73

4K 322 152
                                    


1 tahun kemudian

Seorang pria dalam sebuah ruangan tengah menatap frustasi keluar jendela, menatap kosong ke arah sana. Tatapan penuh kefrustasian sangat jelas nampak pada mimik muka pria itu. 

Entah dosa apa yang sudah dirinya perbuat hingga wajahnya tak lagi menujukkan kebahagian. Sebelah tangannya terangkat menyurai helaian rambut yang sudah memanjang karena tak pernah dirawat. Pria itu adalah Marvel.

Kondisi Marvel sungguh menyedihkan saat ini, rambut-rambut halus tumbuh disekitar dagunya. Bahkan wajah tampannya sekarang sedikit berantakan karena lingkaran hitam nampak jelas dibagian mata. 

Apapun yang terjadi pada Marvel tentunya itu adalah pukulan besar baginya hingga membuat ia bahkan tidak merawat diri.

Marvel berbalik saat terdengar suara pintu terketuk dari arah luar. "Masuk," persilahkannya.

Vian dengan berpakaian hitam memasuki ruangan dan menutup pintu setelah sepenuhnya masuk. Berjalan perlahan dengan penuh hormat. "Tuan," sapa Vian.

Marvel menghela nafas, "Apa sudah menemukan petunjuk keberadaan Stevani?" tanyanya.

"Maafkan saya Tuan, Nyonya Stevani belum bisa kami temukan sampai sekarang," jawab Vian itu menunduk.

Mimik mukanya berubah tak suka dengan jawaban Vian, "Ini sudah 1 tahun Vian!" bentak Marvel, "Kenapa kerjamu tidak becus sama sekali huh? 1 tahun mencari 1 wanita saja tidak bisa?"

"Maafkan saya Tuan," ucap Vian menunduk,

"Saya sudah cari disemua tempat yang memungkinkan Nyonya berada, bahkan saya juga mencari Nyonya di Jerman sesuai dengan perintah Tuan, tapi sepertinya Nyonya lebih pintar bersembunyi Tuan," Lanjut Vian.

Marvel menarik kasar rambutnya dengan emosi tertahan, "Bagaimana dengan Daniel?" tanyanya

"Pergerakan Tuan Daniel selama setahun terakhir tidak mencurigakan Tuan," jawab Vian.

"Baiklah, pantau terus setiap pergerakan dari Daniel jangan sampai ada yang terlewat atau aku akan membunuhmu," titah Marvel tak terbantahkan dengan penuh ancaman dan intimidasi,

Vian menunduk, "Baik Tuan saya akan memantau setiap pergerakan Tuan Daniel," jawabnya.

Marvel manggut-manggut, "Sekarang pergilah," suruhnya.

Vian menatap Tuannya penuh arti, "Apa Tuan tidak curiga dengan Tuan Darwin atau Tuan Marvin?" tanyanya.

Marvel menaikkan kedua alisnya, "Apa maksudmu Vian?" tanyanya heran.

"Baik Tuan Darwin atau Tuan Marvin sepertinya tidak terlalu ikut campur dalam pencarian Nyonya, jadi saya curiga bahwa mereka ada sangkutpautnya dengan hilangnya keberadaan Nyonya," ucap Vian sedikit ragu.

Marvel nampak berpikir sesaat sebelum menjawab, "Apa itu alasan kenapa kamu mencurigai saudaraku Vian?" tanyanya.

Vian menunduk seolah merasa bersalah dengan ucapannya barusan, "Maafkan atas kelancangan saya Tuan," ucapnya.

"Tidak apa, aku mengerti dengan kecurigaanmu. Selidikilah siapa tahu dugaanmu itu benar,"

Vian mengangkat wajahnya, "Bolehkah Tuan? Ini menyangkut kedua saudara anda," tanyanya.

Marvel mengangguk, "Jika itu tentang keberadaan Stevani aku akan mengijinkannya."

Belum sempat Vian menjawab perkataan Tuannya, terdengar suara knop pintu ditarik oleh seseorang. "Siang Kak," sapa Marvin saat pintu sudah terbuka.

MARRIAGE CONTRACTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang