kembali duduk  di sofa.

Wanita yang berdiri di ambang pintu adalah Stevani. Stevani memutuskan ke kantor Marvel saat Pria tesebut tak mengangkat teleponnya. Ia akan pergi ke mall untuk belanja beberapa baju. Ia berniat untuk meminta ijin lewat telepon tapi tidak ada jawaban.

Akhirnya memutuskan untuk ke kantor Marvel meminta ijin, tentunya dengan Vian. Saat tiba di kantor Marvel ia langsung saja masuk setelah Angga mengatakan bahwa Bosnya ada didalam.

Belum sepenuhnya masuk dalam ruangan, ia disuguhkan oleh pemandangan Marvel tiba-tiba memukul Darwin. Melihat itu membuat ia menutup mulutnya dengan kedua telapak tangannya. Dua kali sudah ia melihat Marvel memukul seseorang.

Saat ingin melangkah dan menghampiri Marvel ia mendengar perkataan yang membuatnya menutup mulutnya kembali.

Saat ini Stevani berjalan mendekat ke arah Marvel yang masih berdiri di tempatnya. Langkah begitu canggung, matanya melirik kanan kiri, perlahan menghembuskan nafasnya. Detak jantungnya memompa lebih cepat saat hampir mendekat ke Marvel.

“Kalian berdua pergilah, kita bicarakan ini nanti”. Titah Marvel pada 2 saudaranya.

Darwin bangkit dari sofa, “Jangan sakitinya atau akan ku ambil darimu”. Ucap Darwin sebelum pergi. Ia melirik ke arah Stevani sebelum benar-benar hilang.

“Aku pergi dulu kak, Stev sampai ketemu di Mansio Mom and Dad”. Susul Marvin setelahnya.

Sekarang tinggal mereka berdua dalam ruangan besar itu. Keduanya nampak canggung terlihat dari sikap diam mereka. Saat ini mereka sudah duduk di sofa. Marvel masih menatap lekat ke arah Stevani yang masih setia menundukkan kepalanya dan memainkan jarinya.

Melihat tingkah gugup Stevani membuat Marvel sesekali menarik sudut bibirnya dan tersenyum.

“Mau sampai kapan diam hm?”. Tanya Marvel akhirnya.

“Ha?”. Stevani mendongak mencoba menatap Marvel.

“Sejak kapan berdiri disana?”. Tanya Marvel kembali.

“Hmm sejak kamu memukul Kak Darwin”. Jawabnya. Marvel mengangguk.

“Sudah dengarkan?”.

“Soal?”.

“Aku mencintaimu dan aku akan melindungimu”. Terang Marvel santai. Matanya tak pernah lepas menatap segala tingkah wanita didepannya. Stevani mengangguk pelan.

Pipinya merona saat Marvel dengan terus terang mengulang kalimat itu. Detak jantungny kembali berdegup dengan sangat cepat. Marvel sial batinnya.

“Kenapa kemari? Sama siapa?”. Tanya Marvel

“Sama Vian, kamu tidak mengangkat teleponku jadi aku kesini untuk meminta ijin pergi ke Mall”. Jawab Stevani jujur. Marvel mengangguk.

“Baiklah ayo, kebetulan aku juga lapar”. Ajaknya seraya berdiri dari sofa.

Stevani mendongak dan menatap bingung ke arah Marvel, “Kemana?”. Tanyanya

“Aku lapar, kamu ingin ke mall, ayo kita pergi bersama”. Ajaknya dengan senyum tipis

“Baiklah”. Jawab Stevani pasrah dan ikut berdiri.

Marvel meraih jemari Stevani untuk ia gandeng. Stevani kaget akan hal itu menatap marvel heran. “Ayo”. Ajaknya dengan senyum lalu menarik Stevani.

Blush

Pipi Stevani kembali merona tatkala perlakuan manis dari Marvel. Bisa-bisa di akan mati sebelum sampai Mall karena sikap Marvel yang begitu menyentuh perasaannya.

Mereka berjalan dengan bergandengan tangan saat keluar dari ruangan Marvel. Angga sekretaris Marvel hanya bisa tersenyum melihat bosnya keluar bersama Stevani.

Saat sampai di loby banyak pasang mata yang menatap mereka. Ada yang menatap kaget, iri, dan lainnya bergosip.

“Lepaskan vel, mereka menatap ke arah kita”. Bisih Stevani sambil senyum canggung ke para pegawai.

Mendengar itu membuat Marvel menarik pinggang Stevani, memeluk pinggang Stevani posesif, stevani membulatkan matanya. Ia mencoba melepaskan diri, tapi tenaganya tak sebanding dengan Marvel, yang ada tangan kekar Marvel semakin mengeratkannya.

“Kamu harus terbiasa Van, karena kamu istriku hm”. Bisik Stevani tepat di telinganya membuat ia sedikit geli. Stevani hanya pasrah dengan sikap Marvel yang terkesan sedikit posesif menurutnya sekarang.

“Bukankah itu Stevani sekretaris Pak Marvel dulu”.

“Benarkah?”.

“Iya itukan Sekretaris Pak Marvel. Ada hubungan apa mereka ya?”.

“Pak Marvel meluk pinggangnya tuh. Mereka pacaran?”.

“Mungkin sih, Stevani kan juga cantik”.

“Beruntung sekali ya Stevani”.

“Husss kalian ini Gosip mulu, kerja sana”.

Dasar karyawan tidak tahu diri, sudah di gaji malah enak-enakan bergosip.


****

“Vian, kamu pulanglah, aku akan nyetir sendiri”. Perintah Marvel pada Vian saat tiba di parkiran mobil.

“Baik Tuan. Mari Nyonya”. Ucap Vian bergegas pergi meninggalkan majikannya.
.
.
.
Tbc
.
.
.
See you
.
.
.

Juni 20, 2020
sibluedevil
🌺🌺🌺

MARRIAGE CONTRACTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang