62

6.1K 279 62
                                    

Marvel tengah disibukkan oleh kertas-kertas didepannya. Banyak sekali laporan yang hari ini masuk padanya. Ia membaca dengan teliti lalu menandatanganinya jika setuju.

"Lelahnya," lenguhnya dengan menyandarkan punggungnya dikepala kursi.

Ketukan pintu membuatnya menormalkan kembali duduknya. "Masuk." Suruhnya

Seorang wanita masuk, Tasya. Tasya datang ke kantornya. Ekspresi wajah Marvel berubah tak suka.

"Kenapa kemari?" ketus Marvel.

Tasya tersenyum, ia berjalan mendekat ke Marvel.

"Aku merindukanmu, kamu tak jadi mengantarku ke makam Kak Siska." Rengek Tasya.

Marvel menghembuskan nafas, ia lelah.

"Aku sibuk kalau kau tak tahu, jadi sekarang apa?" tanya Marvel.

"Temani aku ke Mall." Pinta Tasya.

"Tidak akan," jawab Marvel. "Sekarang pergilah, aku sibuk." Lanjut Marvel.

Bukan malah pergi Tasya semakin mendekat pada Marvel. Ia berdiri tepat di sebelah Marvel. Wanita ini sungguh berani memutar kursi Marvel hingga sekarang mereka berhadapan.

Marvel menatap tajam ke arah Tasya.

"Jangan kurang ajar Sya. Pergilah atau aku akan memanggil Satpam untuk mengusirmu," ketus Marvel.

Tasya menyeringai. "Cobalah, kita lihat apa kau akan menolakku kali ini."

Sedetik kemudian Tasya menghilangkan jarak diantara mereka. Ia sungguh berani sangat berani bukan? Saat hendak mendorong tubuh Tasya ia mendengar suara benda terjatuh dari arah pintu. Keduanya menoleh.

Marvel membulatkan matanya, ia berdiri kaget melihat siapa yang datang.

"Stevani, sayang," gumam Marvel berjalan mendekat ke arah istrinya.

Stevani sudah menahan air matanya agar tak jatuh. Ia berniat membawa makan siang untuk Marvel. Stevani sengaja tidak menghubungi suaminya agar menjadi kejutan. Namun, sepertinya ia melihat apa yang tak seharusnya ia lihat. Hatinya begitu sakit saat ini. Stevani merasa di khianati oleh Marvel. Tempat makan yang dibawanya jatuh tergeletak dilantai dengan nasi dan lauk yang berceceran.

"Berhenti disana jangan mendekat." Stevani memberikan tanda berhenti dengan telapak tangan menghadap ke depan.

"Sayang dengarkan penjelasanku," pinta Marvel,"ini tak seperti yang kamu lihat."

Stevani menyeka air matanya kasar.

"Tak seperti yang ku lihat katamu? Lalu apa tadi?" tanya Stevani setengah membentak.

Marvel terdiam tak tahu mau jawab apa.

Tasya tersenyum kemenangan, Bravo Tasya. Lihat yang setelah ini, kamu akan menjadi milikku Vel batinnya.

Stevani menatap Tasya yang masih berdiri di balik meja Marvel.

"Apa foto yang kau kirimkan juga Dia?" tanya Stevani menunjuk Marvel.

Marvel menaikkan alisnya, "Foto apa?" tanyanya menoleh ke Tasya.

Tasya tersenyum sinis. Ia berjalan mengitari meja Marvel dan menyandarkan pinggangnya pada ujung meja. Tasya menyilangkan tangannya di dada.

"Yap. Itu adalah Marvel. Kami tinggal bersama ketika di Italy." Ucapnya

Stevani menutup mulutnya, ia menatap Marvel kali ini. Air matanya jatuh tanpa disengaja.

"Apa itu benar? Kapan?" tanya Stevani.

Marvel menggeleng. "Aku bisa jelasin semuanya Sayang. Tolong dengarkan aku."

"Aku tanya apa itu Benar? Dan kapan?" Stevani menaikkan suaranya.

Marvel mengusap kasar wajahnya, "Dengarkan aku. Hey Stevani hey sayang."

Stevani berjalan keluar dengan air mata yang mengalir. Ia tak sanggup lagi, ini terlalu menyakiti dirinya. Ini sangat keterlaluan, bagaimana bisa Marvel melakukan itu saat ia berjanji akan selalu mencintainya dan tidak akan berselingkuh darinya. Lalu apa kejadian yang baru saja ia lihat. Ini sangat menyakitkan.

Marvel menoleh ke arah Tasya. Ia tak mengejar Stevani, ia harus selesaikan masalah ini dengan Tasya.

"Kamu puas! Puas sudah menghancurkan semua? Menyakiti istriku?" bentak Marvel.

Tasya mengangkat bahunya. Nyalinya sungguh besar hari ini. Entah dapat dorongan darimana ia bisa seberani ini. Mungkin rasanya pada Marvel sudah begitu besar hingga ia sudah berani melakukan apapun untuk memilikinya.

"Ini salahmu karena mencintainya Marvel." Jawab Tasya santai.

Marvel menghembuskan nafasnya kasar. Wajahnya merah padam, ia sangat marah.

"Karena kau wanita aku tidak memukulmu, tapi saat ini aku sudah memukulmu didalam hatiku," ucap Marvel, "pergilah! aku muak melihatmu disini!"

"Kamu mengusirku?" tanya Tasya.

"Iya pergilah!" bentak Marvel.

Marvel meraih tangan Tasya, menariknya dengan kasar. Membuka pintu dan mendorong Tasya dengan kasar untuk keluar. Ia menutup pintu dan mengucinya dari dalam.

"Argh. Apa yang harus kulakukan sekarang?" rancau Marvel menjambak rambunya.

Marvel meraih ponselnya di meja, ia memanggil seseorag. "Halo Vian. Dimana Stevani?"

"Baiklah. Laporkan padaku kemana ia pergi hari ini," suruh Marvel.

Marvel mengakhiri sambungan teleponnya, ia bernafas lega karena istrinya bersama Vian.

"Aku harus cepat selesaikan pekerjaanku dan pulang." 

MARRIAGE CONTRACTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang