82

4.3K 265 28
                                    


4 tahun kemudian,

"Apa Daniel akan datang sekarang?"

"Aku tidak yakin mengingat dirinya sudah menolak lebih dari tiga kali," jawab Marvel mengembuskan napasnya.

"Berhentilah beraktifitas berat sayang. Aku merasa tidak tega dengan perut buncit itu."

Stevani mengabaikan perkataan suaminya. Masih asyik membenarkan ikatan dasi sang suami. Sudah menjadi rutinitas setiap hari ia memakaikan dasi pria dewasa ini.

"Nah sudah rapi," ucap Stevani sembari merapikan kerahnya, "Aku berharap Daniel datang di tujuh bulan kehamilanku Vel."

Stevani mengelus perut buncitnya. Ini kehamilan keduanya. Kehamilan kedua penuh kasih sayang. Stevani dan Marvel sepakat untuk mempunyai anak setelah Al lepas Asi. Bicara soal Al, pria kecil itu tumbuh dengan baik mendapatkan cinta dan kasih sayang yang luar biasa. 

Baik Marvel maupun Stevani tidak memanjakan Al. Jika melakukan kesalahan maka Al akan dihukum. Pria kecil itu memasuki umurnya yang ke-4. Tumbuh menjadi seorang anak yang cerdas.

"Bunda," teriak Al berlari kearah Stevani.

"Oh sayang jangan berlari," tegur Marvel yang tentunya diabaikan Al.

"Ah.." pekik Stevani saat Al menubruk perut buncitnya.

"Alister!"

Al menjauh dari tubuh Bundanya. "Maafkan Al ayah. Al tidak sengaja. Al kira itu tidak terlalu keras," ucapnya dengan wajah bersalah.

"Tidak apa Vel. Jangan membentaknya," ucap Stevani mengelus perut buncitnya.

Marvel menghela napas kasar. "Kandunganmu Van. Aku takut dia kenapa-kenapa," ucapnya menyentuh perut buncit sang istri.

Stevani tersenyum. "Tidak apa. Sekarang kita turun sarapan."

"Maafkan Al Bun. Al tidak tahu kalau itu cukup keras,"

"Tidak apa sayang. Bunda tidak merasa kesakitan lagi kan?" Alister mengangguk.

Perasaan terhadap seseorang akan tetap membekas walaupun hanya sebesar biji tomat. Daniel mungkin sudah lama tidak berjumpa dengan Stevani sejak pertemuan terakhirnya saat sarapan pagi itu. 

Pria itu langsung kembali ke Australia dan menyibukkan diri dengan mengembangkan cabang perusahaannya. Ia juga selalu menolak setiap ada acara yang diadakan oleh keluarga Marvel.

Sejak tahun lalu hubungan mereka membaik karena keisengan Daniel mengirimkan mainan untuk Alister. 

Hanya mobil remote control dengan tingkat kecanggihan yang luar biasa dan tentunya tidak semurah yang dijual di pasar tanah abang. Suatu hal yang baik saat hubungan keduanya tidak memanas seeprti dulu.

"Halo Van?" sapa Daniel via telepon.

"Daniel? Benarkah ini kamu?"

"Hahaha iya ini aku. Apa kabar?"

"Aku baik. Semua baik disini, kamu apa kabar?" tanya Stevani kembali.

Terdengar helaan di ujung sana. "Aku baik Van," jawabnya, "Oh ya aku mengirimkan beberapa mainan untuk Alister mungkin lusa sampai." Lanjutnya

Stevani mengerutkan keningnya. "Mainan?"

"Hmm hanya beberapa. Aku tidak tahu Alister suka bermain apa jadi aku membelikan sesuai dengan naluriku. Kalau nanti sampai kirimkan pesan. Aku ingin melihat wajah pria kecil itu."

Stevani tersenyum saat itu. "Baiklah Niel. Alister pasti menyukai hadiahmu,"

"Semoga Van. Aku merindukanmu Van,"

MARRIAGE CONTRACTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang