59

5.7K 269 94
                                    



Stevani mengangguk mengerti.

"Apa yang kau lakukan dengan kontrak itu? Bahkan sudah terdaftar di pengacara," tanya Thomas pada Marvel.

"Aku sudah membuangnya. Bagaimana bisa ada di wanita ini?" jawabnya dingin. "Kau dapat dari mana surat ini?" tanyanya pada Tasya.

Tasya menoleh, "Tidak perlu tahu."

Marvel hanya mendengus kesal. "Apa dari Daniel?" tanya Marvel menatap tajam Tasya.

Tasya tertegun. Ia merasa khawatir sekarang, bisa gawat jika Keluarga Thomas tahu bahwa ia bersengkokol dengan Daniel.

"Tasya kenal Daniel?" tanya Marvin.

Marvel tersenyum sinis. "Tanyakan saja padanya,"

Thomas menatap Tasya. "Kamu kenal Daniel Tasya?" tanya Thomas.

Tasya meremas gaunnya, "Ia Tasya kenal, hanya sebatas kenal."

"Benarkah?" tanya Marvel.

"Iya aku hanya mengenalnya Marvel, pekerjaanku adalah Model tentu saja aku kenal dengan beberapa pembisnis, termasuk Daniel. Wajar bukan?" jawab Tasya mencoba mencari alasan.

Semua orang terdiam tidak ada lagi bersuara. Marvel masih menggenggam tangan istrinya. Stevani tersenyum sekilas saat saling pandang dengan Marvel.

"Dad harap tidak ada lagi yang kau sembunyikan Vel." Harap Thomas.

Ada Dad batin Marvel.

"Tidak ada Dad, jangan khawatir." Ucap Marvel.

"Jangan sakiti Stevani atau Dad yang akan turun tangan untuk memberimu pelajaran." Peringat Thomas.

"Tidak akan," jawab Marvel tegas.

"Dad punya pertanyaan untukmu Vel."

Marvel mengangkat alisnya, "Apa itu?" tanyanya

"Apa pernah bertemu dengan Tasya di Italy?" tanya Thomas.

Marvel tertegun dengan pertanyaan Thomas. Jika Thomas tahu ia pernah tinggal bersama dengan Tasya maka ia akan dipaksa berpisah dengan Stevani. Ia tidak mau, berpisah dengan Stevani adalah pilihan paling akhir dari semua pilihan. Egois bukan? Cinta membuatnya harus memiliki Stevani.

"Pernah, aku tidak sengaja bertemu dengan Tasya saat aku mengunjungi pembangunan Hotel."

Bohong adalah solusi terbaik saat ini.

"Benarkah?" Darwin bersuara. Ia seolah tak percaya dengan ucapan Adiknya.

"Iya," jawab Marvel singkat.

Marvel menatap Stevani, ia tersenyum lalu mengangguk. "Aku mencintaimu," bisiknya pelan. Stevani tersenyum mengangguk.

"Baguslah kalau begitu, Dad pikir kalian memiliki hubungan khusus karena tak ada angin atau apa tiba-tiba Tasya menyerahkan surat kontrak kalian ini." Ucap Thomas.

Tunggu saat yang tepat untuk membongkar semuanya Marvel. Tunggulah! batin Tasya tersenyum sinis melirik ke arah Marvel.

Aku tidak akan membuatmu menghancurkan keluarga kecilku Tasya. Tidak akan pernah! Batin Marvel tersenyum ke Istrinya.

"Baiklah, apa sudah selesai?" tanya Reta, "sudah semua sayang? Ada lagi yang ingin kau ketahui tentang pernikahan mereka?" lanjutnya bertanya pada Thomas.

"Sudah sayang," balas Thomas mengecup punggung telapak tangan Reta.

"Ouhh, kalian sungguh membuatku ingin segera menikah," ucap Marvin memutar bola matanya jengah.

"Sirik mulu. Nikah makanya jangan jomblo mulu," jawab Darwin

"Lu juga kak. Apa kabar Mahasiwa Kedokteran tuh ehem," goda Marvin dengan kekehannya mengejek Darwin.

Reta mengangka kedua alisnya.

"Mahasiwa kedoteran?" tanya Reta bingung.

"Mom tidak tahu? Kak Darwin sekarang sedang dekat dengan Mahasiswa Kedokteran loh," ucap Marvin.

Darwin mendelik ke arah Marvin.

"Benarkah Win yang dikatakan adikmu?" tanya Reta.

Darwin mendengus kesal.

"Jangan dengarkan dia Mom," elak Darwin.

"Hilih, kemaren aja habis Dinner berdua. Ngaku deh Kak, susah amat elah."

"Hanya Dinner bukan kencan, apa kabar Mahasiswa Baru yang sedang kau modusi itu Marvin." Darwin balik menyerang adiknya.

"Apa?" Marvin melotot.

Darwin menghendikkan bahunya.

"Apa sekarang selera kalian adalah anak kecil?" tanya Marvel.

"Diamlah!" ucap mereka bersamaan.

Reta tertawa keras, "Lihatlah putramu Thomas," ucapnya memukul lengan Thomas.

"Kenalkan pada kami, jangan bawa anak orang sembarangan," peringat Thomas.

Marvin memutar bola matanya jengah, "Oh ayolah Dad kami tidak sedang berkencan dengan siapapun."

"Dad tidak mengatakan kalian sedang berkencan," ucap Thomas mengangkat kedua alisnya.

Marvin menggaruk tengkuknya, "Sudahlah aku lapar." Ucapnya berdiri dan berjalan ke ruang makan.

Reta memukul lengan Thomas.

"Kenapa memukulku terus sih." Protes Thomas.

"Kamu sih, putramu jadi malu itu."

"Biarkan saja." Jawab Thomas, "Baiklah ayo kita makan dulu." Lanjutnya

"Ayo kita makan dulu," ucap Reta.

Thomas dan Reta berjalan lebih dulu.

Darwin berdiri dan menatap ke arah Tasya, "Aku tidak akan membiarkanmu jika sampai kau bersengkokol dengan Daniel." Ucapnya dingin.

Tasya menelan ludahnya. Ucapan Darwin sukses membuatnya ngeri. Ia sempat mengira Darwin adalah orang yang cukup mudah untuk di taklukan. Tapi perkiraannya salah, melihat tatapan tajam Darwin cukup membuatnya yakin bahwa yang ia hadapi adalah deretan orang dingin dan kejam.

"Ayo kita makan," ajak Marvel. Stevani mengangguk.

"Ayo Sya kita makan." Ajak Stevani.

"Iya kak, duluan aja."

Stevani mengangguk dan berlalu meninggalkan Tasya yang sendirian di Ruang Tamu.

Tangan Tasya terkepal. Ia benar-benar sudah muak dengan semua ini. Saat Marvel memiliki perasaan untuk Siska saja ia sudah tidak bisa memilikinya, apalagi sekarang saat Marvel sudah mencintai wanita yang sekarang berstatus istrinya itu. Akan sangat sulit baginya bukan?


MARRIAGE CONTRACTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang