57

4.5K 240 23
                                    


"Sudah berapa lama Kakek sama Nenek meninggal Vel?" tanya Stevani.

Saat ini mereka dalam perjalanan menuju makam Roberto Geraldi dan Nadin Geraldi. Mereka berdua adalah Kakek dan Nenek Marvel.

"Saat aku sedang kuliah sepertinya," jawabnya.

Marvel fokus pada jalanan.

"Sudah lama berarti." Marvel mengangguk.

"Dulu kamu kuliah dimana sih?"

Marvel menoleh sebentar. "Harvard University."

Stevani melebarkan matanya. "So What? Suamiku adalah lulusan Harvard?" ucapnya sembari bertepuk tangan.

Marvel mengernyit heran. "Sehebat itu?"

"Tentu. Aku sangat ingin kuliah disana. Tapi, sayang sepertinya Otakku hanya sanggup di UI."

Marvel tertawa. "Sama saja. UI juga bagus loh banyak lulusan sana yang sudah jadi orang-orang sukses."

Stevani menggeleng. "Tapi tidak denganku."

"Sudahlah. Sudah masa lalu."

Stevani mengangguk.

"Oh ya. Kemaren Tasya menelponmu saat kamu meeting."

Marvel tertegun. "Oh. Apa katanya?" Ia menormalkan rasa terkejutnya.

Stevani menghendikkan bahunya. "Akan menelponmu katanya. Apa dia menghubungimu?"

"Tidak. Biarkan saja." Stevani mengangguk tanpa curiga.

Aku tidak ingin melukaimu Van. Maaf jika lebih baik aku menyimpannya sampai mati. Batin Marvel dengan keyakinan kuat.

Mereka kembali terdiam. Stevani menatap keluar jendela sedangkan Marvel fokus dengan jalalan.

"Sudah sampai. Ayo keluar," ajak Marvel.

Stevani mengangguk, ia membuka pintu.

"Aku akan berkunjung ke makam Mama Papa nanti," gumam Stevani.

Marvel menggandeng tangan Stevani memasuki area pemakaman.

"Halo Kek, Nek." Sapanya pada makam Roberto dan Nadin.

"Aku kesini sama Istriku Kek, dia sangat cantik seperti Nenek." Marvel tersenyum.

"Halo Kakek, Nenek. Perkenalkan saya Stevani istri Marvel. Senang bisa berkunjung kemari," ucapnya tersenyum.

Marvel menabur bunga merah ke atas makam.

"Marvel kangen kalian, maaf saat itu Marvel tidak bisa datang."

Stevani berjongkok, mengusap pelan punggung suaminya. Marvel menoleh tersenyum.

"Maaf baru datang, Marvel cucu nakal kalian ini selalu menyusahkan bukan?" gumamnya dengan senyum getir.

"Marvel sangat nakal Kek, Nek. Dia ninggalin aku di setelah janji pernikahan, bayangkan betapa sedihnya aku," adu Stevani.

Marvel menoleh, "Maaf."

Stevani tersenyum mengangguk

"Marvel pamit pulang ya Kek, Nek. Mau ajak jalan-jalan istri," pamitnya.

MARRIAGE CONTRACTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang