81

4K 271 72
                                    


Dibalik remang-remang ruangan terdapat wanita tengah memandang lekat pria kecil yang tertidur. Ada harapan besar disorot matanya. Tersenyum tipis diiringi helaian lembut menyapu rambut-rambut halus. 

Stevani terus-terusan menatap Al yang damai didalam tidurnya. Wanita itu bahagia atas hadirnya Al dalam kehidupannya. Menyempurnakan dirinya sebagai seorang wanita. Al adalah segalanya untuk Stevani. Al adalah hidupnya.

"Sudah tidur?" tanya Marvel sesaat setelah masuk ke dalam kamar.

Stevani menoleh, "Iya baru saja," jawabnya kembali menatap Al.

Marvel berjalan mendekat kearah Stevani. Menangkup pundak wanita itu, "Kalian berarti untukku," ucapnya. Stevani memilih diam, menghiraukan segala perlakuan dan ucapan Marvel.

"Mau tidur?" tanya Marvel saat tidak ada respon dari Stevani. Stevani mengangguk.

Marvel mengeratkan kedua pundak Stevani lebih erat. Menuntunnya untuk berdiri.

"Kita tidur bersama?" tanya Stevani.

Marvel tersenyum lalu mengangguk, "Iya, gak mungkin kita tidur sendiri-sendiri kan?" jawabnya.

Stevani tersenyum kikuk. Ini akan jadi tidur bersama setelah sekian lama mereka terpisah. Ia juga belum bertanya kenapa Marvel menjadi begitu lembut.

Marvel masih mengotot untuk pulang di Mansionnya. Alasan yang membuat Reta angkat tangan adalah keinginan Marvel untuk membuatkan Al adek baru. Membuat Marvel dihadiahi cubitan oleh Stevani.

"Apa Mom tidak ingin Al mendapatkan adik barunya?" rengek Marvel.

Reta memutar bola matanya jengah. "Al masih kecil untuk apa terburu membuatkannya adik baru Marvel?"

Marvel menghela nafas. "Ayolah Mom biarkan aku membawa istri dan anakku pulang ke Mansion kami,"

"Oh jadi mereka sekarang menjadi istri dan anakmu kembali Marvel?" ejek Reta memicingkan matanya.

"Jangan pernah ungkit masa lalu Mom. Sekarang aku ingin memulai semuanya dari awal. Bahagia bersama keluarga kecilku," tukas Marvel dengan helaan penuh penyesalan.

"Biarkan mereka pulang Reta. Mereka butuh waktu untuk berdua," sela Thomas merangkul pundak Reta. Tersenyum sipul.

"Tapi Thom?" Thomas tersenyum mengangguk.

"Kita bisa berkunjung kesana. Hal baik saat Stevani mengandung lagi nanti,"

Marvel tersenyum penuh kemenangan, "Dad selalu mengerti yang kumaksud memang."

"Pulanglah nak. Jaga istri dan anakmu, jangan lakukan kesalahan yang sama seperti masa lalu," Thomas menjeda, "Ada bahagia yang tidak bisa kamu beli, bahagia saat kamu bersama dengan orang yang mencintaimu dan yang kamu cintai."

"Aku merasa seperti mimpi saat ini," tukas Marvel dengan senyum tipis.

Mereka sudah berada dikamarnya. Duduk bersandar pada kepala ranjang dengan selimut menutup sampai paha. Stevani hanya tersenyum tipis tanpa menjawab. Hari ini dia lebih banyak diam.

"Terima kasih sudah mau kembali denganku Van."

"Ini semua demi Alister," jawab Stevani singkat.

Marvel mengangguk perlahan. "Aku tahu. Tapi kamu bisa bersama dengan pria lain bukan?"

Stevani menghela nafas. "Daniel missal?"

Marvel spontan menoleh. "Dari sekian banyak pria kenapa harus Daniel menjadi pilihan utama?"

"Setelah didetik ini kenapa harus kamu tanyakan kenapa tidak bersama pria lain?"

Marvel membuang nafasnya. "Maaf. Aku hanya bertanya tidak ada maksud apa-apa."

MARRIAGE CONTRACTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang