61

4.2K 207 28
                                    

Mereka masih terlelap dalam selimut tebal yang menutupi keduanya hingga leher. Marvel memeluk tubuh istrinya begitu erat. Stevani perlahan mengerjapkan matanya menyesuaikan dengan cahaya ruang kamar. Ia menoleh ke belakang melihat wajah damai suaminya. Ia perlahan melepaskan lengan kekar yang menahan tanpa mengganggu pemilik lengan itu.

"Ku akui dia sangat tampan," gumamnya, "aku mencintaimu."

Stevani bangkit dari ranjang dan berjalan ke kamar mandi. Ia harus membersihkan diri.

Setelah beberapa menit menjalankan ritual mandinya, ia keluar sudah menggunakan T-shirt dan training. Ia tersenyum kala melihat suaminya masih terlelap dengan posisi tidur terlungkup. Itu sudah menjadi kebisaan Marvel tidur seperti itu. Stevani melihat pantulan Marvel dari kaca riasnya, ia menyunggingkan senyum tipis.

Namun, sesaat setelahnya ia menoleh seperti orang kaget. Ia berdiri berjalan mendekat ke arah ranjang, mengambil ponselnya di nakas. Stevani menutup mulutnya saat melihat Marvel tidur dengan kondisi terlungkup.

"Tidak mungkin. Foto ini adalah Marvel? Bagaimana bisa?" gumamnya saat melihat ponselnya dan Marvel secara bergantian.

"Siapa yang mengirimkannya. Apa harus aku telpon?"

"Iya aku haru menelponnya."

Stevani memutuskan menelpon nomor yang tak dikenal. Dan tersambung, diangkat.

"Hallo."

Suara wanita diseberang sana. Stevani menautkan kedua alisnya bingung. Ini seperti suara seseorang yang ia kenal.

"Tasya?" panggil Stevani ragu.

"Kak Vani."

Nomor yang tak dikenal yang telah mengirimkannya foto seorang Pria sedang terlungkup adalah Tasya.

"Ini nomormu Sya?" tanya Stevani memastikan.

"Yeah Kak, kenapa?" jawab Tasya. Ia sangat senang sekarang karena Stevani memutuskan untuk menghubunginya. "Ada apa Kak?" tanyanya.

"Eum tidak, apa hari ini sibuk?"

"Tidak, hanya saja aku akan menemui seseorang."

Marvel menggeliat. Matanya mulai mengerjap.

"Baiklah nanti Kak Vani hubungi lagi." Suara Stevani pelan.

Stevani memutuskan sambungan, ia berjalan mendekat ke suaminya.

"Sudah bangun?" tanyan Stevani.

Marvel mengangguk, "Emm. Sudah mandi?"

Stevani menganggu tersenyum. "Sudah, aku akan menyiapkan sarapan. Kamu mandilah."

Marvel mengangguk, "Baiklah."

Stevani berjalan keluar meninggalkan kamar dengan pikiran berkecamuk. Jika nomor itu adalah nomor Tasya lalu siapa foto pria yang tengah tertidur itu? Pertanyaan seputar itu terus memenuhi isi kepalanya.

"Sudahlah, aku harus menyiapkan sarapan untuknya."

❤❤❤

Marvel turun sudah dengan setelan kantornya. Ia berjalan menuju dapur, wangi masakan membuat perutnya mulai bernyanyi. Ia tersenyum saat melihat istrinya sedang menyajikan makanan di meja makan. Marvel berjalan mendekat.

"Ini sangat wangi Sayang," puji Marvel.

Stevani menoleh, "Benarkah, semoga rasanya enak seperti wanginya," harap Stevani, "duduklah dan mari kita sarapan."

Marvel mengangguk, menarik kursi dan duduk setelahnya. Stevani duduk disampingnya

Stevani mengambilkan nasi untuk Marvel.

"Mau lauk apa?" tanya Stevani.

"Itu apa?" tunjuk Marvel.

"Semur Ayam sama jengkol, mau?"

Marvel menggeleng. "Aku tidak suka jengkol. Itu apa?"

"Tumis jamur kenoki."

"Yasudah aku mau itu. Sama ayam goreng juga."

Stevani mengambilkan lauk dan menyodorkannya pada Marvel.

"Terimakasih sayang," ujar Marvel tersenyum lebar.

Stevani tersenyum mengangguk. "Makanlah."

Mereka makan dalam hening. Marvel begitu menikmati sarapannya hari ini, sangat enak menurutnya. Stevani sesekali melirik ke arah suaminya. Haruskah bertanya pada Marvel sekarang itulah yang dipikirkan olehnya.

Jangan merusak hari ini. Aku akan cari tahu sendiri, yah itu lebih baik. Batin Stevani menggelengkan kepala.

Setiap hari yang baik atau hari yang buruk tidak akan terulang. Jangan gegabah dalam melakukan suatu hal adalah solusi agar tidak terlalu merasa menyesal setelahnya. Stevani memutuskan tidak bertanya pada suaminya. Makan dalam ketenangan dan sama-sama berada dalam pikiran masing-masing. Semoga kamu tak terluka setelahnya.

MARRIAGE CONTRACTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang