Rasa Kehilangan Begitu Menyakitkan

13.2K 435 8
                                    


Selesai makan malam para Pria duduk di taman belakang, bersantai dengan menyesap putung rokoknya masing-masing kecuali Marvel. Ia sangat menjaga kualitas tubuhnya. Baginya merokok hanya akan membuat umurnya semakin pendek. Dalam pikirannya lebih baik menghabiskan uangnya dengan wine atau vodka daripada merokok. Padahal sama saja hal itu memperpendek hidupnya.

Marvel beranjak dari tempatnya dan masuk ke dalam. "Van ayo ku antar pulang." Stevani menoleh ke sumber suara.

"Kok buru-buru sih Vel? Mom masih pengen ngobrol sama calon mantu," gerutu Reta seolah tak rela Stevani pulang.

"Nanti Vani kesini lagi Mom." Ucap Stevani sembari memeluk Reta.

"Baiklah sayang. Vel jagain Vani ya. Awas kau." Peringat Reta menatap Marvel mengintimidasi.

"Iya Iya Mom. Marvel anter Vani dulu." Pamit Marvel

Marvel menarik tangan Stevani dan keluar meninggalkan Mansion.

"Yaudah Tan. Sandra pamit pulang juga." Pamit Sandra.

"Yasudah, hati-hati ya San. Salam buat Mamamu." Jawab Reta.

Marvel melajukan Mobil sportnya dengan cukup kencang membuat Stevani ketakutan. Mobil membelah jalanan jakarta dengan cepat, untung saja hari sudah gelap sehingga lalu lalang kendaraan tidak cukup banyak.

"Kurangi kecepatannya Vel." Ucap Stevani sedikit ketakutan memecah keheningan. Marvel menghela nafas kasar dan mengurangi kecepatan mobilnya.

"Apa hubunganmu dengan Darwin?" Tanya Marvel dengan datar dan masih focus pada jalanan.

Stevani menoleh ke arah Marvel.

"Emmm...Kak Aldi? Aku sahabat Siska, kamu pasti tau Siska bukan?" Jawab Stevani.

"Kenapa Vel?" Tanyanya setelah tak ada jawaban dari Marvel.

"Inget Van. Sekalipun kita hanya terikat kontrak. Aku mau tau tentang kamu apapun itu agar lebih memudahkan kita berakting didepan semua orang terutama orang tuaku," Titah Marvel

"O...Oke." Jawab Stevani mengangguk dengan wajah sedikit kecewa. Ia mengira bahwa Marvel cemburu padanya. Ternyata itu semua hanyalah imajinasnya saja.

Stevani menghela nafasnya, Untung Mom Marvel tidak bertanya padaku kenal dengan anaknya dimana. Aku kan tidak pernah pergi keluar negeri apalagi ke Italy. Batinya.

"Semua akan aku siapkan. Kamu tinggal menunggu dan ikut semua yang sudah ku rencanakan." Ucap Marvel dingin. Stevani mengangguk pelan dan mengalihkan padanganya ke jendela.

"Apa Papa mu sudah pulang Van?" Tanya Marvel menyadarkan lamunan Stevani.

Mereka telah sampai di depan rumah Stevani. Marvel menghentikan dan ia tak sengaja melihat pintu rumah Stevani terbuka.

Stevani menoleh ke arah rumahnya. "Eumm sepertinya. Baiklah aku akan masuk dulu, terima kasih." Stevani keluar dari dalam mobil Marvel dan berjalan ke pekarangan rumahnya.

Seperti ada yang mengikuti langkahnya Stevani menoleh ke belakang. "Kenapa kamu mengikutiku?". Tanya Stevani heran.

"Aku akan pamit kepada orang tuamu." Jawab Marvel. Stevani mengangguk.

Langkah Stevani berhenti tepat di Ambang pintu. Matanya seolah tak percaya dengan apa yang dilihatnya.

"Kenapa gak masuk Van?" Tanya Marvel yang berada di belakang Stevani. Marvel mengikuti tatapan mata Stevani. Seketika Mata Marvel melebar melihat apa yang ada didepannya.

MARRIAGE CONTRACTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang