Akankah Baik-baik Saja?

10K 393 21
                                    


Mereka sudah tiba di Mansion milik Marvel, tempat tinggal mereka. Marvel yang baru saja tiba di Jakarta langsung bergegas ke kantor Daniel. Ia mendapatkan informasi dari Vian bahwa satu jam sebelumnya Stevani sudah berada di Kantor Daniel. Vian memang bisa diandalkan dalam urusan ini. Untung saja Marvel tiba di Kantor Daniel tepat waktu kalau tidak mungkin saja hal-hal yang tidak Ia inginkan akan terjadi melihat bagaimana posisi Daniel saat Marvel masuk paksa ke ruangan itu.

"Apa kau pulang bersama Papa?" Tanya Stevani yang mengekori Marvel.

"Hmmm." Deheman Marvel

"Oh ayolah Vel. Kenapa kau justru marah sih?" Tanya Stevani yang sama sekali tidak mendapat respon dari Marvel. Ia mendengus sebal dan masih setia mengekori suaminya.

"Awww." Pekikanya saat kepalanya terbentur punggung Marvel yang berhenti tiba-tiba.

Marvel berbalik kebelakang, "Apa saja yang sudah Pria itu lakukan padamu?" Tanya Marvel

Stevani menatapnya bingung, "Apa maksudmu?"

"Apa Pria itu melakukan ini?" Tanya Marvel.

Marvel meniadakan jarak diantara mereka. Ini masih didepan Mansion. Stevani yang kaget hanya diam tak tahu harus berbuat apa.

Marvel menyatukan dahi mereka. "Aku tidak suka apa yang sudah menjadi milikku disentuh oleh yang lainnya."

"Ehem. Kalian ini bukannya masuk kedalam rumah malah enak-enakan disini." Ucap Monica tiba-tiba dengan berkacak pinggang.

Matanya menyipit menatap horor ke 2 tersangka yang baru saja tertangkap basah.

"Tante Monica." Lirih Stevani dengan wajahnya merah karena malu.

"Kalian masuklah." Monica mempersilahkan mereka berdua untuk masuk.

"Papa dimana Tan?" Tanya Stevani saat sudah didalam Mansion.

"Baru saja abang tidur Van. Kalian istirahatlah." Ucap Monica sembari Ia menutup pintu.

"Baiklah Vani istirahat dulu Tan. Tante juga istirahat ya."

Monica mengangguk.

Stevani dengan langkah pelan menapaki tangga yang akan menuju ke kamarnya. Ia begitu lelah hari ini, tenaganya seolah habis tiba-tiba. Namun, Ia masih penasaran dengan maksud dari kalimat terakhir Daniel.

Kali ini Marvel yang mengikuti dirinya, Ia terus mengamati langkah Stevani. Pikirannya juga melayang pada Daniel, Ia takut jika Pria itu nekad akan melakukan sesuatu yang lebih dari kerjadian hari ini. Stevani meraih knop pintu, tapi sebelum membukanya Ia berhenti dan berbalik ke belakang.

"Aku ingin sendiri, bisakah kita tidur dikamar masing-masing?" Tanya Stevani dengan nada lemah.

Marvel menatapnya sendu, hatinya ikut nyeri saat melihat kondisi Istrinya saat ini. Ingin sekali Ia meraih lengannya dan mendekapnya dengan erat. Memeluknya, memberikannya ketenangan, mendengarkan tangisnya. Namun, sepertinya Wanita didepannya ini ingin waktu untuk sendiri.

Marvel mengangguk dan tersenyum tipis.

"Baiklah, kalau ada apa-apa panggil saja aku atau langsung ke kamar. Pintu tidak akan pernah ku kunci."

"Iya terima kasih. Aku masuk dulu. Selamat malam." Ucap Stevani dengan senyum tipisnya lalu berbalik dan masuk dalam kamarnya.

Marvel masih berdiri didepan kamar Stevani, menatap pilu ke pintu yang sudah tertutup. Samar-samar Ia mendengar isakan Stevani, isakannya begitu pelan. Mendengar akan hal itu, membuatnya begitu sakit. Tangannya terulur untuk mengetuk pintu kamar, namun gerakannya terhenti.

MARRIAGE CONTRACTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang